Strange and Beautiful

The Dark Path
Please Subscribe to read the full chapter

“I've been watching your world from afar, and I've been secretly falling apart.”

I'll Put A Spell on You by AQUALUNG

Krystal merasa lelah. Tubuhnya oleng dan untungnya langsung ditangkap oleh Shane. Shane masih terkejut setengah mati melihat apa yang Krystal lakukan barusan.

“Demi Tuhan, Krys,” bisiknya. “Sihir macam apa itu?”

“Entahlah.” Jawab Krystal lemah.

Shane memapahnya kembali menuju kursi, membantunya duduk disana. Tubuh Krystal langsung merosot di kursi, tapi Shane langsung membetulkan posisinya. Shane berlutut didepan Krystal, menggenggam tangannya. Sementara Krystal perlahan-lahan kehilangan kesadaran.

“Krystal,” gumam Shane, menatap wajah tertidur gadis itu. “Sebenarnya apa yang tersembunyi dari dirimu?”

--

Wendy tersenyum senang begitu melihat wajah Tyler muncul dari balik pintu paviliunnya.

“Sini!” Wendy melambaikan tangan, menyuruh Tyler mendekat. Dia masih belum bisa berjalan. “Kamu sudah mendapatkan ramuannya?”

Tyler duduk di samping Wendy. Ada dua botol di tangannya. Yang besar berisi cairan kental berwarna hijau dan yang lebih kecil berisi cairan putih. Dia menyodorkan yang hijau pada Wendy.

“Minum dulu yang ini. Sudah kuberi gula, kok.” Kata Tyler.

Wendy terkikik sebelum meminumnya sampai habis.

“Hmm—ini terbuat dari apa?” tanya Wendy, menaruh botol kosong di meja dihadapannya.

“Sebenarnya ini lebih cocok disebut jus daripada ramuan,” jawab Tyler. “Aku mencampurkan brokoli, kale, lobak, dan kol. Kalsium dan Vitamin K itu termasuk nutrisi-nutrisi penting untuk penyembuhan retak atau patah tulang.”

“Kamu juga perlu Vitamin D yang memiliki peran penting untuk menyerap kalsium ke dalam darah dan tulang. Tanpa Vitamin D yang cukup, kalsium yang ada dalam jus itu akan sulit masuk dan diserap tubuh, sehingga hanya akan berakhir sia-sia. Cara mudah mendapatkannya adalah dengan berjemur di bawah sinar matahari pagi yang belum panas. Jadi, besok kamu harus bangun pagi-pagi untuk berjemur.”

Wendy melongo parah mendengar penjelasan Tyler yang sudah seperti seorang pengajar. “Kamu memang pintar sekali, ya,” Pujinya.

Tyler tersenyum. “Berterimakasihlah pada para pengajarku di Akademi Peri.”

“Kapan lagi aku harus meminumnya?”

“Ini harus kamu minum setidaknya sekali sehari,” jawab Tyler. “Besok aku akan memberikanmu lagi.”

“Baiklah,” Wendy menunjuk botol yang satu lagi. “Kalau yang itu untuk apa?”

Tyler membuka tutupnya, mengoleskan cairan itu di jari-jarinya. “Salep untuk bekas lukamu,” jawabnya. “Berbaliklah.”

“Lakukan apa yang kau inginkan, Jenius.” Wendy memunggunginya.

Salep itu ternyata bukan sembarang salep. Tyler sudah memberinya sihir sehingga dalam beberapa kali oles, bekas luka Wendy sudah menghilang tanpa sisa.

“Terima kasih banyak, ya.” Wendy kembali duduk dengan normal.

“Sama-sama, my lady,” Jawab Tyler, matanya kemudian membulat. “Astaga! Aku sudah berapa kali tidak mengucapkan itu?”

“Hei, hei, tidak usah,” Wendy menarik Tyler untuk duduk kembali ketika pemuda itu ingin berlutut minta maaf. “Aku sudah menganggapmu sebagai teman, kok.”

“Eh?” kata Tyler bingung. “Teman?”

“Iya, teman. Jadi, mulai sekarang hapus kata-kata lady dari namaku.”

“Tapi nanti—“

“Aku akan bilang pada orang-orang kalau aku yang suruh,” Wendy menyentuh lengan Tyler untuk pertama kalinya. “Oke?”

Tyler mengangguk pelan. Wendy tersenyum.

