The Two of Us

The Dark Path
Please Subscribe to read the full chapter

“No matter how busy I am, I’ll take care of you. Wherever I go, I’ll protect you.”

Mansae (만세) by Seventeen

Suara baja membentur lantai bergema di ruang latihan. Seychelle melongo, matanya menatap pedang yang tergeletak di lantai itu tak berdaya. Sementara itu, Julian malah cemberut, bukannya merayakan kemenangannya.

“Sudah dua minggu aku melawanmu menggunakan teknik yang sama,” Julian berkata. “Dan kamu masih belum bisa mengalahkanku?”

“Iya, iya, maaf.” Seychelle ikut cemberut.

“Dua minggu itu waktu yang lama, Seychelle. Adikku Selena bahkan dapat mengalahkan pelatihnya setelah dua hari saja.”

“Jangan samakan aku denganmu dan keluargamu, dong. Sudah jelas kita semua berada di level yang berbeda.”

“Kamu kira kami semua seperti ini langsung begitu saja? Setelah keluar dari rahim Ibu, kami langsung jago bertarung? Tidak. Seluruh hal yang telah tercapai pasti ada prosesnya.”

Seychelle menunduk. “Ya, dan prosesnya akan berlangsung lama sekali, bahkan mungkin tidak akan selesai.”

“Hei,” Julian mendekat. Tangannya mengangkat dagu Seychelle agar gadis itu menatap matanya. “Kamu sudah mencapai sejauh ini. Jangan menyerah begitu saja, oke?”

Dengan berat, Seychelle mengangguk. Dia membungkuk untuk memungut pedang, tapi tangan Julian menahan pergerakannya.

“Pelajaran selesai. Kita sudah seharian disini.”

“Lucu karena kamu mengatakannya setelah menyuruhku untuk bekerja keras.”

“Bekerja keras juga perlu istirahat,” kata Julian. Dengan sihirnya, dia menerbangkan peralatan mereka, lalu dikembalikan ke lemari penyimpanan di pojok.

“Well,” kata Seychelle. “Aku mau mencari udara segar di taman. Sepertinya ada banyak pekerjaan yang menungguimu jadi kamu harus kembali ke ruang kerjamu?”

Julian mengangkat bahu. “Memang, tapi jalan-jalan bersamamu di taman kedengarannya tidak buruk.”

“Julian,” tegur Seychelle. “Nasib anak-anak yang sebentar lagi lulus akademi lebih penting daripada aku.”

“Bisa diatur.”

“Julian.”

“Oke, oke,” Julian merengut. “Habis menemanimu, aku akan bekerja.”

“Kenapa memaksa sekali untuk menemaniku, sih?” Seychelle bertanya sambil tubuhnya mengikuti langkah Julian yang sudah merangkulnya keluar ruang latihan.

“Bukannya berterima kasih ada yang mau menemani ketika sahabatmu sudah pulang ke kotanya.”

“Tapi, kamu kan punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.”

Justru itu alasan Julian. Pekerjaan menumpuk itu membuat kepalanya penat. Dia perlu melakukan sesuatu agar tidak terlalu stres. Dan Seychelle lah yang dapat melakukan itu. Hanya dengan berada didekatnya, mendengarnya bercerita dan tertawa, Julian merasa senang. Stresnya seperti hilang terbawa angin.

“Sampai,” kata Julian beberapa saat kemudian di taman. “Oke, apa yang akan kita lakukan disini?”

Seychelle tersenyum jahil, kemudian berlari menjauhi Julian. “Tangkap aku kalau kamu bisa!”

Julian mendengus geli sambil menatap Seychelle yang larinya bahkan tidak pantas dibilang lari. Kalaupun dia bisa berlari cepat juga, apa dia lupa karakteristik yang Julian miliki?

Julian berteleportasi ke belakang Seychelle, lalu secara tiba-tiba mengangkat gadis itu ke udara. Seychelle menjerit. Julian tertawa, dia tanpa ampun mulai menggelitiki Seychelle.

“Julian, hentikan!” Seychelle mencubitnya, tapi tawa Julian malah tambah keras.

“Oi!”

Mereka berhenti kemudian menoleh ke sumber suara. Krystal yang sedang berbaring diatas kursi taman menatap mereka sengit.

