Hopeless Love

The Dark Path
Please Subscribe to read the full chapter

“In your eyes that look at me, there aren’t any feelings that are like mine.”

Hopeless Love by Park Jimin (박지민)

Shane melihat langit biru menghampar luas di atasnya. Dia mencoba duduk, tapi suara seseorang menyuruhnya berhenti.

“Tetaplah berbaring,” Suara seorang perempuan. “Kamu terlalu lemah untuk bangun.”

Perempuan itu menekan sudut dahi Shane dan empunya merintih, tapi lama kelamaan rasa sakit menghilang dari sana. Dia melakukan hal yang sama dengan bagian tubuh Shane lainnya yang terluka. Shane berteriak ketika perempuan itu menekan dadanya, merasakan sebuah cahaya menyilaukan muncul lalu menghilang, begitu juga rasa sakit di seluruh tubuh Shane.

“Krys… tal?” Suara Shane terdengar seperti kodok.

“Suzy,” Dia mengoreksi. “Kita terpisah dengan semua orang.”

Merasa sudah kuat, Shane berdeham lalu duduk. Kini dia dapat melihat Suzy dengan jelas di sampingnya. Pakaian tempur Suzy basah, kepangan rambutnya kendur dan wajahnya kotor penuh tanah. Shane mengayunkan tangan didepan Suzy, dan pakaiannya kembali kering serta wajahnya kembali bersih. Dia mengayunkan tangan sekali lagi untuk melepas kepangannya, membiarkan rambut pirang panjangnya tergerai.

Semburat merah muncul di pipi pucat Suzy. “Terima kasih.”

Shane mengangguk, tidak begitu memerhatikan. “Terima kasih juga,” katanya lalu bangkit dan memandangi sekitar. “Dimana kita?”

“Entahlah,” Suzy ikut bangun. “Yang pasti pantai ini bukan pantai yang sama seperti sebelumnya.”

Shane mengecek pergelangan tangan kirinya, langsung menghela napas lega ketika mendapati gelang mutiara hitam masih melingkar disana. Suara detak jantung terdengar dari sana, menandakan Krystal masih hidup. Shane tersenyum kecil. Tidak salah dia memberi sihir agar mutiara hitam itu terhubung dengan pasangannya.

Sekarang Shane hanya perlu berdoa agar Krystal baik-baik saja. Tapi, Krystal pasti baik-baik saja selama dia masih bersama Julian yang katanya akan melindungi Krystal sebesar Shane melindunginya. Julian lebih baik menepati janji itu atau Shane akan bermacam-macam, tidak peduli apa statusnya di negeri mereka.

Dia lalu menoleh untuk melihat Suzy. “Kamu mau masuk ke dalam hutan?” tanyanya.

Suzy hanya terpaku ketika Shane menatapnya tepat di mata. Suzy selalu berharap Shane menatapnya sama seperti dia menatap Krystal, sama lembutnya, sama teduhnya. Namun, Suzy hanya bisa bermimpi.

Sementara itu, Shane merasakan dia akan mengetahui sesuatu yang aneh jika dia memandang lebih lama. Jadi dia segera memalingkan muka. Tanpa menunggu jawaban Suzy, Shane memimpin jalan mereka ke dalam hutan.

Hutan ini lebih belantara. Shane berjalan didepan, menyingkirkan tumbuhan-tumbuhan lebat dengan sihirnya. Suzy mengikuti dengan langkah lebih lambat, sambil mengusap matanya yang terasa gatal.

Suzy tiba-tiba mengalami sesuatu yang aneh selesai mengusap mata. Pandangannya tiba-tiba memburam. Dia tidak melihat keberadaan sebuah batu dihadapannya dan tersandung. Keningnya membentur punggung Shane.

Shane berbalik dan membantunya berdiri tegak. “Kau tidak apa-apa?”

Suzy mengangguk, berbohong. Dia bahkan tidak bisa melihat Shane dengan jelas dalam jarak sedekat ini. Dia berkedip berkali-kali, tapi tidak ada yang berubah. Semuanya tetap buram.

Apa yang terjadi?

Shane baru mau menjawab ketika terdengar sebuah suara. Suara manusia. Mereka berdua segera menoleh ke sumbernya, membeku ketika melihat apa yang ada dihadapan mereka sekarang.

Aneh rasanya setelah berhari-hari berada di wilayah Dark Path, dan baru sekarang mereka bertemu dengan seorang manusia.

Seorang tidak tepat, lebih tepatnya segerombolan. Orang-orang itu semuanya laki-laki, berpakaian hitam dari ujung kepala sampai kaki dan memakai masker. Yang berdiri paling depan terlihat mengintimidasi dengan tatapan matanya yang tajam.

“Kalian tersesat?” tanya orang itu sambil menurunkan masker, memperlihatkan wajah garang dengan bekas goresan di pipi kirinya.

Shane dan Suzy terdiam. Suzy bersembunyi dibalik punggung Shane, sementara Shane mencoba menggunakan kekuatannya. Dibacanya satu persatu pikiran orang-orang itu, tapi dia tidak menemukan sesuatu yang negatif.