“Buat dirimu nyaman, kalau begitu.”

Pemuda itu bangkit dari duduknya. Dia melangkah menuju salah satu bagian dinding ruang tamu paviliun Wendy ini. Dinding itu dipenuhi beberapa lukisan. Yang menarik perhatian Tyler adalah lukisan keluarga.

“Ayahku adalah Count Dexter dan ibuku adalah Countess Whitney,” kata Wendy tanpa ditanya. “Kakak laki-laki ku Viscount Damon, yang terlihat sangat sangar jika sudah memegang busur dan anak panah. Damon lebih suka menjadi Petarung daripada mewarisi gelar Ayah. Tapi, kau tahulah, dia tidak mungkin mengelak.”

Pandangan Tyler beralih pada lukisan disampingnya. Lukisan yang berupa seorang laki-laki bermahkota dan perempuan sedang berkuda di padang rumput. Perempuan itu Wendy, dan yang laki-laki mengingatkan Tyler pada seseorang.

“Kalau yang ini?” Tyler menunjuk lukisan tersebut.

Wendy mendengus. “Itu Pangeran Julian.”

“Apa hubungannya denganmu?”

“Aku dijodohkan dengannya,” kata Wendy kesal. “Baru orang-orang istana yang tahu. Rencananya, ketika Julian pulang dari perjalanan mencari kunci itu, acara pernikahan kami akan dilaksanakan besar-besaran. Mau semewah apapun pesta itu tetap akan menjadi pesta tersuram sepanjang hidupku.”

“Mengapa begitu?” Tyler duduk disampingnya lagi. “Bukankah Pangeran Julian tampan?”

“Percuma saja tampan kalau aku tidak mencintainya, dan dia juga tidak mencintaiku,” jawab Wendy. “Mana nanti aku harus siap mendampinginya menjadi raja. Pasti merepotkan sekali.”

Tyler menggeleng-geleng. “Ketika banyak gadis diluar sana mendambakan Pangeran Julian, kamu malah menolaknya.”

“Itu tidak benar,” kata Wendy, membuat Tyler mengerutkan kening. “Krystal dari bangsa Penyihir. Tadi malam aku mengintip dari lantai dua paviliun. Krystal dan Julian sedang mengobrol di taman dan sepertinya Julian membuat gadis itu kesal.”

Mereka terdiam selama beberapa saat sampai Tyler merasakan sesuatu yang berat menimpa bahunya. Semilir aroma mawar yang lembut langsung tercium di udara.

“Aku tahu ini jahat sekali,” kata Wendy pelan. “Tapi, walaupun aku selalu menghindari pemikiran ini, terkadang-kadang aku berharap Julian tidak kembali dari misi itu, agar pertunangan tidak akan terlaksana.”

“Jangan begitu,” ujar Tyler. “Julian tidak salah apa-apa. Kalian sama-sama dikendalikan oleh orang tua kalian.”

“Aku lelah diatur terus, Tyler,” bisik Wendy. “Biarkan seperti ini, ya? Sebentar saja.”

Walaupun Wendy tidak meminta pun Tyler akan mengiyakan.

--

“Akhirnya kamu bangun juga.” Julian mengulum senyum begitu Krystal membuka mata. Dia sedang duduk di sisi ranjang. Hanya ada mereka berdua disini.

“Kenapa kau ada disini?” tanya Krystal, masih kesal soal kejadian tadi siang. “Mana Shane?”

“Dia ada di kamarnya,” jawab Julian, tidak mengindahkan suara kesal Krystal. “Shane membawamu pulang dalam keadaan tak sadarkan diri. Kamu sudah membuat orang-orang heboh, kau tahu? Shane hanya bilang kau kelelahan.”

“Memang benar.” Krystal bergumam.

“Aku melihat semuanya, Krystal.”

Akhirnya, Krystal menatap Julian, bingung. “Lihat apa?”

“Aku melihatmu dengan air dan petir itu.”

“Jangan bohong!” seru Krystal. “Kamu bahkan tidak ada disana!”

Matilah dia kalau orang lain tahu. Masalahnya, sihir yang dimilikinya adalah sihir yang belum pernah ada sebelumnya. Krystal takut kerajaan penasaran dan malah menjadikannya percobaan karena kemampuannya itu.

