Hidden Truth

The Dark Path
Please Subscribe to read the full chapter

“You and me, through thick and thin, our hearts are shattering.”

木兰情 by Stefanie Sun

Saat tidak ada musuh yang memerhatikan, Shirley memanjat pohon. Setelah cukup tinggi, dia melompat dan mendarat tepat di punggung minotaur yang sedang dilawan Chace. Minotaur itu kebingungan, dan Chace mendapat kesempatan untuk menebaskan pedang pada tubuhnya.

“Shirley! Kamu memang sudah membantuku tapi ini ide gila!”

Shirley tidak mendengarkan. Dia menyentak pedang dari sarungnya di pinggang, lalu menikamnya dengan ganas ke kepala minotaur. Dia mendalamkan tikamannya, membuat minatour itu meraung. Barulah saat mata pedang Shirley menembus kepalanya, raungan minotaur berhenti dan dia ambruk ke tanah, bersama Shirley.

Shirley sedang mengelap peluh saat sebuah tangan terulur padanya.

“Tadi aku sempat berpikir, jika aku menjadimu, aku tidak akan mau melakukan hal seperti barusan. But, you nailed it.” Suara yang asing, tapi Shirley menangkap tangannya juga.

“Lord Damon!” teriak seseorang. “Pisau lempar, arah jam enam!”

“Sial!” Pemuda itu membungkuk, secara otomatis menindih tubuh Shirley. Gadis itu merintih karena beban menimpanya, tapi dia kemudian mendengar suara benda tajam berdesing melewati telinganya. Pemuda siapalah itu memungut pisau yang terjatuh di atas kepala Shirley, lalu melemparnya balik pada pemiliknya tanpa berbalik, dan hebatnya tepat sasaran.

“Sori soal tadi,” Dia membantu Shirley berdiri, lalu menarik busur dan melepaskan anak panah, mengenai musuh yang sedang melawan Tamara. “Siapa namamu?”

“Shirley,” Jawab Shirley singkat, lalu mulai menembak. “Omong-omong, ada musuh berlari menujumu, arah jam tiga.”

“Baiklah,” katanya. “Dalam hitungan ketiga, aku akan mengangkatmu.”

“Hah?”

Shirley tidak sempat bertanya lebih jauh, karena laki-laki itu sudah berhitung. Tepat setelah dia menyebutkan tiga, dia mengangkat tubuh Shirley, mengayunkannya sampai ujung sepatu Shirley yang tajam membentur dagu musuh dengan keras. Si musuh terhuyung-huyung mundur, lalu ambruk setelah ditikam panah oleh Damon.

“Terima kasih,” Damon berkata pada Shirley. “Sepertinya, kau sudah tahu namaku, ya.”

“Lord Damon, kan?” Shirley menunduk saat seberkas cahaya merah dilempar menujunya. Kutukan itu sebaliknya menabrak pohon.

“Hilangkan embel-embel itu,” kata Damon kesal. Dia melampiaskan kekesalannya dengan memanah phoenix di angkasa. “Aku membencinya.”

“Mengapa? Bukankah jadi anak dari Count dan Countess itu suatu kebanggaan? Adikmu terlihat tidak memiliki masalah dengan itu—Oh, jangan minotaur lagi.”

Satu minotaur berlari menujunya, trisula di tangan. Tapi, tahu-tahu seekor harimau menerkamnya dari belakang. Dengan gigi-giginya yang tajam, dia menyeret minotaur itu menjauh dari Shirley.

“Makasih, Jasper!” teriak Shirley diantara suara kerusuhan walaupun dia tidak yakin apakah Jasper bisa mendengarnya. Dia kemudian memungut trisula yang terlempar dari tangan minotaur. “Keren juga.”

“Jangan kebanyakan memuji. Urusi monster di kirimu.”

“Ya, ya,” Shirley mengibaskan trisula itu ke kiri, menggoreskan bagian yang tajam ke sepanjang tubuh monster. “Hei, kau belum menjawab pertanyaanku.”

“Kau sedikit tidak sopan,” komentar Damon. “Tapi, aku tetap akan menjawab pertanyaanmu karena aku tidak gila hormat. Aku lebih suka dipanggil dengan sebutan lain.”

“Apa itu?”

“Knight Damon,” jawabnya. “Tapi, kalau untukmu, panggil aku Damon saja juga boleh, kok.”

Damon mengedipkan sebelah mata padanya, lalu fokus kembali pada pertempuran. Shirley mendengus. Pemuda ini lebih flirty daripada Jonathan, dan mereka bahkan baru bertemu.

--

Pasar Lansmyre dalam keadaan mengenaskan. Pintu-pintu toko sudah terlepas dari engselnya. Darah manusia maupun monster mengotori jalan. Dimana-mana tersebar helm besi prajurit Lansmyre yang sudah terlepas dari kepala mereka, tertendang kaki siapapun yang sedang bertarung.

Belum sempat menarik napas setelah mendorong lawannya ke tanah, sesuatu yang keras membentur kepala berhelm Julian, tapi dia hanya kehilangan keseimbangan sedikit karena benturan yang tiba-tiba itu. Julian menyeringai lalu berbalik.

“Apa aku perlu mengajarimu dulu bahwa melempar batu pada orang berpakaian besi itu tidak berguna?”

Pemberontak itu menggeram marah lalu menerjangnya, tapi Julian menahan bahunya. Dia menonjoknya sampai hidungnya patah. Kaki Julian terangkat untuk menyandung belakang kaki musuhnya, menjatuhkannya. Untuk yang terakhir, dia memberi tusukan di dada dengan belati.

