“Your Maroo is a KILLER”

NICE GUY FF 'Another Ending'

“SEO EUNGI! BAGAIMANA BISA KAU… DIA… KANG MAROO ADALAH SEORANG PEMBUNUH!” Jae Hee tak dapat menyaring kata-katanya lagi dan membiarkan kemarahannya mengambil alih.

\\

//

\\

 

PERNIKAHAN!

Kata itu sudah lama terdengar begitu asing bagiku. Mengumamkannya ibarat bertaruh untuh menepuk angin. Terlalu mustahil.

 

Aku lelah, takdir telah begitu sering mempermainkanku. Aku bahkan sudah bersiap untuk menjadi tua sendirian. Mungkin bagi Jaegil kawanku, aku adalah tipe pria yang bisa menikah kapan pun aku mau. Tinggal menunjuk seorang wanita dan Ia pasti dengan senang hati pergi ke arahku. Tapi masalahnya adalah impian tentang pernikahan terasa begitu hambar. Aku hanya cangkang kosong setelah Jae Hee pergi.

 

Maroo yang kutahu adalah pria brengsek yang rela menjual tubuhnya untuk lembaran uang. Menggadaikan harga dirinya demi terus hidup tanpa kelaparan.

Sampai wanita itu datang. Seo Eungi.

           

Bagiku hanya ada dua jenis wanita sebelum kami bertemu. Wanita yang kucintai tapi mencampakkanku dan wanita yang mencintaiku lalu kucampakkan. Hidup terasa begitu sepi… kosong… tak ada maknanya. Hingga Eungi datang kembali, memaksa masuk ke dalam takdirku untuk kesekian kalinya.

 

Wanita yang kudorong pergi berkali-kali itu rupanya bagian dari permainan takdir yang lain. Aku tersenyum getir, bertanya pada diriku sendiri karena aku hampir tak mempercayai Tuhan.

 

“Apa aku seorang pengkhianat Negara di kehidupan sebelumnya?

Atau aku Raja tak kompeten yang menyengsarakan rakyatnya?

Dosa apa yang kumiliki di masa lalu hingga Tuhan ‘sebaik’ ini padaku?”

 

Wanita bernama Seo Eungi itu membuatku ingin percaya jika kata ‘pernikahan’ masih belum sepenuhnya lenyap dari benakku. Bukan benar-benar menepuk angin dan bisa kugapai. Dia adalah satu-satunya takdir buruk yang tak kusesali. Jika saja Jae Hee tidak mencampakkanku, pasti aku tak pernah mengenal Seo Eungi, wanita yang kucintai sepenuh hati,

 

Ya… namanya Seo Eungi.

 

“Apa menurutmu ini bagus?” Tanya Maroo sambil mengacungkan sebuah cincin ke hadapan Jaegil.

Sahabatnya itu tersenyum canggung dan tak henti menatap ke penjaga toko nan cantik di depan mereka.

Ia menyingkirkan cincin di tangan Maroo kemudian berbisik dengan ekpresi gugup,

 

“Hyaa… Maroo… kenapa kau tidak mengajak Choco saja tapi malah mengajakku memilih cincin? Ini terlihat aneh! Dia menatap kita dengan aneh!” seru Jae gil malu-malu yang kemudian tersenyum pada si penjaga toko dengan canggung.

 

Maroo tersenyum dan balik berbisik,

 

“Choco ada audisi, lagipula kenapa kau yang malu, dia bahkan tidak memperhatikanmu sama sekali.” Ledeknya pada Jaegil yang hanya bisa tersenyum kecut.

 

~oOo~

 

“Kau benar-benar akan menikahinya?” Tanya Jaegil begitu mereka sudah berada di luar toko perhiasan.

 

“Bagaimana menurutmu?” Maroo tersenyum sok misterius.

 

Jaegil berhenti melangkah, banyak hal mendadak berputar-putar dalam benaknya.

 

“Kang Maroo!” teriaknya.

 

“Hmm?” Maroo berhenti dan berbalik, Ia siap jika Jaegil tiba-tiba memukulnya karena keputusannya ini. Di antara semua orang, Jaegil-lah yang paling tahu betapa brengseknya Maroo dan berapa orang gadis yang sudah Ia kencani.

 

Tapi di luar dugaan, sahabatnya itu malah tersenyum kemudian memeluknya penuh haru.

Ia begitu erat mendekap Maroo sambil berteriak,

 

“HUAAAAH… MAROO…. AKU BENAR-BENAR BAHAGIA MENDENGARNYA!!!”

 

Kini gantian Maroo yang merasa risih karena semua orang di jalan jadi memandangi mereka.

 

“Hyaaa… JAEGIL!!! Lepaskan….” teriak Maroo salah tingkah.

 

“Huwaaahhh…. Kang Maroo akan menikah!!!! Hahaha…”

 

“Hyaaaa…..”

 

~oOo~

 

“Seo Eungi… gadis itu sudah tidak waras. Dia menutup matanya dari semua bukti-bukti itu dan memilih untuk mempercayai Maroo... Dia tidak waras… otaknya pasti terbentur begitu keras.” Jae Hee mendesis penuh amarah. Ia kesal sendiri melihat perbuatan Eungi pagi ini.

