When Eungi Knows Everything

NICE GUY FF 'Another Ending'

Ada perasaan aneh yang tumbuh di dalam diri Eungi, darahnya berdesir cepat menyusuri setiap pori-pori.

Tubuhnya melemas dan tak dapat dikendalikan.

*

*

*

NOTE : LEBIH BAIK DIBACA HABIS BERBUKA PUASA KARENA SAYA TIDAK MENJAMIN SEJAUH MANA IMAJINASI ANDA AKAN BERMAIN. Cekaka~ (Author kurang ajar)

Part ini akan berbicara tentang pernikahan Maroo-Eungi, Honeymoon time dan ketika ingatan Eungi akhirnya kembali. Huwoooo~

I am writing part 10 right now! Doakan ya! Hahaha (Dipikir mau ujian^^)

~oOo~

 

“Kau ingin tahu apa yang salah dengannya? Tanyakan pada ingatanmu.

Kau akan tahu siapa Kang Maroo…”

 

Kalimat itu berputar-putar dalam benak Eungi. Menggerayangi pikirannya terus sejak hari itu, hari dimana dia bertemu Jae Hee. Sepertinya Ibu tirinya itu sudah tahu soal penyakit amnesia serta kerusakan otaknya akibat kecelakaan.

 

Dan entah karena kalimat itu atau sindrome menjelang pernikahan, Eungi merasa cukup cemas. Kadang dia merasa jika pernikahan ini adalah keputusan yang salah tapi kadang juga dia merasa jika ini adalah pilihan yang tepat.

 

“Bu Direktur, sudah waktunya berangkat ke tempat pernikahan!” Sekertaris Hyun mengulurkan tangannya membantu Eungi berjalan menuju mobil pengantin yang sudah siap di depan salon.

 

Eungi mengangguk dan tersenyum, mengusir segala keraguannya jauh-jauh.

~oOo~

            Jae Hee duduk bersama Eunsuk menunggu acara dimulai. Ia melirik ke arah Maroo yang berdiri tak jauh darinya. Pria itu nampak sangat tampan dengan balutan tuxedo silver berkelas seperti itu.

 

Dia tidak pernah kehilangan pesonanya. Jae Hee sempat terbuai oleh lamunannya sendiri sampai Pengacara Ahn muncul dan mengambil kursi di hadapannya. Menyudahi keinginan konyolnya pada Kang Maroo dan membawanya kembali pada kenyataan jika Maroo adalah musuh, hambatannya untuk mewariskan Taesan pada Eunsuk.

 

Musik mulai dimainkan, yang berarti pengantin wanita sudah datang dan tengah bersiap memasuki altar.

Maroo dan semua tamu undangan mengarahkan perhatian ke pintu masuk aula.

 

Nampak sesosok wanita dengan balutan gaun pengantin panjang berpayet mutiara dengan warna putih pastel melangkah penuh keanggunan, menyita perhatian seantero ruangan. Ia tersenyum lebar menatap sang mempelai pria.

 

Kang Maroo…

Hari ini aku datang padamu… Menyerahkan diriku…

Selangkah… Dua langkah… Tiga langkah… Aku tidak dapat berhenti…

 

Eungi berjalan melewati para tamu undangan dan berdiri di samping Maroo yang menyambutnya dengan senyuman. Sekilas saat Eungi melihat Jae Hee di deretan para tamu, kalimat yang menghantuinya itu muncul lagi. Tapi, pesona Maroo melenyapkan semua keraguannya.

 

Selangkah… Dua langkah… Tiga langkah… Kau berhenti di hadapanku…

Jangan pernah pergi kemanapun….

 

Maroo mengulurkan tangannya kepada Eungi.

 

“Ayah… kau masih ingat gadis yang kuceritakan dulu?

Dia yang memiliki luka yang sama denganku…

Dia yang kuusir pergi berkali-kali…

Dia yang selalu kembali ke sisiku… Hari ini apa kau melihatnya?

Dia berjalan ke arahku lagi… Meraih tanganku…

Ayah… Untuk pertama kalinya dalam hidupku…

Aku merasa jika Tuhan mencintaiku…”

 

Eungi meraih tangan Maroo… Mereka saling tersenyum… Menautkan cincin ke jari manis masing-masing.

Musik mengalun semakin merdu. Not demi not-nya seolah ikut bersorak atas kemenangan cinta Eungi dan Maroo.

