Sorry I Came Again

NICE GUY FF 'Another Ending'

“HEI… SEO EUNGI ! GADIS AROGAN, KASAR DAN CONGKAK!

MAUKAH KAU MENIKAH DENGANKU?”       

|*|

|*|

|*|

Ada beberapa jenis manusia di muka bumi ini. Mereka yang hidup untuk orang lain dan mereka yang tak memiliki alasan untuk hidup bagi siapapun.

Kadang dua jenis manusia itu akan bersekutu dalam satu roh, bersembunyi di balik ribuan bilik yang semakin dikupas, malah semakin tak teraba Ia jenis manusia seperti apa.

Maroo adalah salah satu contohnya. Ia hidup untuk orang lain atau dia tidak memiliki alasan untuk hidup. Ia sendiri tak tahu jawabannya. Yang Ia tahu, walau dunia memandangnya sebagai pria jahat, dia tidak seperti itu. Dia hanya terjebak dalam nasib buruk dan didesak untuk mengaku sebagai pria jahat atau ditikam dan dijatuhkan ke dalam neraka paling dasar.

Toh, sama saja pikirnya. Tak perlu pembelaan diri, tak perlu perdebatan panjang dengan Tuhan, Ia pasrah. Baginya saat ini, asal bisa hidup itu sudah lebih dari cukup. Asal bisa berada di sisi Eungi, doanya sudah terkabulkan.

Malam itu, setelah menerima telepon Eungi, Ia kembali masuk ke dalam kedai soju bersama dengan Jae Hee yang asyik terlelap di pundaknya. Ia meminta pemilik kedai itu untuk menunggu dan menjaga Jae Hee karena seorang pria akan datang. Siapa lagi kalau bukan Pengacara Ahn. Pria yang Maroo tahu, mencintai Jae Hee sebesar cintanya pada wanita itu bertahun silam. Cinta yang sekarang rasanya terlalu hambar untuk dia ingat.

            Maroo berada di dalam mobilnya lagi. Nafasnya menderu, terpacu oleh segala kekhawatiran tentang Eungi. Menemui wanita itu terasa seperti hukuman mati. Antara takut dan tidak takut. Antara harus dan tidak harus. Dia ingin menemui Eungi dengan segera tapi di sisi lain, dia juga tidak ingin menemuinya. Untuk pertama kalinya, Maroo merasa takut. Perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan. Dia takut jika pertemuannya kali ini akan jadi sebuah akhir. Dia takut melihat wajah muram Eungi dan bagaimana dia akan didorong menjauh nanti.

***

            Eungi duduk di bangku taman yang sepi. Matanya menatap dingin ke tumpukan kertas di atas pangkuannya. Semuanya tentang Maroo. Tak ada hal baik apapun di dalam kertas-kertas ini. Gigolo, mata-mata perusahaan dan penipu ulung.

Se-kriminal itukah calon suaminya? Eungi memutuskan untuk memasukkan kertas-kertas itu kembali ke dalam tas, sebelum Maroo melihatnya.

            Ia menangis dalam diam. Hatinya sedih memikirkan jika Maroo ternyata tidak sebaik yang dia pikir. Kepalanya terasa sakit.

Maroo… pria seperti apakah dirimu?

Asal kau baik kepadaku, aku tidak perduli seburuk apa dirimu bagi dunia…

Sebuah sentuhan mengagetkan Eungi, sesosok pria yang Ia tunggu dari tadi akhirnya muncul dan meletakkan sebuah syal, melingkari lehernya.

“Harusnya menungguku di tempat yang lebih hangat. Kau bisa sakit…” seru Maroo. Dia duduk  di sisi Eungi yang kini menyembunyikan airmatanya. Maroo bisa merasakan hatinya berdebar kencang sekarang. Dia menunggu gadis di sampingnya ini mengatakan sesuatu.

“Hmm…” jawab Eungi dingin.

“Apa yang ingin kau katakan?” Tanya Maroo, mencoba terlihat tenang.