Sebuah tangan raksasa berbulu mengangkat tubuh Julian dari tanah. Tangannya satu lagi yang bebas membuka helm Julian. Julian baru mau mencabut pedang, tapi dia sudah keburu dibanting duluan ke salah satu toko.

Julian terhempas ke jendela sampai kaca-kaca jendela itu pecah semua. Pecahannya kemudian menimpa tubuh Julian yang terjatuh di beranda depan toko. Julian meringis merasakan pecahan itu menusuk wajah dan lehernya yang tak berpengaman.

Julian masih berbaring ke sana, masih ragu untuk membuka mata. Mungkin dia bisa berpura-pura mati dan menyerang secara tiba-tiba.

Kebetulan, dia mendengar suara langkah kaki mendekatinya. Tangan Julian meraba hulu pedang di sabuk senjata di pinggangnya. Ketika orang itu tiba, Julian menghunusnya keras sampai mata pedang itu menggores tulang selangka orang tersebut. Si korban mengeluarkan suara rintihan. Dan itu suara perempuan.

Anggota pasukan Kris semuanya laki-laki.

Julian membuka mata. Melihat Seychelle yang sedang memegangi bahunya kesakitan membuat Julian terperanjat.

“Seychelle!” pekiknya sambil duduk, melupakan rasa sakit di lehernya. “Astaga, maafkan aku! Aku kira kau musuh!”

Seychelle menggeleng. “Tidak apa-apa, Pangeran. Ini hanya luka kecil. Justru luka Pangeran yang harus dicemaskan.”

Seychelle mencari sesuatu. Saat dia menemukan kantung ajaib di pinggang Julian bersama sabuk senjatanya, Seychelle memasukkan tangan ke sana dan mengeluarkan satu buah apel. Dia memanipulasi apel itu dan memberikannya pada Julian.

Julian, walaupun bingung, menggigitnya juga. Setelah dia menelannya, Julian merasakan luka-luka di tubuhnya mulai menutup dan dia merasa kuat kembali. Menyadari kegunaan buah itu sebagai penyembuh, dia memberikannya pada Seychelle, tapi gadis itu menolak.

“Habiskan, Pangeran. Aku baik-baik saja.”

Wilayah yang mereka tempati sekarang sudah sepi pertempuran, jadi Julian merasa waswas begitu mendengar suara langkah kaki. Dia menarik kepala Seychelle ke dadanya. Seychelle terkaget karena pergerakan Julian yang tiba-tiba itu, ditambah lagi keningnya membentur baju zirah Julian yang keras.

“Pura-pura mati.” Bisik Julian.

“Yang Mulia Pangeran!” Suara yang tidak asing. “My lord, astaga…”

Julian mengintip ke balik kepala Seychelle. “Jenderal Xander!” serunya kaget.

“Anda tidak apa-apa, my lord, Miss Seychelle? Anda terluka?” tanya Xander.

“Tidak, kami tidak apa-apa.” Julian berdiri, menarik Seychelle bersamanya.

“Syukurlah,” Xander lega. “Saya datang untuk memberi informasi bahwa pemberontak hampir mencapai pintu istana.”

“Apa?” Julian berseru. “Kau melihat Kris?”

“Dia belum kelihatan.”

“Apa ada salah satu dari Yang Terpilih dan tutor yang gugur?”

“Sejauh ini belum ada, my lord. Tapi, Miss Krystal dan Nalia tidak terlihat di halaman.”

Mendengar nama Krystal disebut dan keabsenannya, Julian mengeratkan pegangannya pada pergelangan tangan Seychelle yang tidak disadarinya terus dipegang selama dia berbicara dengan Xander.

“Kita harus membantu.”

Julian membawa Seychelle dan Xander berteleportasi menuju halaman istana. Mereka muncul ditengah kekacauan. Di kaki Julian, terdapat Candice yang sudah berbaring tanpa tenaga.

“Jenderal Xander, bantu yang lain!” perintah Julian. “Candice…”

Melihat tutor favoritnya selain Miles terluka, Krystal jadi terlupakan.

Cairan segar mengalir keluar dari kepala Candice. Warnanya yang merah kontras dengan warna rambut pirang terang Candice.

“Saya tertusuk trisula, my lord.” Bibir Candice yang berdarah menyunggingkan senyuman lemah.

“Kamu bisa menyembuhkan dirimu sendiri?”

Candice menggeleng. “Saya terlalu lemah untuk itu.”

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Kiranikirana #1
Chapter 2: Sumpah sedih bgt jadi baby jung ....
Kiranikirana #2
Chapter 1: Thor apa benar baby jung tidak punya kekuantan sama sekali
keyhobbs
#3
Chapter 24: yehet!! dapet sequel hehe thanks a lot authornim saranghae!!!
potatoria
#4
Chapter 24: Astagaaa----baru banget sub *dan bahkan 1 cp belum dibaca sepenuhnya* udah ada sekuel lagi *___*)
real__tcs #5
Chapter 6: Parah sweet banget parah
SunghyoPark #6
Chapter 22: Speechless:")
aethelwyne
#7
Chapter 23: Midnight Awakening. Ditunggu, Author-nim ^^
Parktahyun #8
Chapter 22: Huaaaa meren tapi penasaran keturunan krystal bakal gmn nantinya .-.
Oohjungie #9
Chapter 22: Aku kira ini ending bakal punya anak masing2 loh ^^ Ditunggu ff sestal yg lain dan ff yg gaya bahasanya bagus yaa dan kalo bisa yg indo sub aja hehe ^^ thankyouuu. Fighting authornim :*
Oohjungie #10
Chapter 22: Finally~ Sestaaaall happy ending!