 

Namun tak seorang pun tahu, dalam gaduh indahnya musik, dalam riuh tepuk tangan para tamu serta dalam potongan mozaik waktu yang menaungi mereka saat itu. Hati mereka berdialog,

 

“Kang Maroo… aku menerimamu sebagai suamiku… berjanji untuk menemani dan mempercayaimu sampai akhir… melewati masa tua kita berdua… membesarkan anak dan cucu kita bersama-sama…terima kasih sudah datang dalam hidupku yang memuakkan ini… aku mencintaimu…”

 

“Seo Eungi… istriku… terima kasih dan maaf karena sudah masuk ke dalam hidupmu… aku mencintaimu…”

 

Jae Hee bersama Pengacara Ahn tengah memperhatikan dari kejauhan.

 

“Tidakkah situasinya terlihat makin sulit?

Seharusnya kita menyingkirkan Kang Maroo dari awal.” Gumam Pengacara Ahn tanpa ekpresi.

 

“Kita tidak perlu bertindak sejauh itu, tunggu sampai ingatan Eungi kembali dan Ia akan menyingkirkan Maroo dengan tangannya sendiri. Tapi, sambil menunggu saat itu tiba. Kita harus menyusun strategi untuk mendepak Eungi dari Taesan.”

 

Jae Hee tersenyum licik kemudian berlalu pergi untuk ikut menyapa para tamu, memperlihatkan sisi Ibu tiri baik hatinya.

 

“Aku tidak menyangka kau bisa melangkah sampai ke ‘tempat’ ini…” Jae Hee menyindir Maroo yang tengah mengambil minum untuk Eungi.

 

Mereka saling tersenyum untuk menghindari kecurigaan para tamu.

 

“Jangan terlalu cemas, Aku bahkan belum memulainya.” bisik Maroo lalu kembali ke sisi Eungi.

 

~oOo~

 

Maroo menggeret kopernya, mengikuti kemana kaki Eungi melangkah. Istrinya itu nampak mengingat-ingat pemandangan di sekeliling mereka.

 

“Aomori, Jepang.” Gumam Eungi, terus mengamati.

“Kita pernah bersama-sama di tempat ini kan?”

Maroo mengangguk, “Kau mengingat sesuatu?” tanyanya merespon pertanyaan Eungi.

 

“Tidak…” Eungi menggeleng kecewa.

 

Ia hanya tahu jika ciuman pertama mereka terjadi di Aomori, tapi selebihnya semua terasa kosong. Hal yang paling jelas hanya kenangan di bawah hujan ketika Ia menyatakan cintanya kepada Maroo di tengah malam.    

 

“Kau pasti mengingatnya nanti!” Maroo tersenyum dan menggandeng Eungi masuk ke dalam pondok kecil mereka. Tempat yang biasa disewa Eungi ketika berlibur di tempat ini bersama Ibunya.

~oOo~

 

Langit malam Aomori memang tidak ada tandingannya ketika musim semi seperti ini. Cerah dan sangat indah. Bintang-bintang bersinar terang menyinari setiap penjuru langit. Sementara udara berhembus sejuk.

 

“Pantas saja aku tidak menemukanmu di manapun. Rupanya kau disini.” Sindir Eungi pada Maroo yang sedang asyik berbaring, memandangi langit dari halaman pondok mereka.

 

“Kemarilah…” Maroo meminta Eungi berbaring di sampingnya.

 

“Aaahh… pemandangannya indah sekali di sini…” Teriak Eungi ceria, merebahkan punggungnya di atas lengan Maroo.

 

“Kau menyukainya, Istriku?” goda Maroo dengan panggilan baru mereka.

Eungi tersipu malu.

 

“Kau tahu, ada yang bilang jika ketika dilahirkan, setiap manusia sudah memiliki bintangnya masing-masing, dimana garis takdirnya tertulis disana.” Maroo memandang sayu ke langit.

 

“Benarkah?” Eungi menatap polos, ikut menatap ke atas langit.

 

“Iya… tapi aku tidak percaya…”

 

“Kenapa?”

 

“Kupikir, takdirku baru ditulis saat kita bertemu…” Maroo tersenyum, jemarinya menari di bawah bibir Eungi, membuat wajah istrinya itu bersemu merah.

