Goodbye

The Dark Path
Please Subscribe to read the full chapter

“Don’t stop, don’t ever look back, even if your sad footsteps are heavy, you can’t give up.”

Sad Ending by VIXX

Semuanya terjadi begitu saja. Dengan kekuatan penuh, Shane melempar tubuh Krystal ke ujung ruangan, punggungnya berbenturan keras dengan jeruji. Krystal merintih. Obor yang tadi dipegangnya terlempar, menyulut api di lantai sel.

Shane melambaikan tangan, dan api padam dengan sendirinya. Kemudian, dia kembali ke posisi semula, seakan tidak ada apa-apa yang baru saja terjadi.

Krystal menatap Shane tak percaya. Bagaimana mungkin Shane setega itu untuk menyakitinya?

“Shane, kamu kenapa?” Krystal beringsut menujunya. “Ini aku, Krystal. Kamu dengar aku?”

Hening.

“Shane!” Krystal mengguncang-guncangkan bahu Shane. “Aku mencintaimu, Shane, aku mencintaimu. Sadarlah, kumohon…”

“Apa yang kau lakukan itu percuma.”

Krystal menoleh, mendapati Tanner sudah berdiri dibelakangnya.

“Kau apakan dia?” Krystal menjerit.

“Bukan aku yang melakukannya,” jawab Tanner santai. “Aku tidak bisa memanipulasi pikiran.”

“Kau apa?” balas Krystal dengan bisikan.

“Manipulasi pikiran, Nona. Cuci otak. Dia sudah bukan Shane yang kau kenal.”

“Kenapa kau melakukannya?” Krystal tampak ingin menangis.

“Sudah kubilang bukan aku.”

“Tapi kau berpihak pada orang yang melakukannya!” seru Krystal seraya bangkit dan mengangkat tinjunya. Tapi, sebelum kepalan tangan itu mendarat di wajah Tanner, pemuda itu sudah berbuat duluan.

Tangannya diacungkan ke leher Krystal, dan gadis itu langsung merasa tercekik oleh belenggu sihir. Mulut Krystal ternganga, mengap-mengap mencari udara. Tanner mengangkat tangannya dan kaki Krystal ikut terangkat dari lantai.

“Hen…ti…kan…” kata Krystal lemah. “To…long…Sa…kit…”

Entah apa yang terlintas di pikiran Tanner, tapi pemuda itu langsung tersadar. Air mukanya berubah kaget, seakan tidak percaya pada apa yang baru dia lakukan. Dia melepaskan Krystal yang langsung jatuh berdebum ke daratan.

Setelah Tanner melepasnya, Krystal bangkit dan kabur. Dia berlari sekencang-kencangnya dari sana. Sayup-sayup, dia bisa mendengar perkataan murung Tanner.

“Aku tidak mau menjadi pembunuh.”

--

Saat dia kembali ke sel Suzy, Krystal menemukan salah satu dari orang-orang yang sangat ingin dia temui saat ini.

“Miles!” Krystal terjatuh di samping pemuda itu. “Ini gila. Aku menemukan Shane, tapi dia bukan Shane. Hh—“

Miles menyerngit sambil menatap Krystal yang napasnya terengah-engah. “Bicara pelan-pelan, Krystal. Apa maksudnya dia bukan Shane?”

“Mereka memanipulasi pikiran Shane. Sekarang Shane sudah bukan dirinya, dia monster—“

“Jangan panik, Krystal, jangan panik,” ucap Miles. “Kuncinya?”

“Kuncinya ada di Shane. Mereka menggunakannya untuk menjaga kunci itu.”

“Jadi, artinya orang-orang ini yang mencuri kuncinya?”

Krystal mengangguk pelan.

“Tapi, mengapa mereka tidak menggunakan Suzy juga?”

“Karena aku buta, Miles, jangan bodoh,” semprot Suzy. “Orang waras mana yang mau menggunakan orang buta untuk menjaga barang berharganya.”

“Kris kan gila, dan kau mengakuinya.” Balas Krystal.

Miles menatap kedua gadis dihadapannya bergantian. “Suzy, tadi kamu bilang kamu tidak ingat apa-apa?” Dia melanjutkan begitu Suzy mengangguk. “Biarkan aku membacamu.”

“Kamu bisa membaca pikiran?” Suzy bertanya.

“Telepati dan membaca pikiran sebenarnya tidak jauh beda, entah apa yang membuat Shane lebih suka menyebut dirinya pembaca pikiran,” jawab Miles. “Sori.”

Telapak tangan Miles menangkup kedua sisi dari kepala Suzy. Gambar-gambar kejadian lampau langsung menyusup ke dalam pikirannya. Dia menjadi Suzy sekarang. Dia sedang bertempur di laut monster, lalu terombang-ambing ombak. Tempat berpindah. Burung camar melintas di langit biru cerah, lalu Miles mendapati luka-luka di tubuhnya dan langsung menyembuhkannya dengan kekuatannya sendiri.

Shane berbaring tak sadarkan diri tidak jauh darinya. Miles beringsut menuju anak itu, menyuruhnya tetap di posisinya ketika dia berusaha duduk. Beberapa saat kemudian Shane sembuh total berkatnya.

Dia dan Shane masuk ke dalam hutan belantara, lalu segerombolan orang bermasker menghampiri mereka. Tanner berdiri paling depan, menawari Shane untuk mendatangi atasannya—Kris. Miles sangsi, tapi Shane meyakinkannya. Akhirnya, mereka mengikuti Tanner. Namun, baru beberapa langkah berjalan, seseorang memukulkan benda keras pada kepala mereka, membuat mereka tak sadarkan diri.

