Making a Friend

The Dark Path
Please Subscribe to read the full chapter

“Feels like I’ve seen you somewhere, is it really the first time?”

Illusion by BEATWIN

 

Hari itu hujan lebat mengguyur seluruh penjuru kota. Perihal ini akan menjadi alasan yang pas bagi Krystal untuk bermalas-malasan di ranjangnya sampai lewat waktu dimana lonceng akademi akan berbunyi. Tapi, sayang sekali, kedatangan kakak perempuannya yang secara tiba-tiba itu menghancurkan segalanya.

“Wake up, sister!” seru Jessica sambil menarik selimut dari tubuh Krystal. “Waktunya untuk sekolah.”

Krystal mendengus tertahan. Sekolah. Bagian dari hidupnya yang paling membosankan.

Dengan satu jentikan jari, Jessica membuat lemari Krystal terbuka lebar. Gadis itu pun mengeluarkan seragam akademi Krystal dari sana menggunakan telekinesis. Satu set seragam itu kemudian mendarat di depan kaki adiknya di tempat tidur. Krystal menatapnya sambil berusaha keras menahan rasa iri.

“Astaga, maafkan aku,” kata Jessica cepat-cepat. “Aku lupa seharusnya aku tidak melakukan itu dihadapanmu.”

Krystal turun dari tempat tidur. “Aku tidak pernah memintamu untuk seperti itu.”

Sekitar tiga puluh menit kemudian, Krystal sudah mendapati dirinya berjalan di jalanan kota yang basah dibawah naungan payung. Tanpa melihat dia sudah dapat merasakan tatapan orang-orang disekitar, dan Krystal biasa saja. Dia sudah terlalu terbiasa dengan keadaan seperti ini. Sudah bukan rahasia lagi bahwa dirinya satu-satunya penyihir yang tidak punya kekuatan sihir di kota ini.

Kedengarannya begitu aneh, tapi itu fakta. Seluruh anggota keluarga Krystal tentu saja berdarah penyihir. Di dunia ini setiap penyihir punya satu kekuatan berbeda-beda yang menjadi karakteristiknya, begitupun keluarga Krystal. Ayahnya dapat berteleportasi, Ibunya dapat menghilang, dan Jessica pintar bertelepati. Bagaimana dengan Krystal? Boro-boro. Kekuatan dasar penyihir pun tidak punya.

Krystal mendongak menatap bangunan dihadapannya. Bangunan megah yang tetap berdiri kokoh walaupun termakan usia. Semuanya menyebut tempat ini sebagai Akademi Penyihir. Krystal sedang memikirkan untuk bolos. Dia bisa saja kabur ke padang ilalang favoritnya untuk menghabiskan waktu. Tapi, sayang sekali, penjaga akademi sudah melihatnya. Dia tidak bisa kabur tanpa kena hukuman.

Setelah menghela napas berat, Krystal melangkahkan kakinya ke dalam akademi.

--

Pelajaran pertama adalah Sejarah. Pelajaran paling membosankan yang pernah ada di akademi, karena sang pengajar berbicara seperti robot dan tidak menegur para murid yang tidak memerhatikannya. Krystal hanya mengambil pelajaran ini karena kerajaan memintanya untuk mengambil seluruh pelajaran teori agar kegiatan belajarnya tidak sia-sia. Di pelajaran lain, seperti Mantra, dia hanya bisa diam melihat rekan-rekannya menunjukkan sihir mereka. Dia bahkan tidak dianggap ada.

Pengajar sekarang menjelaskan mengenai kerusuhan antar bangsa yang terjadi tiga abad yang lalu. Semua murid memerhatikan sambil beberapa kali menguap. Berbeda dengan Krystal, gadis itu hanya menyandarkan kening di perkamen bukunya. Dia sudah membaca bagian ini sebelumnya di rumah.

