Choices

The Dark Path
Please Subscribe to read the full chapter

“This place is deeper than a dream inside a dream, I have no confidence to escape from it.”

Error by VIXX

Shane berlari kencang. Hentakkan kakinya menerbangkan debu-debu. Dia berlari meninggalkan segalanya yang ada di belakang. Bencana, kehancuran, nestapa, Shane meninggalkan segalanya. Dia terus berlari, menuju masa depan yang bahkan tidak diketahuinya.

Sekuat apapun tekadnya, Shane masih memiliki rasa lelah. Dia jatuh dalam posisi berlutut diatas tanah. Peluh terus keluar membasahi tubuhnya. Shane menumpu tangan di lutut, mengatur napasnya yang tersengal-sengal.

Dan saat dia mengangkat kepala, dia melihat keajaiban.

Sebuah kota. Kota yang memesona dan penuh gemerlap cahaya. Berkebalikan dengan kota sebelumnya yang kelam dan penuh kesedihan.

Inilah masa depanku, bisik suara di dalam kepala Shane.

Shane berdiri dan berjalan tersaruk-saruk menuju masa depannya. Terdapat gerbang besar. Dan di depan gerbang besar itu, seseorang menunggunya.

“Dad?” tanya Shane linglung. Bingung sekali melihat Ayahnya hidup, berpakaian putih yang sama bersinarnya dengan kota dibelakangnya.

Ayah Shane tersenyum dan mengulurkan tangan. “Kemarilah, Shane.”

“Kenapa Dad ada disini?”

“Menunggumu.” jawabnya.

“Menungguku?”

“Ya,” Dad mengangguk. “Waktumu sudah datang, Shane.”

Shane menyerngit. “Waktu untuk apa?”

Ayahnya tidak menjawab. “Ambil tanganku, dan akan kutunjukkan semuanya padamu. Tapi, sekali kau sudah memutuskan, kau tidak akan bisa mengubahnya.”

“Maksudnya ap—“

“Shane!”

Shane menoleh, mendapati orang yang sudah lama tidak dia jumpai berada di hadapannya. Penampilannya masih sama seperti ketika pertemuan terakhir mereka. Rambut yang digelung asal-asalan, gaun biru seragam anggota wanita Dewan Penyihir dan selop hitam.

“Mom?” ujar Shane, tidak bisa menahan senyuman.

“Aku bersumpah, Shane, aku tidak akan memberimu jatah makan malam karena membuatku lari-lari mengejarmu dengan selop begini.”

Shane tertawa. “Mom, jangan begitu. Ada baiknya aku pergi, karena aku bisa bertemu Dad.”

“Bertemu Dad? Apa yang kau bicarakan, Shane?” Ibunya kelihatan bingung sekali.

Shane menoleh, memastikan dia tidak salah lihat. Ayahnya masih disana, berdiri didepan gerbang kota penuh cahaya itu. Atau Ibunya yang salah lihat?

“Mom benar-benar tidak melihat Dad?”

“Shane, kau sakit?” Ibu Shane mendekat dan menempelkan punggung tangan pada kening Shane.

“Mom tidak lihat? Di belakang sana ada Dad, berdiri didepan gerbang. Gerbang sebuah kota.”

“Aku sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi padamu.” Ibunya menatap Shane seakan dia itu orang gila.

“Ya sudah kalau Mom tidak percaya.” Shane jengkel, berniat menghampiri Ayahnya lagi.

“Shane!”

Kali ini, bukan suara Mom. Penasaran, Shane berbalik dan melihat Ibunya sudah tidak ada, digantikan oleh adik perempuannya. Penampilannya juga sama seperti Shane terakhir melihatnya dalam mimpi, gaun tidur putih yang ternodai bercak darah.

“Hailee? Kenapa kamu ada disini?” Shane mendekatinya dan berkata dengan lembut.

Hailee malah memukuli dada kakaknya itu dengan marah. “Kamu ingkar janji, Shane!” serunya. “Mana katanya kau akan pulang setelah misimu selesai? Nyatanya kau kabur!”

“Hailee—“

“Aku tidak mau lagi percaya padamu! Kau pembohong!” Hailee memotong Shane dengan jeritan, lalu dia sudah berlari, meninggalkan Shane yang tidak berdaya di tempatnya.

Shane menggeleng heran, tidak habis pikir dengan ibu dan adiknya. Kalau begini jadinya, harusnya dia sudah menerima tawaran ayahnya daritadi.