 

“Apa kau selalu seromantis ini?” ledek Eungi, lengannya perlahan menggerayangi leher Maroo. Menyanderanya tanpa basa-basi. Ia berjingkat ke atas Maroo.

 

Memandanginya dengan mesra dan mereka saling tersenyum.

 

“Gadis bodoh, bagaimana bisa kau menikah dengan pria yang tidak terlalu kau kenal?” Maroo meledek balik, mulai membasuh wajahnya dengan hangat leher Eungi.

 

Matanya terpejam,

 

“Kupikir itu bagian dari apa yang tertulis di takdirku juga…” bisik Eungi, bibirnya menekan kuncup daun telinga Maroo, mulai memprovokasi.

 

Tak ada yang lebih membius dari itu. Semerbak wangi tubuh Eungi seperti mantra sihir.

 

Maroo lelap dalam biusnya dan mulai melucuti segala hal yang dapat Ia gapai.   

Tubuh panasnya merangkak naik, merengkuh sang bidadari dan menculiknya tanpa perlawanan.

 

Kening, kelopak mata, pipi dan bibir. Tak ada yang tak Ia kecup.

 

Ada perasaan aneh yang tumbuh di dalam diri Eungi, darahnya berdesir cepat menyusuri setiap pori-pori.

 

Tubuhnya melemas dan tak dapat dikendalikan.

 

Rohnya terbang dibuai lantunan indah dari dawai-dawai bisikan Maroo yang kini melekat, menghamburkan kata ‘kau’ dan ‘aku.’

Jemari mereka merekat kuat. Tak ingin melepaskan diri, antara satu sama lain.

 

“Maroo-ah… ” desah Eungi.

 

Ia menggeliat pasrah, menikmati pola takdir tak bernama ini.

Mereka makin larut dalam euforia bersampul cinta.

 

Melepaskan segala rahasia dan sekat dalam arti sebenarnya.

Namun, ketika semua sentuhan dan setiap kecupan makin liar tak terkendali, Sang Casanova mendadak berhenti.

 

Napasnya memburu, bathinnya bergejolak dan tubuhnya berusaha melawan.

Perasaan bersalah muncul menelungkupinya dengan begitu banyak alasan.

 

Sorot matanya berubah, kegelisahan menyeruak masuk dan merongrong momen berharga mereka yang hampir saja terjadi.

 

Untuk pertama kali dalam hidupnya, semua menjadi terbalik.

Dia yang dulu adalah pria brengsek yang dapat tidur dengan banyak wanita walau tanpa cinta, kini seolah kelu di hadapan Eungi.

 

Maroo tak bisa melakukannya, ia takut… sangat takut jika nanti saat Eungi mendapatkan ingatannya kembali, Ia akan lebih membenci Maroo.

 

“Maroo?” desah Eungi dengan mata masih terpejam, menanti tertikam.

 

“Maafkan aku…” bisik Maroo, mengendurkan pelukannya dan duduk menjauh.

 

“Ada apa?” Eungi membuka matanya, kecewa.

 

“Apa aku membuatmu marah?” tanyanya lagi, mencoba mencari jawaban atas perubahan sikap Maroo yang kini terpengkur dalam diam.

 

Maroo tidak menjawab dan memilih untuk masuk ke dalam, meninggalkan Eungi yang masih dipenuhi pertanyaan.

 

Ayah… Kupikir aku sudah salah paham…

Tuhan tidak mencintaiku….

 

“Kang Maroo…. Ada apa?” Eungi berlari dan menarik tangannya.

Sorot kegelisahan nampak jelas dan tak bisa disembunyikan.

 

“Kau merasa jijik denganku? Kau takut memiliki anak dari wanita sakit ingatan sepertiku?” tebaknya.

 

“Bukan…”

 

“Lalu kenapa? Apa yang membuatmu berubah seperti ini?” Eungi menatap tajam, tidak terima ditinggalkan begitu saja bahkan sebelum mereka sempat memulai permainan.

 

“Aku… aku hanya takut kau akan menyesal….” desah Maroo tertahan, menghindari tatapan menghakimi Eungi.

 

Pandangan manis penuh cinta yang tadi mereka semai, kini berubah menjadi tatapan tak nyaman berbalut kekecewaan.

 

“KENAPA AKU HARUS MENYESAL?

AKU MENCINTAIMU!

AKU MENGINGINKANMU!

