Gate 1 - Paddle Boat

Annalise and the Forgotten

Aku membuka mataku dengan berat, menemukan diriku tergeletak di suatu tempat yang asing. Sepi dan sunyi. Deru angin terdengar kacau, menakutkan. Dan seorang lelaki kecil tiba-tiba saja hadir di hadapanku, berjongkok dan menyunggingkan senyum lucunya.

"Aku Park Jisung," katanya. "Alise noona pasti telah melalui hari yang berat, ya?" Tanyanya. Raut wajahnya agak khawatir. Aku mengangguk ragu sebagai jawaban. Lalu deru angin yang menggangguku itu menghilang. Kini berganti dengan awan-awan yang berarak meneduhi kami berdua. Jisung mengulurkan tangannya dan menolongku untuk berdiri.

Rambut ikal Jisung membingkai wajah lucunya dengan sempurna. Ia mengunyah permen karet dan menarik lenganku sambil berlari di antara taman hiburan tua. Agak mengerikan karena beberapa bangunan kayu telah runtuh, serta bau-bau karat yang mengganggu indera penciumanku. Namun, melihat Jisung yang tersenyum bahagia agaknya membuatku lebih tenang.

"Alise noona takut, ya?" Aku mengangguk pelan sebagai jawaban. Ia menghentikan langkahnya dan –uh, aku agak menyesal menyebutnya lelaki kecil karena pada kenyataannya ia masih lebih tinggi dariku– memegang bahuku sambil menatap mataku dalam-dalam. "Katakan pada Jisung, apa yang noona takutkan?" Aku menggaruk tengkuk, tidak ada yang gatal sebenarnya. "Uh, aku hanya... Tempat ini agak mengerikan, kau tahu? Seperti terbengkalai, tak terurus, dan kau tak pernah tahu bukan apa saja yang akan muncul dari setiap sudut dari tempat ini?" Aku bergidik saat membayangkan apa yang kuucapkan. Tidak, tidak! Kau bukan pengecut Annalise!

"Yah... Dahulu tempat ini adalah tempat yang indah, noona. Kau menghabiskan waktumu di sini, tertawa gembira. Tapi taman hiburan ini memang akan dimusnahkan dengan alasan tertentu. Aku tak suka di sini sebenarnya. Namun Kun hyung memaksa. Katanya sebagian ingatanmu ada di sini," jelas Jisung. Aku memegang kepalaku yang terasa berdenyut hebat. Apa ini? Apakah ada memori yang masuk?

"Alise noona tak apa?!" Tanya Jisung khawatir. Aku menggeleng. Agak pusing memang, tapi aku tahu sebenarnya diriku tak apa-apa. Kami berjalan lagi, kini Jisung melingkarkan lenganku di sekitar tengkuknya dan memeluk pinggangku dengan sebelah tangannya. Bukan apa-apa, sungguh! Ia hanya memastikan agar aku tak jatuh di perjalanan karena serangan sakit kepala yang mendadak.

Sebuah wahana sepeda air menjadi tempat tujuan kami. Cat pada ornamennya telah terkelupas, dan angsa putih malang itu tampak usang, membuatku tak yakin apakah ia masih mampu menopang kami untuk mengarungi kolam panjang yang keruh ini. Jisung menaikinya tanpa ragu, mengayunkan telapak tangannya untuk mengajakku duduk di sampingnya. Aku tak yakin, tapi ia terus menuntunku. "Sudah ingat sesuatu?" Tanyanya. Aku menggeleng.

Kami mengayuh sepeda air berbentuk angsa itu dengan seksama. Melewati terowongan tua dan jembatan-jembatan kayu yang telah ditumbuhi tanaman menjalar. Aku takut, sungguh. Maka dari itu Jisung terus mengajakku bicara. Dan sekelebat memori menyerangku tiba-tiba.

"Ugh!"

Jisung berhenti mengayuh. "Ada apa, noona?"

"Aku... Aku ingat pernah mengayuh benda ini dengan seseorang..." samar-samar ada kenangan yang masuk ke otakku. Namun aku tak dapat melihat wajahnya, aku hanya ingat satu hal tentangnya, ia suka tempat-tempat yang dekat dengan air.

Jisung masih belum mengayuh sepeda ini lagi. Ia sibuk mengguncangkan bahuku untuk memastikan aku sungguh tak apa-apa. Aku diam, tapi akhirnya bertanya tentang keberadaannya.

"Jisung..."

"Ya, noona?"

"Terima kasih. Aku telah ingat sesuatu. Uh, omong-omong siapa kau sebenarnya? M-maksudku, bukan namamu, tapi sungguh, siapa?"

Jisung tertawa.

"Teman khayalan Kun hyung? Yah, hyung mengkhayalkan beberapa orang dan memberi kami tugas yang sama. Untuk mengembalikan memorimu,"

"Apa yang terjadi jika tugasmu telah selesai?"

Jisung menunjuk ke satu arah di mana seikat bunga tergeletak manis di tepi kolam. Lalu aku ingat seorang lelaki pernah memegang bunga itu di sana dengan senyum manisnya.

"Aku tak yakin, apakah Jaehyun memiliki lesung pipi di kedua sisi wajahnya?"

Jisung menghilang.

Aku menjadi panik.

Namun aku melihat sebuah gerbang yang terbuka di hadapanku.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
oolves
#1
Chapter 3: semangat ajunice ya kak lulus lolos bareng♡♡
oolves
#2
FIGHTING KAK MIRA