“Bagaimana?” tanya Ayah Shane saat anak sulungnya itu kembali ke hadapannya.

“Kurasa—ngg—“

“Kenapa? Terlalu susah untuk dikatakan? Kalau begitu, ambil saja tanganku kalau kau setuju.”

Dad memberikan tangannya lagi. Shane mengulurkan tangan, mau menerimanya ketika tanah dibawahnya terangkat, mencegah tangan Shane bersentuhan dengan tangan Ayahnya.

Lengan-lengan melingkar di leher Shane dan sebuah suara berbisik di telinganya. “Mau kemana?”

Suara itu membuat Shane merinding. Suara yang selalu terdengar merdu di telinganya, suara yang tidak pernah membuatnya bosan, suara gadis yang dicintainya.

“Krys?” gumam Shane.

“It’s me,” Krystal menarik Shane untuk menghadapnya. “Kamu belum menjawab pertanyaanku.”

“Ngg—aku hanya—“

“Kenapa? Mau pergi? Mau meninggalkanku?” kata Krystal dingin.

“Krys, bukan begi—“

“Shane, kamu mencintaiku, kan?” desak Krystal. “Aku satu-satunya bagimu, kan?”

Shane berlutut, dua telapak tangan menutupi dua telinganya rapat-rapat.

“Jawab, Shane, jawab! Jangan berusaha menghindar!”

“Hentikan…” Shane berkata lirih.

Dihadapannya ada dua orang terkasihnya di kehidupan ini. Gadis yang sangat sulit dia dapatkan hatinya, dan sang Ayah yang telah meninggalkannya enam tahun yang lalu. Kini setelah dia berhasil mendapatkan hati gadis itu, Ayahnya yang sangat dia rindukan kembali, menawarkan sesuatu yang begitu menarik hatinya. Shane sangat mau menerimanya. Dia sudah sangat menunggu waktu dimana dia dan Ayahnya akan bersama kembali.

Namun, ketika dia mau menerimanya, dia teringat Krystal. Dia teringat Krystal dan segala usaha yang telah dia lakukan untuk mendapatkannya. Dia teringat bagaimana dia berusaha keras hanya untuk menatap mata Krystal. Dia teringat bagaimana dia mengumpulkan keberanian penuh untuk mendekatinya. Dia teringat bagaimana susahnya membuat Krystal luluh. Dan saat Krystal sudah didapatinya, keadaan ini harus datang. Belum lagi masih ada Hailee yang perlu dijaganya. Tapi, dia tetap tidak bisa lari dari keadaan ini.

Kecuali jika dia memilih.

--

Hamparan rumput itu terasa lembut di bawah tubuh Krystal. Dia terbangun dengan segar, seperti di hari minggu dimana dia tidak perlu datang ke akademi. Udara di sekelilingnya terasa nyaman dihirup, seakan-akan pertempuran tidak pernah terjadi di tempat itu.

Krystal berdiri. Dia berada di halaman dimana dia terjatuh dan Tanner menyelamatkannya. Tapi, pemuda itu tidak terlihat dimana-mana. Begitu pula dengan mayat Kris

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Kiranikirana #1
Chapter 2: Sumpah sedih bgt jadi baby jung ....
Kiranikirana #2
Chapter 1: Thor apa benar baby jung tidak punya kekuantan sama sekali
keyhobbs
#3
Chapter 24: yehet!! dapet sequel hehe thanks a lot authornim saranghae!!!
potatoria
#4
Chapter 24: Astagaaa----baru banget sub *dan bahkan 1 cp belum dibaca sepenuhnya* udah ada sekuel lagi *___*)
real__tcs #5
Chapter 6: Parah sweet banget parah
SunghyoPark #6
Chapter 22: Speechless:")
aethelwyne
#7
Chapter 23: Midnight Awakening. Ditunggu, Author-nim ^^
Parktahyun #8
Chapter 22: Huaaaa meren tapi penasaran keturunan krystal bakal gmn nantinya .-.
Oohjungie #9
Chapter 22: Aku kira ini ending bakal punya anak masing2 loh ^^ Ditunggu ff sestal yg lain dan ff yg gaya bahasanya bagus yaa dan kalo bisa yg indo sub aja hehe ^^ thankyouuu. Fighting authornim :*
Oohjungie #10
Chapter 22: Finally~ Sestaaaall happy ending!