DAN AKU INGIN TIDUR DENGANMU!” teriak Eungi tanpa basa-basi.

 

Maroo tertegun dan sebelum sempat Ia menjawab, bibir Eungi sudah melumat mulutnya dengan ritme yang lebih kuat dari sebelumnya.

 

Melibas habis iman yang susah payah Ia pertahankan beberapa detik lalu.

 

Eungi begitu menggebu, Ia bergerilya pada setiap inci tubuh Maroo.

Mematik hasrat yang sempat redup di antara mereka.

 

“Jangan menyesalinya…” bisik Maroo penuh ancaman.

 

“Tidak akan…” balas Eungi percaya diri.

 

Mereka memulainya lagi.

 

Maroo membopong sang bidadari dalam gendongannya.

Membaringkannya di hangat ranjang suci mereka.

Menekuk lututnya pada pesona Eungi.

Menuruni tengkuknya berulang kali. Naik dan turun. Bergantian.

 

Segala ketakutan lenyap, sirna terusir kepakan mantra tak kasat mata.

 

Aomori, tempat ciuman pertama mereka tercipta dan tempat jejak pertama cinta mereka akhirnya ditorehkan.

Bagi Maroo, Eungi adalah jiwanya dan bagi Eungi, Maroo adalah takdirnya.

 

Tak ada yang dapat memisahkan mereka, setidaknya untuk malam ini.

Ketika setiap kecupan berkembang menjadi sentuhan dan setiap sentuhan menjadi bukti cinta tak terbantahkan.

 

Maroo telah sepenuhnya ‘menghancurkan’ masa depan Eungi.

Menodainya atas nama cinta.

~oOo~

 

Eungi terbangun dari tidurnya dengan terengah-engah. Ia baru saja bermimpi buruk.

 

“Kenapa kau tidak pernah mengajakku tidur denganmu?”

 

“Karena yang kuinginkan adalah Han Jae Hee bukan Seo Eungi…”

 

“Karena itu gadis kasar, skeptis dan temperamental sepertimu jatuh cinta padaku.…”

 

“Kau pikir aku tidak dapat melakukan apapun untuk membuat Jae Hee kembali padaku?”

 

Siluet-siluet menakutkan itu muncul dalam mimpinya. Ada dia, Maroo dan sebuah pantai. Lalu pria dalam mobil yang selama ini tidak dapat dia ingat dengan jelas mendadak berubah menjadi Maroo. Terlihat begitu nyata walau hanya sejenak.

 

Eungi memandangi Maroo yang kini terpejam di pelukannya. Entah kenapa, bathinnya bergejolak dan hatinya begitu tak tenang melihat wajah damai pria itu. Ia menyelinap keluar dari selimut dan memakai bajunya kembali. Meninggalkan Maroo yang mungkin sedang bermimpi indah, tanpanya.

 

Ucapan Jae Hee mendadak terngiang kembali dalam ingatannya,

 

“Kau ingin tahu apa yang salah dengannya?

Tanyakan pada ingatanmu.

Kau akan tahu siapa Kang Maroo…”

 

Ia tertegun, menekuni setiap kalimat Jae Hee dalam hening.

 

Kakinya berderak maju dan mundur mengikuti irama ayunan yang menari tanpa gairah di pagi buta.

 

Eungi meraih handphone-nya. Ia memutuskan untuk memastikan sesuatu.

Sorot matanya yang bimbang berubah tajam.

 

“Laporan kecelakaan itu, aku ingin melihatnya sekarang!” Perintahnya pada seseorang di ujung telepon.

 

Ia bangkit meninggalkan ayunan dengan sorot mata khas-nya sebelum kecelakaan.

 

~oOo~

 

Dengan perasaan cemas, Eungi menanti mesin fax yang tengah berderit memproses dokumen permintaannya di dalam ruangan kantor Resor yang masih sepi.

 

Selama ini dia hanya diam dan percaya jika apa yang dikatakan oleh Sekertaris Hyun serta Pengacara Park soal pengemudi wanita dalam kecelakaannya itu adalah benar tapi sekarang tidak lagi.

 

Mimpi itu, sikap Maroo, ucapan Jae Hee serta berbagai kejanggalan lainnya yang selama ini seolah Ia abaikan harus benar-benar diakhiri sampai disini.