Terdapat empat bangsa di negeri ini. Penyihir yang tinggal di barat, para peri menawan di timur yang hanya mempunyai sihir penyembuhan dan berkaitan dengan tumbuhan, pengubah wujud di utara, dan para petarung di selatan. Dari semua bangsa, hanya para petarung yang hanya mengandalkan kekuatan fisik dan senjata. Dan hanya keluarga kerajaan yang tinggal di tengah negeri yang mempunyai dan boleh mempelajari segala kekuatan yang dimiliki semua bangsa.

Keempat bangsa hanya diperbolehkan menguasai kekuatan bangsanya sendiri. Dari umur dua belas sampai delapan belas tahun, mereka akan belajar di akademi masing-masing. Setelah lulus, mereka diperbolehkan untuk memilih pekerjaan. Urutan dua sampai tiga belas besar nilai terbaik di ujian akhir akan dikirim ke setiap kota. Misalnya, peri dikirim ke Kota Petarung untuk menjadi penyembuh di kota itu. Yang mendapat posisi pertama akan dikirim ke tengah dunia, disebut Lansmyre. Entah siapa yang menciptakan nama aneh itu.

“Psst.”

Krystal sontak terbangun saat tangan seseorang mengguncang tubuhnya. Dia menatap seorang anak laki-laki berdiri didepan mejanya, tersenyum. Krystal lupa namanya siapa.

“Lonceng pergantian pelajaran sudah berbunyi.” Katanya.

“Terima kasih.” Kata Krystal sambil menutup buku Sejarah dan menjejalkannya kedalam tas.

Anak itu tersenyum lagi. “Kau ada kelas apa sekarang?”

Krystal memanggul tas dan berdiri. “Ramuan, kenapa?”

“Sama denganku,” katanya. “Ayo, kita pergi bersama.”

Krystal menatap anak itu sangsi. Selama dia bersekolah, belum pernah ada murid yang ramah padanya. Dia selalu menjadi korban penindasan karena kekurangannya. Sekarang, saat sudah ada baik, dia malah takut anak itu akan bermain-main padanya.

“Tenang saja, aku benar-benar ingin berteman denganmu,” dia berkata, membuat Krystal membulatkan mata. Tawa renyah keluar dari mulutnya. “Aku dapat membaca pikiran orang.”

Astaga, mengerikan, batin Krystal.

Pada akhirnya, Krystal berjalan bersama anak itu menuju kelas Ramuan. Murid-murid yang berlalu lalang di koridor menatapnya aneh. Bagaimana tidak, Krystal si penyihir tanpa kekuatan tiba-tiba mendapat teman. Tampan pula.

“Kamu tidak tahu namaku?” Anak itu bertanya. Krystal menggeleng. “Wah, kukira penyendiri selalu tahu.”

Anak itu segera berdeham saat Krystal tidak termakan candaannya. “Namaku Shane.”

Krystal akhirnya mengingat bahwa Shane adalah murid terbaik di angkatannya. Dia mengambil hampir seluruh pelajaran dan Krystal selalu melihatnya.

“Senang berkenalan denganmu, Krystal.” Tambah Shane.

“Nah, kau yang bukan penyendiri tahu namaku.” Gumam Krystal keras.

Shane tertawa. “Siapa juga yang tidak tahu namamu?” tanya Shane, membuat Krystal menundukkan kepala, merutuki diri sendiri karena lupa akan status dirinya.

“Apakah aku membuatmu tersinggung?” tanya Shane cemas.

“Tidak.” Krystal menggeleng, lalu berjalan cepat, mendahuluinya menuju kelas Ramuan.

--

Setelah jam istirahat selesai, pelajarannya adalah olahraga. Pelajaran lainnya yang kurang peminat. Hanya ada sepuluh siswa termasuk Krystal yang mengambilnya. Menurut sebagian besar penyihir, pelajaran ini hanya pemborosan. Untuk apa belajar pendidikan jasmani jika dengan satu jentikan jari saja mereka dapat melakukan apa yang mereka inginkan?