Eungi masih diam. “Hmm…” Ia hanya mengulangi jawabannya tadi.

Tangannya terasa kaku dan bibirnya kelu sementara badannya lemas. Ia sendiri tidak tahu apa yang harus dia katakan pada pria di sampingnya ini. Butuh sekitar 2 menit sebelum akhirnya Eungi mengeluarkan kalimat itu.

“Kau… maukah kau menikah denganku?” Tanya-nya di luar dugaan.

Ekpresinya begitu tegang namun mengancam. Seolah Maroo akan mati jika mengatakan tidak.

Kumohon… katakan iya.. katakan iya dan aku akan melupakan semuanya…

aku akan percaya padamu sepenuhnya…

Bahkan jika kau adalah seorang pembunuh, aku akan tetap percaya padamu…

            Maroo syok. Apa telinganya salah dengar atau Eungi yang salah bicara? Mungkinkah Pengacara Ahn tidak benar-benar membocorkan siapa sebenarnya Kang Maroo pada Eungi? Atau langit sedang berpihak padanya?

Maroo menatap Eungi masih dengan tidak percaya.

“Kau tidak sedang mengerjaiku kan Eungi?” Tanya Maroo spontan.

Eungi menggeleng, ia serius dengan permintaannya tadi.

“Aku menginginkanmu, Maroo…” desah Eungi semakin membuat Maroo salah tingkah untuk menentukan jawabannya.

            Dia ingat perjanjiannya dengan dirinya sendiri agar tidak menghancurkan hidup gadis ini sekali lagi tapi di sisi lain, dia benar-benar bisa mencintainya.

Maroo masih terdiam, dia tidak tahu bagaimana untuk menjawabnya. Eungi tidak berhenti menatap kedua mata Maroo.

“Maroo?” panggilnya nyaris putus asa. Tapi pria di hadapannya ini masih betah untuk membungkam mulutnya. Tetap tak menjawab, bahkan menyembunyikan sorot matanya.

Eungi seperti tersambar petir, ia mendadak sadar jika jawaban Maroo pasti tidak.

“Ah… aku seharusnya tahu jika kau tidak menginginkanku.

Ini perasaanku sendiri yang mengira jika kau menginginkanku… aku memang bodoh… aku minta maaf sudah merepotkanmu…” Eungi menyerah, ia malu sekali karena menyadari bahwa Maroo sudah pasti menolaknya.

Ia berdiri dari samping Maroo dan berlari menjauh dengan perasaan yang benar-benar hancur.

Gadis itu pergi dari hadapanku… apa yang harus aku lakukan?

Aku terlalu lama mengabaikannya… bukan nanti tapi bahkan sekarang aku sudah menghancurkan hidupnya…

Kang Maroo… apa kau benar-benar akan membiarkannya pergi begitu saja?

Maroo bergulat dengan perasaannya sendiri. Eungi semakin menjauh dan hampir menghilang dari pandangannya. Ia tidak bisa menahannya lagi, ini sudah batas paling akhir dari kesabarannya. Maroo seketika bangkit dan mencari gadis bersyal merah itu.

Malam ini dia akan mengabaikan segala peraturan tentang benar atau salah dan hanya akan berlari menuju Eungi.

Bukankah mereka punya hak untuk bahagia?

Dalam pencarian singkatnya, Maroo akhirnya bisa menemukan gadis itu. Ia yang tertunduk di antara beberapa penghuni Halte Bus dan sibuk menyeka airmatanya dengan syal pemberian Maroo tadi.

Maroo tersenyum lega mengetahui jika ia masih belum kehilangan Eungi. Kakinya bergerak perlahan menyibak kerumunan orang di halte bus itu. Terus maju hingga berada di depan Eungi yang tak menyadari keberadaannya sama sekali dan terus menangis. Ia kemudian berlutut dan membuat semua orang di sekelilingnya jadi menatap panasaran campur heran.

“Hei gadis bersyal merah… ” sapa Maroo dengan ringan.

