Something Odd

The Dark Path
Please Subscribe to read the full chapter

 “I’m looking for your hands in the darkness, unknown fear is standing in front of me.”

Return by Wendy (Red Velvet) & Yook Jidam

“Yang Mulia!”

Setelah bermenit-menit menangis dalam diam, Julian akhirnya menyeka air mata sampai tidak meninggalkan bekas. Dia menoleh pada gadis disampingnya.

“Krystal?” Julian menyentuh bahunya yang masih terguncang.

Krystal mendongak untuk menatap Julian dengan kedua matanya yang bengkak. Julian menggunakan ibu jarinya untuk menghapus sisa-sisa air mata di pipi Krystal, lalu menyunggingkan senyum palsu. “Ayo, kita harus pergi.”

“Yang Mulia!” kata orang itu sekali lagi. Mereka menoleh, mendapati Jasper sudah berlutut di ujung dermaga. “Miles mengharapkan kehadiran Anda di perkemahan.”

“Bangkitlah, Jasper,” suruh Julian. “Memangnya ada apa?”

“Miles berhasil menemukan jejak kunci penyihir, dan dia bilang jaraknya tidak jauh dari sini.”

--

“Kau yakin?”

“Seratus persen yakin. Tidak pernah aku seyakin ini sebelumnya,” jawab Miles mantap. “Panggil seluruh penyihir istana yang ada dan aku berani jamin mereka akan setuju denganku.”

Chace memutar bola mata. “Wow, kedengarannya sangat sombong, big guy.”

Miles nyengir. “Sori.”

Chace mengangkat bahu. “Yah, kita dengar saja pendapat Pangeran mengenai kesombongan Miles ini.”

“Kalau kau sebegitu yakinnya, kau pasti tahu dimana tempat jelasnya, kan, Miles?” tanya Julian kemudian yang sedang bersandar di batang pohon.

“Tidak, sih—Ah, sakit tahu!” Miles mengelus puncak kepalanya yang tadi dipukul Chace. “Sopan dikit bisa? Aku masih lebih tua setahun darimu, Chace.”

“Makanya jangan sok dulu.”

“Hei, jangan bertengkar.”

Chace berlutut setelah ditegur Julian. “I beg your forgiveness, Crown Prince.”

“Arise,” perintah Julian. “Lanjutkan, Miles.”

“Menurutku, kita lebih baik bergerak. Aku akan merasakannya jika jarak kita semakin dekat,” kata Miles. “Dan sekarang intuisiku mengatakan posisi kunci ada di utara dari posisi kita saat ini.”

Julian mengangguk-angguk. “Kita berangkat besok pagi-pagi,” putusnya. “Sekarang, bubar.”

Semua orang langsung masuk ke dalam tenda sementara Miles membersihkan sampah bekas makanan disekitar api unggun. Julian hendak membantu tapi ditolak Miles.

“Biar aku saja, Julian.”

“Memangnya kenapa?” Julian tidak mengindahkan. Dengan sihirnya dia menerbangkan piring-piring, memasukkannya kembali ke dalam kantung Val dan Selena.

“Aneh melihat seorang Pangeran beres-beres.”

Julian terkekeh. “Berhari-hari tanpa pelayan membuatku lebih mandiri.”

“Masih ada pelayan juga kau mandiri, sih,” kata Miles. “Tambahkan itu ke salah satu alasan kenapa kau paling cocok untuk menduduki singgasana.”

“First Princess akan membunuhmu jika dia mendengarnya, Miles.”

“Then let her,” Miles tertawa. Dia lalu melihat ke belakang bahu Julian dan mengerutkan kening. “Mau kemana dia?”

Julian menoleh. Dilihatnya punggung Krystal semakin menjauh dari area perkemahan. Dia bangkit untuk mengejarnya.

“Krystal!” seru Julian, lalu bertanya saat sudah menyamakan langkahnya. “Mau kemana?”

“Latihan.” Jawab Krystal pendek.

“Latihan?” ulang Julian bingung.

“Crossbowku sudah tenggelam,” kata Krystal. “Aku tidak punya perlindungan lagi, jadinya aku harus mencoba memanfaatkan kemampuan tersembunyiku ini.”