“Mereka membuatmu lupa sebagian masa lalumu,” Miles menyimpulkan. “Tapi, mereka terlalu bodoh untuk menghalang telepati mengetahuinya.”

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Krystal, kelewat cemas setelah apa yang terjadi padanya semalaman ini.

“Kita perlu kembali ke kamar. Julian pasti sudah menunggu,” kata Miles, lalu mengangkat Suzy ke punggungnya. Dia kemudian beralih pada Krystal. “Pegang tanganku.”

“Untuk apa?” Krystal bingung.

“Invisibility,” jawab Miles. “Ayo, cepat.”

Krystal mengambil tangan Miles, dan secepat kilat dia dan dua temannya langsung menghilang dari pandangan.

--

Julian menyusuri lorong di gua cepat-cepat. Masa bodoh dengan suara yang ditimbulkan sepatunya. Krystal dan Miles yang tidak kembali-kembali sudah cukup untuk membuatnya gelisah.

Karena tidak tahu harus kemana dulu, dia hanya mengambil jalan sesuai kata hatinya. Saat bertemu pertigaan, Julian dengan asal belok kiri. Dia terus berjalan sampai menemukan gerbang di ujung lorong. Tidak terkunci.

Di balik gerbang itu, Julian disambut oleh rumah kaca. Rumah kaca ini tidak sebesar milik istana di Lansmyre, tapi kehadirannya di tengah-tengah kegelapan gua itu cukup mengesankan. Lantai ruangan itu didominasi oleh tanah, beberapa bagian diberi batu-batu sebagai jalan setapak. Puluhan sampai ratusan bunga tumbuh disini, keberadaannya disinari cahaya bulan yang masuk dari atap transparan di atas.

Melihat itu semua, Julian sampai melupakan alasannya untuk bangun dari tidur. Julian menghampiri sekumpulan strelitzia yang tumbuh setinggi sepuluh meter di tengah-tengah rumah kaca. Bunga satu ini selalu menarik perhatian Julian karena bentuknya yang menarik. Dia pun mengulurkan tangan untuk menyentuhnya.

“Mohon maaf untuk mengatakan ini, Yang Mulia, tapi itu favoritku.”

Julian menoleh. Seychelle berdiri di ambang gerbang dalam balutan gaun tidur putih. Baru kali ini Julian melihatnya tersenyum.

“Kenapa?” tanya Julian kemudian. “Rata-rata perempuan menyukai mawar, kenapa kamu menyukai bunga dengan bentuk tidak biasa seperti ini?”

“Strelitzia mempunyai arti tersendiri.” Jawab Seychelle.

“Apa itu?”

“Kebebasan.”

Seychelle melangkah mendekat. Dia menyegarkan kembali satu strelitzia yang sudah layu hanya dengan ayunan tangan.

Julian terperangah. “Bagaimana bisa kau melakukannya? Itu sihir peri!”

“Ibuku peri,” jawab Seychelle, berbalik untuk duduk diatas bangku batu. “Genku kebanyakan berasal darinya, makanya karakteristik penyihirku adalah mengontrol, memanipulasi, menghidupkan dan—yang peri tidak bisa lakukan—menciptakan tumbuhan dengan tangan kosong.”

“Impressive.” Gumam Julian.

“Hmm—aku tidak pernah tahu karakteristikmu apa, Yang Mulia.” Kata Seychelle hati-hati.

“Waterbreathing dan teleportasi,” jawab Julian. “Mau lihat?”

Seychelle mengangguk. Dalam sekejap, Julian hilang dari pandangannya. Tahu-tahu, dia sudah duduk disamping Seychelle, membuat gadis itu terlonjak ke samping.

“Goodness!” Seychelle memegangi dadanya.

Julian tersenyum kecil. “Aku pernah melakukan hal yang sama pada kedua adikku sekali, dan reaksi mereka kurang lebih sama sepertimu.”

“Bagaimana dengan adik-adikmu? Apa karakteristik mereka?”

“Energy constructs, keduanya,” jawab Julian, lalu menambahkan ketika Seychelle menelengkan kepala bingung. “Menciptakan bentuk-bentuk kompleks atau bahkan mesin fungsional dengan tangan kosong.”

“Wow!” seru Seychelle. “Apa saja yang sudah mereka ciptakan?”

“Ini salah satunya.” Julian mengeluarkan kantung itu dari saku celananya, memberikannya pada Seychelle.

Seychelle mengerutkan kening. “Apa ini?”

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Kiranikirana #1
Chapter 2: Sumpah sedih bgt jadi baby jung ....
Kiranikirana #2
Chapter 1: Thor apa benar baby jung tidak punya kekuantan sama sekali
keyhobbs
#3
Chapter 24: yehet!! dapet sequel hehe thanks a lot authornim saranghae!!!
potatoria
#4
Chapter 24: Astagaaa----baru banget sub *dan bahkan 1 cp belum dibaca sepenuhnya* udah ada sekuel lagi *___*)
real__tcs #5
Chapter 6: Parah sweet banget parah
SunghyoPark #6
Chapter 22: Speechless:")
aethelwyne
#7
Chapter 23: Midnight Awakening. Ditunggu, Author-nim ^^
Parktahyun #8
Chapter 22: Huaaaa meren tapi penasaran keturunan krystal bakal gmn nantinya .-.
Oohjungie #9
Chapter 22: Aku kira ini ending bakal punya anak masing2 loh ^^ Ditunggu ff sestal yg lain dan ff yg gaya bahasanya bagus yaa dan kalo bisa yg indo sub aja hehe ^^ thankyouuu. Fighting authornim :*
Oohjungie #10
Chapter 22: Finally~ Sestaaaall happy ending!