Eungi masih tidak sadar jika sekelilingnya telah menjadi begitu hening karena ulah Maroo. Ia sibuk terbenam dalam kesedihannya di balik syal.

“HEI… SEO EUNGI ! GADIS AROGAN, KASAR DAN CONGKAK!” Maroo berteriak kali ini dengan tersenyum dan tepat sekali, Eungi langsung mendongkak. Maroo sudah berhasil mencuri perhatiannya.

            Eungi terdiam tak tahu apa yang sebenarnya Maroo lakukan. Memanggilnya sekasar itu di tempat umum seperti ini, apa ia sedang berusaha mempermalukannya?

“MAUKAH KAU MENIKAH DENGANKU?” Tanya Maroo dengan tiba-tiba.

Ia mengulurkan tangannya, begitu tulus.

Seketika itu pula, semua orang-orang di sekitar mereka langsung bersorak.

Eungi seolah tersentak di antara dunia nyata dan dunia khayal. Apa ia sedang berhalusinasi atau Maroo benar-benar berada di hadapannya seperti sekarang ini.

“Terima… Terima…Terima…” kata-kata itu kemudian menggema di sekitar mereka dengan cepat. Maroo tersenyum, wajahnya bersemu merah.

“Kang Maroo?” Eungi menatap bingung.

“Hmm…” Maroo berdehem sama seperti Eungi di taman tadi, hanya saja dengan nada yang benar-benar berbeda. ‘Hmm’ milik Kang Maroo adalah permintaan agar Eungi segera berlari ke-arahnya.

Eungi masih tak beranjak dari tempat Ia duduk. Matanya menatap ke sekeliling, demi menyadarkan diri jika ini bukanlah mimpi.

“Aku menginginkanmu, Seo Eungi! Sangat menginginkanmu….” Seru Maroo setulus hati. Airmatanya menetes, sementara tangannya masih terulur menanti si gadis ber-syal untuk datang dan meraihnya.

            Eungi perlahan bangkit dari kursinya. Suasana menjadi hening kembali, semua orang terutama Maroo ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Gadis itu kemudian melangkah menuju tempat Maroo berlutut. Semakin dekat… begitu dekat… Ia berhenti dan ikut berlutut di hadapan Maroo. Mereka saling menatap.

“Pria jahat!” maki Eungi dengan penuh kebencian. Sorot matanya begitu tajam seolah ingin membunuh Maroo.

Maroo terenyak untuk sesaat, apa Eungi sebenarnya sudah tahu pria seperti apa dia dan hanya berpura-pura saat di taman tadi? Maroo tak berani mempertanyakan apapun. Ia takut jika Eungi yang mencintainya sudah benar-benar pergi.

            “Kenapa kau harus repot-repot seperti ini padahal kau hanya perlu mengatakan ‘Iya’ tadi?” Eungi mengungkapkan kekesalannya pada Maroo sebelum dia akhirnya tersenyum dan memeluk ‘pria jahatnya’ itu. Menggoreskan kelegaan di hati semua orang.

Sorak sorai memenuhi Halte kembali, bahkan bus yang sudah datang pun jadi sedikit terabaikan.

Maroo tersenyum dan membelai pelan kepala Eungi di dalam pelukannya. Dia menggumamkan sebuah doa,

Tuhan… hari ini aku memutuskan untuk menjadi pria jahat. Memasuki hidupnya sekali lagi dan menghancurkannya secara total. Jangan pernah mengampuniku…

***

            “Good Morning…” Eungi tersenyum dengan ceria kepada Jaegil dan Choco di meja makan.

“Good Morning…” balas mereka berdua.

“Maroo belum bangun?” Tanya Eungi sambil membantu Choco menata piring.

“Maroo bilang jika dia ada urusan di Taesan pagi sekali jadi dia tidak sempat sarapan.” Jawab Jaegil dengan mulut penuh roti.

“Oh…” Eungi mengangguk.

Ini bagus, karena hari ini dia juga punya rencana rahasia yang tidak perlu diketahui Maroo.

