The Five Elements

The Dark Path
Please Subscribe to read the full chapter

"But I'm not alive until you call, and I'll bet the odds against it all."

The Heart Wants What It Wants by Selena Gomez

“Jonathan!!!”

Shirley bangkit dan berlari menuju tubuh Jonathan yang terbaring diatas pasir. Disampingnya ada Chace yang sedang menekan dadanya dan Jesse yang sedang memeriksa kondisi Jonathan dengan sihir. Keadaan Jonathan parah. Beberapa bagian wajahnya lebam. Tidak ada hembusan napas yang keluar dari hidungnya.

Kini mereka berada di sebuah pantai lagi. Pantai yang berbeda dengan tempat mereka pergi. Pantai yang ini merupakan pantai dari sebuah pulau yang jauh lebih besar daripada yang sebelumnya.

Shirley sudah tidak peduli lagi bagaimana caranya dia bisa sampai kesini. Yang saat ini harus dicemaskannya hanyalah Jonathan.

Chace terlihat sangat kewalahan menangani Jonathan. Setetes dua tetes keringat mulai membasahi dahinya. Tapi, Chace tidak berhenti. Teruslah dia menekan dada Jonathan, menekan hidungnya, lalu mengembuskan napas kedalam mulutnya. Berkali-kali tanpa henti.

“Ayo, Joe, jangan menyerah,” bisik Shirley ketika tubuh Jonathan tidak juga merespon, tangannya mengangkat kepala Jonathan dan meletakannya diatas pangkuannya.

“Ayolah, mate.” kata Chace lelah.

Tyler akhirnya datang dengan sekujur tubuh yang masih basah. “Berhenti sebentar,” Perintahnya lalu ikut berlutut disamping tubuh Jonathan. “Apa yang kau rasakan?”

“Pendarahan dalam. Sepertinya dia terantuk pecahan perahu,” Jawab Jesse. “Dan terlalu banyak air yang memenuhi rongga pernapasannya.”

Pernyataan Jesse itu membuat jantung Shirley seakan jatuh ke tanah.

Bersama-sama, Tyler dan Jesse masing-masing menggenggam tangan Jonathan dengan mata terpejam, merasakan kondisi dalam Jonathan dengan sentuhan mereka. Semenit berlalu dalam keheningan. Sampai akhirnya Jesse membuka kelopak matanya duluan, diikuti Tyler. Mereka saling menatap, terlihat sudah tahu apa yang ada di pikiran satu sama lain, lalu mengangguk bersamaan dengan berat.

Tyler bangkit. “Aku minta maaf.” Dia meremas bahu Shirley sebelum meninggalkan tempat.

“Apa maksudmu?!” seru Shirley, tapi sayangnya Tyler tidak berbalik.

Jesse melempar senyuman miris pada gadis itu. “Shirley, kamu harus kuat—“

“Tidak!” Shirley menjerit. “Kalian bohong! Kalian semua menipuku!”

“Aku tidak bohong—“

“Pasti ada cara lain! Kalian saja yang tidak berusaha!” raung Shirley, lalu menoleh untuk menatap Tyler yang kini menangani Krystal. “Mana katanya kau peri terhebat yang pernah ada? Omong kosong! Kau bahkan tidak bisa menyelamatkannya!”

“Shirley!” pekik Jesse. “Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan. Kami bahkan sudah terlambat untuk itu. Sudah terlalu banyak air yang memenuhi paru-paru Jonathan—“

“Aku tidak percaya. Suzy pasti tidak akan bilang seperti itu. Mana dia? Mana Suzy? Suzy!” Shirley menoleh kesana kemari, mencari keberadaan Suzy.

Dan saat itu mereka sadar, Suzy tidak terlihat batang hidungnya sama sekali.

“Shirley, Shirley, sudah,” Chace merangkul anak didiknya itu. “Jonathan sudah tenang sekarang. Dia akan baik-baik saja, tidak akan ada yang bisa menyakitinya lagi.”

Shirley menggeleng keras didalam rangkulan Chace. “Jonathan hanya tertidur. Dia hanya tertidur dan dia akan bangun nantinya. Dia akan tersenyum padaku ketika dia membuka mata. Iya, kan? Jawab iya, Chace!”

Chace menggigit bibir. “Tidak, Shirley. Dia sudah pergi.”

Mendengar tiga kata itu, Shirley mendorong Chace menjauh dengan kasar. Gadis itu memeluk tubuh tanpa nyawa kekasihnya erat-erat dan terisak. Terus-terusan dia memanggil nama Jonathan dengan putus asa.

Sayangnya, mau berapa kali pun Shirley memanggilnya, Jonathan tidak akan pernah menjawab.

--

Krystal tersedak, mulutnya memuntahkan air yang tadi menyumbat pernapasannya. Julian yang memberikan napas buatan barusan terduduk lemas sekaligus lega. Dia langsung mengeluarkan sehelai selimut tebal dari sebuah kantung kecil—yang membuat mata Tyler membulat—dan menyelimuti tubuh menggigil Krystal dengan itu.