“Kamu kan masih bisa mengambil dari kantung.”

“Oh, ya, soal kantung itu. Ada satu hal yang mengganggu pikiranku,” Krystal berujar. “Kenapa kamu baru memakainya setelah kejadian di lautan monster? Kita kan bisa mengambil persediaan makanan dari dalam sana ketika di pulau sebelumnya, tapi kau membuat kita memancing dan memetik buah.”

“Kata Val dan Selena kantung itu ada limitnya,” jawab Julian. “Terlalu serakah mengambil barang, kantung tidak akan memenuhi permintaanmu selama berhari-hari. Bahaya, kan kalau itu terjadi? Maka dari itu aku menggunakannya di saat mendesak saja. Kau lihat kan pulau ini sangat sedikit buah-buahannya?”

“Begitu ternyata. Tapi, aku tidak perlu crossbow lagi. Lagipula di saat yang mendesak ketika anak panahku habis, aku tidak mau repot mengambil persediaan dari kantung. Kugunakan kekuatanku saja.”

Mereka sampai didepan sebuah rawa. Krystal berdiri di pinggirnya, tampak menimbang-nimbang.

“Apa dulu, ya?” gumamnya bingung.

Julian menjentikkan jari. Api muncul, berkobar mengelilingi Krystal. Gadis itu berjengit dan langsung memadamkannya dengan air rawa.

“Kaget, tahu.” Krystal merajuk.

Julian nyengir. “Lanjutkan.”

Krystal kebingungan. “Aku tidak tahu harus apa.”

“Ah, bagaimana kalau begini,” Julian berjalan mendekat, mengulurkan kedua tangannya begitu sudah didepan Krystal. “Boleh?”

Pemuda itu meletakkan kedua tangannya diatas bahu Krystal begitu diijinkan. Dia memejamkan mata. Mulutnya bergerak untuk menyebutkan mantra. Setelah mantra-mantra itu meluncur keluar dari mulut Julian, Krystal merasa mual. Dengan refleks dia menutup mata, lalu dia merasakan sesuatu keluar dari tubuhnya. Ketika dia membuka mata, duplikat dirinya berdiri disampingnya, versi lebih mini.

“Whoa!” serunya kaget.

“Keren, kan?” kata Julian bangga. “Ini termasuk salah satu sihir rumit. Nenekku masternya. Aku selalu bertanya-tanya mengapa dia hanya mau mengajarkan sihir ini padaku, ternyata ini alasannya. Bahaya juga kalau sihir ini digunakan sembarangan, bukan?”

Krystal mengangguk. “Lalu, apa yang harus ku lakukan?”

“Suruh dia melakukan apa yang kamu mau.”

“Hmm—duduk?”

Mini-Krystal duduk.

“Berdiri!”

Mini-Krystal berdiri.

Mata Krystal melebar, lalu dia tertawa.

“Oke, itu saja main-mainnya,” Julian tersenyum. “Sekarang, latihan yang sebenarnya. Aku yang mengendalikan.”

“Air!” perintah Julian.

Mini-Krystal mengendalikan air untuk menyerangnya. Krystal dengan asal dia menggunakan udara untuk menangkis, dan ternyata berhasil.

“Bagus!” Julian bertepuk tangan. “Berarti, air lemah terhadap udara. Selanjutnya, udara.”

Angin berhembus, tanpa semilir dulu seperti yang Krystal lakukan pada Tyler. Petir, kata suara didalam hati Krystal. Berhasil.

“Petir!”

Petir menyambar daratan tepat didepan Krystal, membuatnya refleks mundur. Saat petir menyambar untuk yang kedua kalinya, Krystal menarik tanah dari daratan dibawahnya. Berhasil.

“Tanah!”

Seonggok tanah diambil oleh Mini-Krystal, dia melemparkannya pada Krystal. Krystal bingung. Dia mencoba menggunakan air tapi gagal. Air itu malah menyerang balik dirinya sendiri, membuatnya kebasahan sedikit. Dengan udara juga tidak terlalu efektif.

“Julian!” Krystal berseru. “Api! Beri aku api!”