Julian bangkit dari duduknya lalu berjalan mundur, menjauhi ranjang. Di tempatnya berhenti, dia memasukkan kedua tangan kedalam saku celana. Kemudian, Krystal melihat kaki Julian melayang beberapa meter dari lantai. Tubuhnya perlahan-lahan menyusut, semakin mengecil. Bentuk manusianya lama kelamaan menghilang. Dia bertransformasi. Menjadi seekor barn swallow yang mengepakkan sayap mungilnya.

“Tidak mungkin.” Desis Krystal.

“Tapi nyata,” kata Julian setelah berubah kembali menjadi manusia dan duduk disisi Krystal.

“Berarti kamu juga yang mengawasiku di rumah Shane?”

Julian mengangguk. “Berita terpilihnya kau sudah tersebar ke Lansmyre karena pemimpin Kota Penyihir mengirim telepati jarak jauh. Aku yang penasaran langsung terbang menuju sana. Kulihat rumahmu dikerumuni orang-orang. Aku masuk lewat jendela kamarmu yang terbuka, dan menemukan sebuah liontin. Kulacak keberadaanmu dengan liontin itu sampai ke rumah Shane.”

“Maafkan aku tidak pernah memberitahumu.” Julian mengambil tangan Krystal lalu menaruh sesuatu di telapaknya. Liontin pemberian Ibu Krystal yang tidak sempat dia bawa.

Tangan Krystal menggenggam erat bandul liontin tersebut dan mendekatkannya ke dada. “Terima kasih,” bisik Krystal. “Terima kasih sudah membawanya. Ini pemberian terakhir Ibuku. Hanya dengan ini aku bisa merasa dekat dengannya.”

Air mata Krystal menetes, mengalir membuat aliran sungai kecil di pipinya. “Aku takut kehilangan lagi, Julian,” isaknya. “Aku selalu menghindari untuk berteman karena aku takut orang itu hanya akan mempermainkanku, lalu pada akhirnya aku ditinggalkan lagi. Aku tidak pernah menangis jika ditindas, karena sesungguhnya kelemahan terbesarku adalah kehilangan.”

“Soal Shane—“ Krystal kelihatan berat mengucapkan itu. “Memilih untuk berteman dengannya adalah keputusan terbesar yang pernah kubuat di kehidupanku. Kamu tahu kenapa? Karena aku melihat kejujuran di matanya. Sesuatu yang belum pernah kulihat dari orang lain selain kakakku.”

Julian terdiam, tapi dalam hati dia merasa iri. Beruntung sekali Shane mendapatkan seseorang yang memandang dan mempercayainya seperti Krystal.

“Dalam perjalanan nanti—aku takut terjadi apa-apa pada Shane. Aku tidak mau kehilangan dirinya. Hanya dia yang kumiliki sekarang, Julian.”

“Ada aku,” ucap Julian, membuat mata sembab Krystal menatapnya. “Aku juga akan menjagamu. Kamu salah satu tanggung jawabku sekarang.”

“Kamu punya tunangan.” Krystal berbisik.

“Wendy tidak akan peduli,” kata Julian. Pemuda itu menjulurkan tangan dan mengusap air mata Krystal dengan

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Kiranikirana #1
Chapter 2: Sumpah sedih bgt jadi baby jung ....
Kiranikirana #2
Chapter 1: Thor apa benar baby jung tidak punya kekuantan sama sekali
keyhobbs
#3
Chapter 24: yehet!! dapet sequel hehe thanks a lot authornim saranghae!!!
potatoria
#4
Chapter 24: Astagaaa----baru banget sub *dan bahkan 1 cp belum dibaca sepenuhnya* udah ada sekuel lagi *___*)
real__tcs #5
Chapter 6: Parah sweet banget parah
SunghyoPark #6
Chapter 22: Speechless:")
aethelwyne
#7
Chapter 23: Midnight Awakening. Ditunggu, Author-nim ^^
Parktahyun #8
Chapter 22: Huaaaa meren tapi penasaran keturunan krystal bakal gmn nantinya .-.
Oohjungie #9
Chapter 22: Aku kira ini ending bakal punya anak masing2 loh ^^ Ditunggu ff sestal yg lain dan ff yg gaya bahasanya bagus yaa dan kalo bisa yg indo sub aja hehe ^^ thankyouuu. Fighting authornim :*
Oohjungie #10
Chapter 22: Finally~ Sestaaaall happy ending!