***

           

Jae Hee terbangun dari tidurnya, matanya masih terasa berat dan kepalanya masih begitu pusing. Dia minum banyak sekali kemarin.

Tapi entah kenapa hatinya terasa senang, dalam tidurnya dia bermimpi bertemu Maroo. Pria itu kembali menjadi miliknya dan datang untuk dirinya.

“Kau sudah bangun? Aku akan mengambilkan air putih.” Seorang pria berkacamata langsung berdiri dengan antusias begitu tahu jika Jae Hee sudah bangun.

“Pengacara Ahn? Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Jae Hee kaget.

“Kemarin kau mabuk berat dan aku yang menjemputmu.” Jawab Pengacara Ahn kurang senang. Ia langsung ingat bagaimana Maroo yang mengangkat teleponnya kemarin.

“Ini… dimana?” Tanya Jae Hee yang kesadarannya berangsur-angsur kembali.

“Apartmentku.” Pria berkacamata itu kemudian keluar menuju ruang makan untuk mengambilkan Jae Hee segelas air tapi bel apartment-nya mendadak berbunyi.

Ia menaruh gelasnya yang belum sempat terisi air itu di meja dan bergegas menuju pintu untuk mengeceknya melalui monitor.

Seorang gadis dengan ekpresi ketus tengah berdiri di depan pintunya. Seo Eungi!

Dia datang dengan map yang sama dengan apa yang Ia berikan kemarin.

            “Apa yang dia inginkan pagi-pagi begini?” gumam Pengacara Ahn. Ia buru-buru masuk ke kamar dimana Jae Hee berada.

“Jangan keluar, aku akan menutup pintunya!” perintahnya membuat Jae Hee mengerutkan dahi.

            Pengacara Ahn kini kembali berdiri di depan pintu, antara iya dan tidak untuk membukakan pintu bagi Eungi yang terlihat sangat marah di luar sana.

            “BUKA PINTUNYA!!! AKU TAHU KAU DI DALAM!!! CEPAT BUKA PINTUNYA!!!” Eungi berteriak dengan arogan. Ia tidak perduli akan diusir atau dibawa ke kantor polisi karena teriakannya tersebut.

            Pengacara Ahn makin kelimpungan, siapa yang dimaksud Eungi. Apa dia tahu Jae Hee di sini?

“PENGACARA AHN… KELUARLAH!!! AKU INGIN BERTEMU DENGANMU!!!” Eungi menggedor-gedor pintu apartment si pengacara menyebalkan itu.

            “Ada apa Bu Direktur datang sepagi ini?” Tanya pengacara Ahn dengan lagak tak tahu apa-apa begitu pintu terbuka.

Eungi langsung nyelonong masuk dan menampar wajahnya dengan keras. Membuat sang Pengacara andalan Taesan itu tersentak ke belakang, saking syok-nya.

Jae Hee yang memang penasaran sejak awal dan mengintip di balik pintu kamar langsung panik, apa Eungi datang untuk melabrak mereka berdua?

“Bedebah! Brengsek! Kau pikir aku akan mudah tertipu dengan kertas-kertas ini?” Eungi mengacungkan dokumen-dokumen pemberiannya kemarin.

“Aku tidak tahu apa motifmu tapi aku akan mengingat ini sebagai genderang perangmu untuk-ku!” Ia menyobek dokumen itu menjadi 4 bagian dan melemparkannya ke wajah Pengacara Ahn.

“Jika kau berani mengusik Kang Maroo lagi, akan kupastikan untuk menendangmu sejauh mungkin dari Taesan!” ancam Eungi tanpa keraguan sedikitpun. Matanya melotot tak ingin diremehkan.

            Ia melangkah pergi diliputi amarah, meninggalkan Pengacara Ahn yang masih terguncang dengan serangan fajar sepagi ini. Jae Hee terdiam dari balik pintu kamar, anak tirinya itu bagaimana bisa mencintai Kang Maroo sampai sebuta itu.

Hatinya terasa sakit, cemburu dan iri pada keteguhan sikap Eungi.

