Aftermath

The Dark Path
Please Subscribe to read the full chapter

“Even when all the lights are fading, even then if your hope was shaking, I’m here holding on.”

Ever Enough by A Rocket To The Moon

“Yang Mulia memanggil saya?”

“Sejak kapan kamu berbicara formal padaku?” Julian membalik kanvas, menoleh untuk melihat Krystal dari dipannya.

Krystal mengangkat bahu. “Bagaimanapun juga sekarang ini kamu sudah menjadi raja.”

“Sudah, tidak perlu,” Julian menggeleng. “Duduklah.”

Gadis itu kemudian duduk di serong Julian pada ruang duduk kecilnya didepan perapian. “Kenapa kamu memanggilku?”

“Hanya penasaran dengan kondisimu,” jawab Julian. “Kamu… baik-baik saja, kan?”

“Seperti yang kamu lihat.” Krystal mengangguk.

Julian menghela napas lega. “Syukurlah. Aku—senang mendengarnya.”

“Aku juga menyesal soal ayahmu.”

“Aku sudah merelakannya. Tidak baik kalau aku terus menerus berduka ketika mahkota ini sudah bertengger di kepalaku.”

Krystal melirik mahkota bertatahkan berlian di atas kepala Julian. “Bagaimana rasanya menjadi seorang pemimpin?”

“Biasa saja,” jawab Julian. “Padahal, dari dulu aku sudah bersiap-siap secara matang untuk semua ini. Tapi, saat hal itu datang, rasanya tidak seperti yang kupikirkan.”

“Seperti apa? Seakan-akan kamu belum menjadi raja?”

“Tidak juga.”

“Memangnya kamu belum mendapat pekerjaan sebagai raja?”

“Tentu ada, silly,” Julian menoyor dahi Krystal. “Kamu lihat kerusakan besar di kota? Aku selalu memantau perbaikannya. Dan sebentar lagi akan digelar ujian kelulusan di keempat akademi. Nanti, aku akan ikut andil dalam penilaian kandidat untuk dikirim ke Lansmyre. Belum lagi berkoordinasi dengan para profesor untuk mengurusmu yang spesies baru.”

“Dan pernikahanmu.” Tambah Krystal spontan tanpa berpikir terlebih dahulu.

“Hmm, kamu belum tahu, ya?” tanya Julian, membuat Krystal mengerutkan kening. “Pernikahanku dibatalkan.”

“Kok bisa?”

“Mother berunding dengan kedua orang tua Wendy mengenai ini,” Julian menjawab. “Karena merasa gagal mendidik Hilary, Mother sadar seharusnya dia tidak memaksakan kehendak sendiri pada anaknya. Dan Count serta Countess berpikiran yang sama dengan Mother. Jadi, mereka membatalkan pernikahan kami dan memperbolehkan kami untuk memilih pasangan sesuai keinginan kami sendiri.”

“Wow, selamat untuk kalian berdua!” Krystal bertepuk tangan.

Julian tersenyum miring. “Selamat untuk Wendy, lebih tepatnya. Dia sudah menemukan pasangannya sejak lama. Sementara aku—hmm—yah—“

“Memangnya kenap—oh.” Krystal berhenti bicara begitu menyadarinya. Ingatannya kembali pada malam sebelum pertempuran dimana Julian menyatakan perasaannya di waktu yang tidak tepat.

“Julian, maaf, ya.” bisik Krystal.

“Kenapa?” tanya Julian bingung.

“Karena aku tidak bisa memiliki perasaan yang sama denganmu.”

“Krystal,” Julian meraih tangan Krystal dengan berani untuk pertama kali. “Kamu pantas bersama seseorang yang menatapmu seakan kamu satu-satunya perempuan di dunia ini,” Melihat perubahan ekspresi Krystal, Julian sadar dia juga melakukan itu. “Entahlah, sekarang rasanya pikiranku terbagi.”

“O, ya?” Krystal tertarik. “Siapa?”

“Rahasia.” Julian meleletkan lidah, membuat Krystal cemberut.

“Dasar labil.” Seru Krystal.

 Mereka tertawa.

“Hei, Krystal,” panggil Julian kemudian. “Ini mungkin terakhir kalinya kita berbicara hanya berdua saja. Jadi, bolehkah aku—um—“

“Katakan saja.” Krystal memperbolehkan.

“Bolehkah aku memelukmu, untuk yang terakhir kalinya?”

Krystal tidak menjawab. Sebaliknya, dia hanya berjalan dan menunduk untuk memeluk Julian duluan. Julian terkejut untuk beberapa saat, lalu perlahan melingkarkan lengannya di tubuh Krystal.

“Terima kasih.” Gumam Julian.

“Tidak, aku yang terima kasih,” balas Krystal. “Terima kasih, teman.”

Teman, ulang Julian dalam hati. Mereka selalu hanya menjadi teman dan akan terus seperti itu.

--

“My lady.” Tyler membungkuk pada Wendy ketika berpas-pasan dengannya di koridor.

“Umm—hai.” Sapa Wendy kikuk.

Suasana menjadi canggung diantara mereka. Mereka sama-sama ingin terbebas dari suasana seperti ini, tapi tidak sanggup untuk meninggalkan satu sama lain. Tyler hanya bisa menggaruk tengkuk dan menatap hal lain.

“Ini tempat kita bertemu untuk yang pertama kalinya,” kata Wendy tiba-tiba. “Kamu menyelamatkanku dari patung jatuh yang ada disana.”

Wendy menunjuk sebuah lantai kosong dimana patung itu dulu berada. Tyler menatapnya. Dia ingat betul bagaimana hari itu berjalan. Dia diberi waktu istirahat oleh pengajarnya dan memutuskan untuk menjelajahi kastil. Tanpa disangkanya, dia bertemu Wendy yang akan tertimpa patung dan menyelamatkan gadis itu. Sejak saat itu, mereka perlahan-lahan menjadi dekat, sampai menyimpan perasaan.

“Kalau saja saat itu kamu tidak diberi waktu istirahat, kalau saja aku tidak memilih untuk dengan bodohnya mengamati lukisan itu, kalau

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Kiranikirana #1
Chapter 2: Sumpah sedih bgt jadi baby jung ....
Kiranikirana #2
Chapter 1: Thor apa benar baby jung tidak punya kekuantan sama sekali
keyhobbs
#3
Chapter 24: yehet!! dapet sequel hehe thanks a lot authornim saranghae!!!
potatoria
#4
Chapter 24: Astagaaa----baru banget sub *dan bahkan 1 cp belum dibaca sepenuhnya* udah ada sekuel lagi *___*)
real__tcs #5
Chapter 6: Parah sweet banget parah
SunghyoPark #6
Chapter 22: Speechless:")
aethelwyne
#7
Chapter 23: Midnight Awakening. Ditunggu, Author-nim ^^
Parktahyun #8
Chapter 22: Huaaaa meren tapi penasaran keturunan krystal bakal gmn nantinya .-.
Oohjungie #9
Chapter 22: Aku kira ini ending bakal punya anak masing2 loh ^^ Ditunggu ff sestal yg lain dan ff yg gaya bahasanya bagus yaa dan kalo bisa yg indo sub aja hehe ^^ thankyouuu. Fighting authornim :*
Oohjungie #10
Chapter 22: Finally~ Sestaaaall happy ending!