“Ini kantung ciptaan kedua adik kembarku,” kata Julian sambil memberikan beberapa buah kantung serupa kepada Tyler. “Pikirkan apa saja yang kau inginkan dan barang itu akan muncul dari kantung ini. Berikan ke yang lain. Mereka pasti kedinginan.”

Setelah Tyler menuruti perkataannya, Julian mengalihkan perhatian pada Krystal yang masih terbatuk-batuk. Tangannya menepuk-nepuk punggung Krystal dengan pelan. Gadis itu berhenti batuk, tapi tubuhnya masih gemetar karena dingin.

Julian mengeluarkan satu benda lagi dari kantung itu. Sepasang sarung tangan. Dia segera memakaikannya di tangan Krystal. “Ini juga ciptaan adikku. Genggam kedua tanganmu, dengan itu akan memaksimalkan hasilnya.”

Krystal menurut. Kehangatan langsung menyebar ke seluruh tubuhnya dengan cepat.

“Terima kasih, Julian.” Kata Krystal lemah, hampir tak terdengar.

Julian hanya membalas dengan anggukan.

Tiba-tiba, Krystal teringat sesuatu. Dia berdiri dengan spontan sampai selimutnya terlepas dari tubuhnya.

“Shane—aku harus menemuinya,” kata Krystal, lalu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru pantai, meneliti setiap wajah yang ditangkap indera penglihatannya. Tidak menemukan Shane, dia menatap Julian tajam. “Kemana dia?”

“Anu—“ ujar Julian gugup.

Tanpa menunggu Julian menjawab, Krystal berlari menuju bibir laut dan meneriakkan nama orang yang dicarinya.

“Shane! Dimana kau? Kau pasti bermain-main lagi denganku, kan? Ayo, keluar dari tempat persembunyianmu! Ini sangat tidak lucu, tahu!”

“Krystal,” Julian mencengkeram kedua lengan Krystal. “Krystal, Shane—“

“Stop!” seru Krystal. “Jangan bilang! Aku tidak mau dengar!”

“Dengarkan aku dulu!” Julian membentaknya. Sedetik kemudian dia sadar apa yang dilakukannya dan langsung memberikan pandangan meminta maaf. Dia lanjut berbicara dengan suara yang lembut. “Ceritanya panjang, jadi dengarkan aku dulu, oke?”

Karena Krystal hanya diam, Julian pun melanjutkan. ”Dua karakteristik yang kumiliki adalah waterbreathing dan teleportasi. Jadi, aku sama sekali tidak memiliki masalah dengan kejadian tadi. Aku hanya perlu melawan ombak. Lalu, saat ombak berhenti secara tiba-tiba—aku yakin kau yang melakukannya—aku berusaha sebisa mungkin untuk mengumpulkan kalian semua. Aku memegang tanganmu dan tangan Jonathan yang sudah tak sadarkan diri, sementara yang lainnya memegangi tangan kalian yang lain.”

“Lalu, aku tersadar aku belum mendapatkan Shane dan Suzy. Aku dan Miles mencoba melacak tapi tidak ada hasil. Dan saat itu aku tersadar aku tidak punya pilihan lain, Krystal. Ombak perlahan muncul lagi karena kau sudah pingsan. Ditambah lagi Jonathan sedang meregang nyawa dan Shirley mulai kehilangan kesadarannya. Jadi aku membawa kalian berteleportasi ke sin—“

Julian tidak dapat melanjutkan kalimatnya karena dia merasakan l

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Kiranikirana #1
Chapter 2: Sumpah sedih bgt jadi baby jung ....
Kiranikirana #2
Chapter 1: Thor apa benar baby jung tidak punya kekuantan sama sekali
keyhobbs
#3
Chapter 24: yehet!! dapet sequel hehe thanks a lot authornim saranghae!!!
potatoria
#4
Chapter 24: Astagaaa----baru banget sub *dan bahkan 1 cp belum dibaca sepenuhnya* udah ada sekuel lagi *___*)
real__tcs #5
Chapter 6: Parah sweet banget parah
SunghyoPark #6
Chapter 22: Speechless:")
aethelwyne
#7
Chapter 23: Midnight Awakening. Ditunggu, Author-nim ^^
Parktahyun #8
Chapter 22: Huaaaa meren tapi penasaran keturunan krystal bakal gmn nantinya .-.
Oohjungie #9
Chapter 22: Aku kira ini ending bakal punya anak masing2 loh ^^ Ditunggu ff sestal yg lain dan ff yg gaya bahasanya bagus yaa dan kalo bisa yg indo sub aja hehe ^^ thankyouuu. Fighting authornim :*
Oohjungie #10
Chapter 22: Finally~ Sestaaaall happy ending!