Julian melemparkan bola-bola api padanya, yang Krystal oper menuju Mini-Krystal. Mini-Krystal terhuyung kebelakang, terkalahkan.

“Lain kali kalau kamu menakut-nakuti penyihir dengan tanah, akan kuperintahkan mereka untuk menggunakan api,” kata Julian. “Bagus sekali, Krystal. Kamu ingat urutannya?”

“Api lemah terhadap air. Air lemah terhadap udara. Udara lemah terhadap petir. Petir lemah terhadap tanah. Dan tanah lemah terhadap api.”

“Kamu harus mengingatnya untuk diajarkan pada keturunan-keturunanmu,” kata Julian. “Kita kembali saja, yuk?”

Krystal mengangguk, sementara Julian menghilangkan Mini-Krytal tanpa jejak. Sambil menyeka keringat di pelipisnya, dia berjalan berdampingan dengan Julian kembali ke perkemahan.

“Julian.” Gadis itu memanggil.

“Ya?”

“Terima kasih sudah banyak membantu.”

Julian tersenyum. “Dengan senang hati.”

--

“Kemana sekarang?”

“Lurus.” Jawab Miles.

Jasper tampak sangsi. “Yakin?”

“Be quiet, Jas,” kata Nalia. “Just follow the big guy’s instructions.”

“Yeah, and we’ve been doing this for two hours.” Chace menimbrung dengan jengkel.

“Jangan banyak ngeluh,” kata Lay. “Ikuti saja.”

Chace menoleh. “Tumben kau berbicara.”

“Yah, lebih baik daripada—Ah!

Jesse tiba-tiba menginjak kaki Lay. Lay melempar tatapan tidak suka padanya. “Apa, sih?” dia mendesis.

Jesse meletakkan telunjuk didepan bibir, lalu mengarahkannya ke depan. Lay mengikuti arah telunjuk Jesse. Dia berjengit melihat apa yang mereka hadapi. Instingnya sebagai Pengubah Wujud muncul begitu saja. Perlahan kukunya memanjang, bulu-bulu di tubuhnya mulai tumbuh—

“Wow, relax, lion dude,” kata seorang berambut pirang. “Aku tidak bermaksud untuk bertengkar.”

“Kau siapa?” Lay sampai harus mendongak karena lawan bicaranya kelewat tinggi.

“Oh, ya, maafkan ketidaksopananku ini,” katanya. “Aku Kris, Crown Prince of The Dark Path.”

Hening sebentar. Sampai akhirnya Tyler mengeluarkan suara mengejek.

“Sejak kapan Dark Path menjadi kerajaan?”

Kris menatapnya. “Sejak enam tahun lalu, ketika kami semua dibuang ke sini dan selamat dari serangan makhluk-makhluknya.”

“Kau!” Krystal membelalak. “Kau yang membunuh kedua orang tuaku, kau yang membunuh ayah Shane—“

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Kiranikirana #1
Chapter 2: Sumpah sedih bgt jadi baby jung ....
Kiranikirana #2
Chapter 1: Thor apa benar baby jung tidak punya kekuantan sama sekali
keyhobbs
#3
Chapter 24: yehet!! dapet sequel hehe thanks a lot authornim saranghae!!!
potatoria
#4
Chapter 24: Astagaaa----baru banget sub *dan bahkan 1 cp belum dibaca sepenuhnya* udah ada sekuel lagi *___*)
real__tcs #5
Chapter 6: Parah sweet banget parah
SunghyoPark #6
Chapter 22: Speechless:")
aethelwyne
#7
Chapter 23: Midnight Awakening. Ditunggu, Author-nim ^^
Parktahyun #8
Chapter 22: Huaaaa meren tapi penasaran keturunan krystal bakal gmn nantinya .-.
Oohjungie #9
Chapter 22: Aku kira ini ending bakal punya anak masing2 loh ^^ Ditunggu ff sestal yg lain dan ff yg gaya bahasanya bagus yaa dan kalo bisa yg indo sub aja hehe ^^ thankyouuu. Fighting authornim :*
Oohjungie #10
Chapter 22: Finally~ Sestaaaall happy ending!