***

            Maroo duduk di dalam ruangan Pengacara Park. Ia menunggu dengan gelisah.

“Kang Maroo?” Pengacara Park menatap heran melihat kehadiran Maroo sepagi ini di kantornya.

“Aku punya satu permohonan.” Maroo berdiri dengan raut wajah serius.

***

            “Bu Direktur?” Sekertaris Hyun nampak terkejut mendapati Seo Eungi berdiri di depan pintu rumahnya.

“Sekertaris Hyun… Ucapkan selamat padaku!

Maroo dan aku akan segera menikah!” Eungi tersenyum dan memeluk Sekertaris kesayangannya itu, sementara di tempat lain Maroo  juga sudah membuat Pengacara Park terkejut dengan permohonan-nya,

“Kumohon biarkan Eungi menikah denganku. Aku tidak bisa mengabaikannya seperti itu.”

Permainan ini sudah sampai ke level dimana hanya para pemain utama yang dapat menghentikannya. Hanya Maroo dan Eungi yang dapat mengakhiri permainan mereka. Entah siapa yang akan menang dalam permainan ini, yang jelas semua akan terluka.

***

Please support me with your comments^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
FINALLY, I FINISHED WRITING NICE GUY ANOTHER ENDING. Okay, time to move on

Comments

You must be logged in to comment
oladilia1310 #1
Chapter 19: Kenapa baru sekarang aku nemu drama Nice Guy? Sampe udah selese nontonpun malah nyari FFnya.. trus baca FF ini, kepalaku nyut"an gk ada beda sama pas nonton. Alur sama endingnya aja yg beda. Dan harusnya endingnya beginiiiiiiii :'D
Thankyou for making this FF!! Walopun telat tapi aku suka!! 정말 감사합니다~
I will wait your update for another story of EunMaru ㅋㅋ semangat kak! 파이팅!! ♡♡
Lots love, ChaeKi shipper
nandyana #2
Chapter 19: Omg i just found this ff today and read it in one go...i really wish the ending of the actual nice guy drama like this in your story...you are really talented writer...
daragon48 #3
Chapter 19: daebak... andai saja ending drama nice guy kayak gini. TQ for this fanfic neomu joayo!
eonnifan
#4
Chapter 19: eungil.. sempet2nya pengen tidur pas ngelahirin.. *eh wkwkwkwk

wuiiih mantep ikatan batin mereka. maru dan eungi sama2 pernah bermimpi ttg jungwoo

daebak daebak
thanks for making this eunma/chaeki fic/story
good luck utk karyanya ya.. semangat!!
camzjoy
#5
Chapter 19: Aigoooo it's already the end! T.T I'm sad because i'll be missing your updates!
Thank you for creating such a wonderful story, I love how things went for our couple. They deserve all happiness. :) And what, 9 children still? I suppose not all children were born in the house? Haha! I'm also amazed by how you described the birth scene, woah! Keep writing Chaeki ffs please? You're a good authornim! :D
eonnifan
#6
Chapter 18: daebak...
kalau ahn gak sadar2 tuh abis slh bunuh orang kebangetan dah... jd gemes >\\\\<
aku tuh klo bacanya... selalu ngerasa khawatir sm bayi eunmaru lol... takut knp2 apalagi tiap baca part yg eunginya tuh "gak bisa diem" hahaha
pokoknya aku tunggu endingnya yeay
alvionanda #7
Chapter 17: keren banget! ff nya kerenam bangeeeeeet. maaf bary comment dipart ini, soalnya aku saking penasaran jadi langsung klik next.
kenapa ending dramanya nggak kaya gini ajaaaaaa? ini lebih ngreget gitu. ditunggu kelanjutan ceritanya yyaaaaa ^^
charism #8
Chapter 17: ditunggu min lanjutan nya secepetnya yaaa . Deg degan nih bacanya .
eonnifan
#9
Chapter 17: duuuh aku bacanya.... deg2an sambil makan. hahahaha
makin menegangkan.