“Bisa tidak kalian lakukan lovey-dovey ini tanpa mengganggu tidur siang orang lain?”

“Siapa juga yang tidur siang di taman?” balas Julian.

“Aku,” jawab Krystal. “Karena aku menghormati pelayanmu yang sedang merapikan kamarku.”

“Krystal, kamu tahu kamu bisa memakai kamarku.” Ucap Seychelle.

“Aku menghargai kebaikanmu, Seychelle, tapi aku harus pergi untuk mencari ketenangan ditempat lain,” Krystal bangkit. “Dan tolong, lain kali nggak usah berlebihan.”

Setelah mengatakan itu, dia melengos pergi.

“Baiklah, masalah perempuan apa lagi yang dia alami sekarang?” tanya Julian heran.

“Dia hanya merindukan Shane, dan semakin merindukannya karena melihat kita. Aku jadi merasa tidak enak,” jawab Seychelle. “Dan dia bilang padaku pertemuan-pertemuan dengan Profesor membuatnya tertekan. Mungkin kamu harus menguranginya, Julian.”

“Nanti malam sesi terakhirnya.”

“Bagus,” kata Seychelle. “Dan kalau hasil eksprimennya sudah keluar, apa Krystal akan kembali belajar di akademi seperti Shane dan yang lainnya?”

“Kurasa tidak. Dia bukan penyihir, untuk apa belajar sesuatu yang bukan kemampuannya? Dia sudah cukup tersiksa dengan pelajaran-pelajaran itu sebelum dia menemukan kekuatannya.”

“Berat sekali menjadi Krystal,” gumam Seychelle. “Selama enam belas tahun dihantui rasa penasaran akan jati dirinya. Dan saat dia sudah menemukannya, dia malah diberikan sebuah tanggung jawab besar.”

“Krystal gadis yang kuat. Dia pasti bisa melaluinya.”

Seychelle menyerngit. “Mengapa kata-katamu terdengar seperti mengandung kesungguhan?”

Julian tersenyum. “Beberapa minggu itu sebenarnya cukup untuk mengenal seseorang.”

“Paham deh yang cinta pada pandangan pertama.” Seychelle mengerucutkan bibir.

Julian hanya mengacak rambut gadis itu, gemas melihat tingkah Seychelle.

“O, ya,” Seychelle baru mengingat sesuatu. “Kenapa kamu memilih untuk menempatkanku dibawah bimbingan tutor-tutor istana? Maksudku, aku kan bukan anggota keluarga kerajaan, mengapa tidak membiarkanku belajar di akademi?”

“Aku tidak mau jauh-jauh darimu.” Gumam Julian.

“Hah, apa?”

“Tidak,” Julian menggeleng. “Masuk, yuk, sudah petang. Setelah makan malam, kamu ada pelajaran dengan Tamara di rumah kaca.”

Seychelle mendesah kecewa. Selalu saja mengalihkan pembicaraan.

--

Apa fungsi kastil ini sudah berubah menjadi tempat bermesraan?

Setelah taman dikuasai Julian dan Seychelle, ternyata di perpustakaan juga ada Nalia dan Landon. Sebuah buku tebal dan tua terbuka di meja dihadapan mereka berdua. Mendengar suara hentakan kaki Krystal yang keras, mereka menoleh. Sahabat Krystal itu tersenyum cerah.

“Krystal, kami sedang berdiskusi, kamu mau gabung?” tawarnya.

“Oh, tidak, terima kasih.” Gumam Krystal sebelum melarikan diri.

Tujuan Krystal selanjutnya adalah tempat latihannya dulu, karena ruangan itu pasti sedang tidak dipakai mengingat misi mereka sudah selesai. Ternyata, suara pedang yang beradu terdengar dari dalam karena pintunya tidak tertutup rapat. Krystal mengintip. Dari celah pintu, dia melihat Shirley dan Damon sedang bertarung.

Damon berhasil melucuti senjata Shirley. Tapi, gara-gara mendorong pedang Shirley terlalu keras, Shirley sampai kehilangan keseimbangan. Damon dengan gesit menangkap tubuh mungil gadis itu.