Pelajaran itu berlangsung di lapangan rumput di belakang bangunan. Semua murid sudah berganti baju dengan pakaian olahraga dan membuat barisan didepan pengajar. Materi hari ini adalah gulat dan pengajar memasangkan para murid. Krystal menahan napas saat dia dipasangkan dengan Shane.

“Kita bertemu lagi.” Kata Shane saat mereka hendak melakukan pemanasan.

“Kita bertemu setiap hari.” Kata Krystal datar sambil menggelar matras.

Shane terkekeh pelan.

Ketika mereka akan melakukan gulat, para murid segera melakukan hal selain memerhatikan. Ada yang terang-terangan berbaring di rumput. Mereka pikir pemenangnya sudah ketahuan dari awal. Siapa lagi kalau bukan Shane. Mereka selalu berpikir Krystal tidak bisa apa-apa.

Dan mereka salah.

--

“Hei.”

Krystal mengangkat kepala dan mendapati Shane sudah duduk didepannya setelah menaruh nampan makan siang. Tiga hari yang lalu saat pelajaran olahraga, tanpa disangka orang-orang, dia berhasil menjatuhkan Shane ke tanah. Suasana menjadi hening selama beberapa saat sampai pengajar menepuk tangan duluan. Shane pun bangkit dengan senyumannya yang khas dan menyalaminya.

“Mulai sekarang, aku akan menjadi teman makan siangmu,” Ucap Shane lalu menyuap sesendok sup. “Kalau mau menolak bilang saja.”

Krystal merengut, segera menggerutu dalam hati karena satu-satunya anak di akademi yang mau berteman dengannya bisa membaca pikirannya. Shane yang mengetahui hal itu hanya tersenyum.

Kafetaria mendadak ribut. Murid-murid berteriak kaget lalu mendekat-dekat untuk melihat sesuatu yang dibentangkan di meja kafetaria mereka. Krystal yang penasaran bangkit dari duduk dan berjinjit, berusaha melihat apa yang ada dibalik punggung mereka.

Shane berteriak pada salah satu laki-laki di meja seberang. “Oi, Jackson! Apa yang terjadi?”

Laki-laki yang dipanggil Jackson itu kemudian melemparkan segulung perkamen yang langsung ditangkap dengan sigap oleh Shane. Shane melepas simpul yang menggulungnya dan membentangkan perkamen tersebut di meja. Koran harian Kota Penyihir edisi hari ini, dengan berita utama yang ditulis besar-besar dalam tinta tebal. SALAH SATU KUNCI PELINDUNG HILANG.

“Parah.” Gumam Shane. Dia bertukar posisi, menjadi disamping Krystal agar mereka bisa

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Kiranikirana #1
Chapter 2: Sumpah sedih bgt jadi baby jung ....
Kiranikirana #2
Chapter 1: Thor apa benar baby jung tidak punya kekuantan sama sekali
keyhobbs
#3
Chapter 24: yehet!! dapet sequel hehe thanks a lot authornim saranghae!!!
potatoria
#4
Chapter 24: Astagaaa----baru banget sub *dan bahkan 1 cp belum dibaca sepenuhnya* udah ada sekuel lagi *___*)
real__tcs #5
Chapter 6: Parah sweet banget parah
SunghyoPark #6
Chapter 22: Speechless:")
aethelwyne
#7
Chapter 23: Midnight Awakening. Ditunggu, Author-nim ^^
Parktahyun #8
Chapter 22: Huaaaa meren tapi penasaran keturunan krystal bakal gmn nantinya .-.
Oohjungie #9
Chapter 22: Aku kira ini ending bakal punya anak masing2 loh ^^ Ditunggu ff sestal yg lain dan ff yg gaya bahasanya bagus yaa dan kalo bisa yg indo sub aja hehe ^^ thankyouuu. Fighting authornim :*
Oohjungie #10
Chapter 22: Finally~ Sestaaaall happy ending!