 

“Kuharap kau tidak berniat untuk mengikuti jejaknya dan melakukan hal ceroboh seperti kemarin malam.” Sindir Pengacara Ahn yang datang dengan segelas air putih.

 

“Apa maksudmu dengan Aku telah melakuan hal yang ceroboh?” Jae Hee menatap Pengacara Ahn dengan tidak terima, ia meraih gelas berisi air putih itu dengan sedikit kasar.

 

“Kau pergi minum dengan Kang Maroo dan meracau tidak jelas ketika mabuk.” Jawab Pengacara Ahn. Pandangannya kaku menghakimi sang Presiden Direktur yang dicintainya itu.

 

“Apa maksudmu?” Jae Hee nyaris tersedak mendengarnya.

“Kuharap kau ingat alasanmu untuk terus berada di Taesan.” Tegur Pengacara Ahn dingin.

 

Jae Hee melirik sinis, tak suka dinasehati oleh seseorang yang menurutnya tak berada di level yang sama. Baginya pria di hadapannya ini tak lebih dari sekedar bawahan, tak akan pernah lebih dari itu.

 

“Maroo?” gumam Jae hee mencoba mengingat-ngingat jika semalam itu bukan mimpi tapi kenyataan. Maroo benar-benar datang dan memapahnya ke dalam mobil.

 

“Dia bersamaku semalam?”

 

“Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi yang jelas Maroo mengangkat teleponmu kemarin.” Jawab Pengacara Ahn makin tidak enak hati.

 

Jae Hee mendadak merasa senang, ia seolah masih memiliki harapan untuk kembali pada Maroo.

 

“Jadi Maroo masih memperdulikanku?” gumamnya bersemangat.

 

Pengacara Ahn meremas tangannya, begitu terganggu oleh kalimat Jae Hee. Ia berlutut di hadapan Jae Hee dan membiarkan emosinya mengambil alih untuk sesaat.

 

“Buang harapan kosongmu itu!

Apa kau akan meninggalkan semua kerja kerasmu demi kembali padanya?

Jika kau tidak ingin menyesal, pikirkan saja tentang Eunsuk! Masa depannya bersama Taesan!” Pengacara Ahn menarik gelas di tangan Jae Hee dengan kasar seolah itu adalah simbol dari harapan bodoh Jae Hee soal Kang Maroo.

 

~oOo~

 

Jae Hee baru saja pulang ke rumah, mabuknya memang sudah sepenuhnya hilang tapi rasanya masih malas sekali untuk pergi ke kantor hari ini. Tidak ada rapat dan tidak ada hal penting.

Sekarang pikiran dan perasaannya hanya tertuju pada Maroo. Bagaimanapun juga semalam Maroo menemuinya. Itu berarti Ia masih berada dalam hati Maroo, entah di sudut sebelah mana.

 

Jae Hee tidak perduli. Dia hanya merasa senang mengetahui itu. Cintanya pada Maroo tidak akan pernah bisa hilang, dia mungkin pernah berkhianat sekali tapi bukan berarti cintanya raib.

Kini dengan tanpa malu, Jae Hee mulai mengkhayal jika Ia dapat mendapatkan hati Maroo kembali, seutuhnya seperti dahulu kala.

 

Sebuah telepon masuk, dari Maroo. Seperti sebuah mimpi, Jae Hee terpana sendiri melihat nama si penelepon. Ia buru-buru mengangkatnya.

 

“Maroo?” sapa Jae Hee ragu-ragu. Hatinya berdebar tak karuan.

 

“Apa kau ada acara malam ini? Aku ingin bertemu.”

 

“A.. acara? Ah? Malam ini? Tidak ada!” Jae Hee terdengar salah tingkah.

 

“Pukul 8 di Restaurant CIEL Hotel. Aku akan menunggumu disana,” Maroo mengakhiri teleponnya dengan dingin bahkan sebelum Jae Hee sempat mengatakan iya.

 

“Apa dia sedang memberiku harapan?” Jae Hee menutup teleponnya dengan bingung.

Tidak bisa Ia pungkiri, ia mengharapkannya.

 

~oOo~

 

Eungi tersenyum memandangi pantulan wajahnya di cermin. Ia bolak-balik merapikan tatanan rambutnya dengan malu-malu seolah cermin itu adalah Maroo.

 

Matanya berputar melirik buku tulisnya di atas kasur. Diraihnya buku itu dan dibuka lembar demi lembar halaman di dalamnya.

 

Ia sampai pada sebuah halaman dimana ada gambar Maroo disana. Gambar ala anak TK yang Ia buat sendiri. Diusapnya gambar itu dengan penuh perasaan. Disana tertulis kalimat,

 

“Maroo adalah pria paling baik sedunia”

 

“Maroo adalah pria paling baik sedunia…” Eungi tersenyum mengumamkan kalimat di atas kertas itu.

 

“Apa yang sedang kau lakukan?” sebuah suara mengagetkannya.