“Hei, aku bertanya pada kalian.” Yang paling depan membentak.

“Ngg—ya, kami tersesat.” Jawab Shane pelan.

“Kalian dari Lansmyre? Bangsa apa kalian?”

Shane mengangguk. “Aku penyihir dan gadis ini peri.”

Seseorang dari mereka maju dan berbisik pada yang paling depan. Dia mendengarkan dengan saksama, lalu mengangguk dan kembali memandang Shane.

“Kami bisa membantu kalian,” katanya. “Itupun kalau kalian mau mengikuti kami.”

Shane menyerngit. “Kemana?”

“Menghadap atasan kami. Hanya dia yang dapat membantu kalian. Dia mengenal wilayah ini luar dalam.”

Tidak ada salahnya jika Shane mengikuti mereka. Mungkin dengan bertanya pada atasan mereka, Shane dapat menyelesaikan misi ini dengan mudah dan pulang membawa kunci yang hilang itu. Bayangannya kembali ke Kota Penyihir dan berkumpul kembali dengan Krystal beserta Hailee langsung membuatnya bersemangat.

“Baiklah,” kata Shane akhirnya. “Kami akan ikut kalian.”

“Shane,” Suzy menahan sikunya ketika dia hendak melangkah mengikuti orang-orang asing itu. “Kamu yakin?”

“Suzy, tidakkah kamu ingin cepat pulang? Kita bisa minta bantuan atasan mereka untuk itu.” Ujar Shane.

“Tapi—mereka bisa saja orang jahat.”

“Jangan berburuk sangka dulu,” Pemuda itu berkata. “Aku sudah membaca pikiran mereka dan tidak ada yang aneh.”

Suzy akhirnya melunak dan melepaskan tangannya dari siku Shane. “Hmm—ya sudah, aku ikut kau.”

“Kalian ikut?” Orang asing itu berseru dari jauh karena mereka sudah berjalan duluan.

“Tentu!” Shane balas berseru lalu menyusul, dengan Suzy dibelakangnya yang mengikuti.

--

Api yang diciptakan Julian melahap tubuh tanpa nyawa Jonathan diatas tumpukan kayu bakar yang telah mereka susun. Sang Putra Mahkota mundur dan menggenggam tangan Krystal dan Miles yang berdiri di kanan kirinya. Mereka mengelilingi jasad Jonathan dengan tangan saling bertautan, menjadi saksi mata ketika asap mengepul dari tubuhnya ke atas, ketika perlahan tubuhnya hancur menjadi abu, terbakar nyala api, sesuai kemauan keluarganya yang tidak akan bisa menahan kesedihan jika mayatnya dibawa pulang ke rumah.

Shirley menatap Jonathan dengan tatapan kosong. Matanya yang berair disinari cahaya dari api. Satu tangannya yang gemetaran melepaskan diri dari pegangan Chace untuk menghunus kapak kekasihnya yang daritadi bersembunyi pada sarung di pinggangnya. Shirley sangat mengenali benda ini. Kapak itu tidak hanya senjata bagi Jonathan, tapi juga sahabatnya, bahkan senjata pertama yang pernah dipegangnya.

Awalnya Shirley menginginkan kapak ini juga ikut dibakar bersama jasad Jonathan, tapi tradisi turun temurun bangsa Petarung mewajibkan pedang untuk ditempatkan diatas dada dan dipegang oleh tangan kanan mayat, seperti yang terjadi pada Jonathan sekarang.

Tapi, akhirnya Shirley maju. Dia melemparkan kapak tersebut ke dalam kobaran api, membuatnya memercik sedikit. Shirley menatap wajah Jonathan yang belum hangus untuk yang terakhir kalinya, lalu dia berbisik dengan suara yang mungkin hanya bisa didengar Jonathan jika dia masih hidup.

“Hail and farewell, love.”

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Kiranikirana #1
Chapter 2: Sumpah sedih bgt jadi baby jung ....
Kiranikirana #2
Chapter 1: Thor apa benar baby jung tidak punya kekuantan sama sekali
keyhobbs
#3
Chapter 24: yehet!! dapet sequel hehe thanks a lot authornim saranghae!!!
potatoria
#4
Chapter 24: Astagaaa----baru banget sub *dan bahkan 1 cp belum dibaca sepenuhnya* udah ada sekuel lagi *___*)
real__tcs #5
Chapter 6: Parah sweet banget parah
SunghyoPark #6
Chapter 22: Speechless:")
aethelwyne
#7
Chapter 23: Midnight Awakening. Ditunggu, Author-nim ^^
Parktahyun #8
Chapter 22: Huaaaa meren tapi penasaran keturunan krystal bakal gmn nantinya .-.
Oohjungie #9
Chapter 22: Aku kira ini ending bakal punya anak masing2 loh ^^ Ditunggu ff sestal yg lain dan ff yg gaya bahasanya bagus yaa dan kalo bisa yg indo sub aja hehe ^^ thankyouuu. Fighting authornim :*
Oohjungie #10
Chapter 22: Finally~ Sestaaaall happy ending!