Shirley tertawa dalam pelukan Damon. Dia kemudian berjinjit untuk mengecup pipi Damon. “Nice catch, my Knight.”

“Jeez,” gerutu Krystal sambil berjalan di koridor. “At least she moved on, tho.”

Mungkin rumah kaca tidak buruk, pikir Krystal. Ternyata dia salah. Di ruang minum teh, Wendy dan Tyler sedang bercumbu. Jemari Wendy bahkan sudah bergerak di kancing kemeja Tyler.

“AAAHH!” Krystal mengacak rambutnya frustasi setelah keluar dari sana. Dia menyerah untuk mencari tempat. Dilangkahkanlah kaki menuju kolam didepan rumah kaca, melepas sepatu, lalu mencelupkan kaki.

Krystal menyelipkan tangan ke saku roknya untuk mengeluarkan cermin buatan Val dan Selena. Si kembar sengaja memberikan itu padanya sebagai hadiah karena berhasil membunuh Kris. Krystal agak bingung saat Val dengan semangat menggebu-gebu memberikannya barang itu, tapi dia tetap menerima. Toh barang itu akan memberikannya banyak sekali manfaat.

Sekarang, salah satunya, ketika dia sedang merindukan Shane.

“Tunjukkan padaku cinta terbesar dalam hidupku.”

“Kau sangat tepat menelepon setelah lonceng makan siang berbunyi, Krys.”

“Shane!” seru Krystal pada cermin.

Shane tertawa. “Kenapa? Kangen? Krys, baru tiga hari.”

“Nggak masalah dengan itu. Aku tetap merindukanmu.”

“Yah, senang akhirnya kamu lebih sering berekspresi,” Shane tersenyum. “Hei, waktu makan siang diperpanjang, lho. Menjadi satu jam.”

“Akan lebih baik jika kamu tidak memanfaatkannya untuk menghancurkan kafetaria bersama Jackson.”

“Tentu tidak, Krystalku,” kata Shane lembut. “Malah bermanfaat bagi kita berdua.”

“Tentu saja. Aku bosan sekali disini. Tidak ada yang seru. Teman-teman kita sudah pulang kecuali Nalia dan Tyler. Aku sih tidak peduli dengan Tyler, tapi Nalia sibuk terus dengan Landon. Entah apa yang mereka lakukan. Aku mau mendekati Seychelle, tapi dia bersama Julian melulu.”

“Bagus, dong, berarti kamu lebih gampang mendekatinya karena ada Julian yang sudah dekat denganmu.”

“Justru itu masalahnya, Shane,” gumam Krystal. “Melihat mereka berduaan malah membuatku tambah merindukanmu.”

“Krys, aku jadi rindu juga, kan,” kata Shane. “Bagaimana kalau kamu ke sini sekarang?”

“Tidak bisa. Sesi terakhirku berlangsung nanti malam.”

“Kenapa kamu harus berbicara seperti itu ketika kamu berhadapan dengan seorang penyihir?”

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Kiranikirana #1
Chapter 2: Sumpah sedih bgt jadi baby jung ....
Kiranikirana #2
Chapter 1: Thor apa benar baby jung tidak punya kekuantan sama sekali
keyhobbs
#3
Chapter 24: yehet!! dapet sequel hehe thanks a lot authornim saranghae!!!
potatoria
#4
Chapter 24: Astagaaa----baru banget sub *dan bahkan 1 cp belum dibaca sepenuhnya* udah ada sekuel lagi *___*)
real__tcs #5
Chapter 6: Parah sweet banget parah
SunghyoPark #6
Chapter 22: Speechless:")
aethelwyne
#7
Chapter 23: Midnight Awakening. Ditunggu, Author-nim ^^
Parktahyun #8
Chapter 22: Huaaaa meren tapi penasaran keturunan krystal bakal gmn nantinya .-.
Oohjungie #9
Chapter 22: Aku kira ini ending bakal punya anak masing2 loh ^^ Ditunggu ff sestal yg lain dan ff yg gaya bahasanya bagus yaa dan kalo bisa yg indo sub aja hehe ^^ thankyouuu. Fighting authornim :*
Oohjungie #10
Chapter 22: Finally~ Sestaaaall happy ending!