 

Eungi meraih dokumen yang sudah sepenuhnya tercetak di atas mesin fax. Dibacanya deretan kalimat disana, matanya terhenti pada sebuah nama : Kang Maroo.

Seketika itu juga, nafasnya menjadi sesak. Keringat dingin mulai mengucur deras dan perutnya terasa mulas.

 

Ia jatuh tersentak dari tempatnya berdiri, kaki yang tadi baik-baik saja seolah rapuh seketika.

 

Kepalanya terus menggeleng, mencoba menghindari kenyataan. Tapi percuma, nama di dokumen itu tetap sama. KANG MAROO, pria yang sangat Ia cintai.

 

Percikan kenyataan itu menyulut berbagai kenangan untuk masuk, yang kemudian menyergapnya dalam saat yang bersamaan dan menyerang tanpa jeda.

 

Setiap jenis makian, penolakan dan hal-hal buruk kembali memenuhi ingatannya. Kematian ayahnya, pengkhianatan Maroo dan kelicikan Ibu tirinya hadir seperti hantu yang memburunya tanpa henti.

 

Eungi telah kembali!

 

Ia sudah ingat semuanya. Dia dapat ‘melihat’ dengan jelas siapa pria yang tidur dengannya malam ini.

 

Rasa jijik dan perasaan bersalah pada Ayahnya muncul. Kemarahannya menyeruak, dendamnya bangkit. Tangannya melumat kertas laporan kecelakaan itu hingga tak berbentuk.

 

Malam yang dipenuhi dengan cinta berakhir dengan kebencian menjelaga.

Kisah baru saja dimulai, pikir Eungi.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
FINALLY, I FINISHED WRITING NICE GUY ANOTHER ENDING. Okay, time to move on

Comments

You must be logged in to comment
oladilia1310 #1
Chapter 19: Kenapa baru sekarang aku nemu drama Nice Guy? Sampe udah selese nontonpun malah nyari FFnya.. trus baca FF ini, kepalaku nyut"an gk ada beda sama pas nonton. Alur sama endingnya aja yg beda. Dan harusnya endingnya beginiiiiiiii :'D
Thankyou for making this FF!! Walopun telat tapi aku suka!! 정말 감사합니다~
I will wait your update for another story of EunMaru ㅋㅋ semangat kak! 파이팅!! ♡♡
Lots love, ChaeKi shipper
nandyana #2
Chapter 19: Omg i just found this ff today and read it in one go...i really wish the ending of the actual nice guy drama like this in your story...you are really talented writer...
daragon48 #3
Chapter 19: daebak... andai saja ending drama nice guy kayak gini. TQ for this fanfic neomu joayo!
eonnifan
#4
Chapter 19: eungil.. sempet2nya pengen tidur pas ngelahirin.. *eh wkwkwkwk

wuiiih mantep ikatan batin mereka. maru dan eungi sama2 pernah bermimpi ttg jungwoo

daebak daebak
thanks for making this eunma/chaeki fic/story
good luck utk karyanya ya.. semangat!!
camzjoy
#5
Chapter 19: Aigoooo it's already the end! T.T I'm sad because i'll be missing your updates!
Thank you for creating such a wonderful story, I love how things went for our couple. They deserve all happiness. :) And what, 9 children still? I suppose not all children were born in the house? Haha! I'm also amazed by how you described the birth scene, woah! Keep writing Chaeki ffs please? You're a good authornim! :D
eonnifan
#6
Chapter 18: daebak...
kalau ahn gak sadar2 tuh abis slh bunuh orang kebangetan dah... jd gemes >\\\\<
aku tuh klo bacanya... selalu ngerasa khawatir sm bayi eunmaru lol... takut knp2 apalagi tiap baca part yg eunginya tuh "gak bisa diem" hahaha
pokoknya aku tunggu endingnya yeay
alvionanda #7
Chapter 17: keren banget! ff nya kerenam bangeeeeeet. maaf bary comment dipart ini, soalnya aku saking penasaran jadi langsung klik next.
kenapa ending dramanya nggak kaya gini ajaaaaaa? ini lebih ngreget gitu. ditunggu kelanjutan ceritanya yyaaaaa ^^
charism #8
Chapter 17: ditunggu min lanjutan nya secepetnya yaaa . Deg degan nih bacanya .
eonnifan
#9
Chapter 17: duuuh aku bacanya.... deg2an sambil makan. hahahaha
makin menegangkan.