 

Seperti sihir, pria dalam gambar itu sudah berdiri di depan pintu kamarnya dengan tersenyum.

Eungi menggeleng sok misterius, ia menaruh bukunya kembali dan berlari memeluk Maroo.

 

“Aku merindukan-mu!” seru Eungi begitu polos dan antusias.

 

“Aku juga… sangat merindukanmu… Maaf karena seharian ini sibuk dan tidak memperhatikanmu.” desah Maroo.

 

Ia mendekap Eungi dengan hangat. Mengayun-ayunkannya dalam pelukan. Lelap dalam kebahagiaan singkat mereka.

 

“Maroo… aku sudah memutuskannya!” seru Eungi tiba-tiba. Kelopak matanya membesar tanpa Ia sadari, karena perasaan bahagia yang membuncah-buncah.

 

“Memutuskan apa?” Tanya Maroo penasaran. Ia melepas pelukannya dan memandangi binar-binar kebahagiaan yang tersemai pada raut wajah Eungi.

 

“Aku akan berhenti dari Taesan dan menjadi istri yang baik… mengurus anak-anak kita dengan baik…” seru Eungi malu-malu.

 

Entah kenapa melihat sikap Eungi yang seperti ini justru membuat hati Maroo terasa sedih. Apa yang Ia katakan tadi begitu tulus.

 

Apakah mereka bisa hidup bahagia seperti itu, seperti khayalan Eungi, khayalan-nya juga….

Maroo mengangguk dan mengusap lembut pipi Eungi.

 

“Terdengar bagus.” Gumam Maroo seraya tersenyum.

 

~oOo~

           

Jae hee melirik cermin di dalam tasnya. Malam ini dia berdandan sangat cantik, lebih dari hari-hari sebelumnya. Semua itu dia lakukan, tidak lain dan tidak bukan hanya untuk Kang Maroo.

Sudah pukul 8 malam lewat 10 menit tapi Maroo belum juga datang. Apa pria itu menipunya atau memang terlambat, Jae Hee mengharap-harap cemas sambil terus menatap ke arah pintu masuk Restauran.

 

Akhirnya, pria yang Ia tunggu tiba juga. Bajunya terlihat rapi dan semi-formal. Jae Hee tersenyum begitu lega. Kepercayaan dirinya mendadak naik, Ia tidak salah paham pada maksud Maroo. Mungkin ini adalah kencan rahasia mereka, pikir Jae Hee.

 

“Maroo…” panggil Jae Hee sambil melambaikan tangannya agar Maroo segera mendekat.

 

Tapi, senyumnya pupus seketika saat melihat Eungi muncul dan menyusul Maroo dari belakang.

“Gadis itu ikut juga?”, desah Jae Hee kecewa.

 

“Selamat malam…” Maroo mencoba menyapa dengan sopan karena status sosial mereka sebagai calon ibu mertua dan menantu.

 

Jae Hee tersenyum dengan kaku, merasa dibodohi.

 

Eungi tersenyum dan ikut membungkuk ringan, memberikan salam.

Jae Hee lagi-lagi melempar senyum kakunya.

Ia mati kutu dikeroyok seperti ini. Harus bersikap seperti apa di hadapan mereka, pikirnya.

 

“Duduklah…” Jae Hee mencoba bersikap ramah dengan tipu daya ibu tiri baik hatinya.

 

Maroo menarik kursi untuk Eungi dan memperlakukannya begitu manis di hadapan Jae Hee. Membuat sang ibu tiri merasa semakin tidak nyaman.

 

“Kalian… ini terlihat seperti bukan ajakan makan malam biasa?” Jae Hee mencoba bersikap setenang mungkin.

 

Maroo dan Eungi saling menatap dan tersenyum.

Apa yang mereka rencanakan?

Bathin Jae Hee yang hanya bisa menyembunyikan kecurigaan-nya.

 

“Bagaimana jika kita pesan makanan dulu?” saran Maroo santai saja, yang kemudian di-iyakan oleh Jae Hee masih dengan akting keibuan-nya.

 

Saat memesan makanan pun, Maroo begitu manis dalam memperlakukan Eungi. Mereka sesekali bercanda soal makanan yang harus Eungi pesan agar tidak menaikkan berat badannya di hari istimewa mereka. Pemandangan yang sangat mengganggu di mata Jae Hee.

 

“Hari istimewa?” Jae Hee yang penasaran memberanikan diri untuk bertanya.

 

Perasaannya tidak enak sama sekali. Setiap senyuman di wajah Eungi membuatnya ingin berteriak marah dan melontarkan setiap makian yang melintas di dalam benaknya kepada mereka.

 

Maroo mendadak mendekap pundak Eungi, membawanya lebih dekat dalam pelukannya.

 

“Sebenarnya kami meminta untuk bertemu denganmu karena hal ini. Dua minggu lagi, kami akan menikah.” Jawab Maroo, begitu bahagia.

 

Seperti tercekik, Jae Hee terdiam untuk beberapa detik setelah mendengar ucapan si mantan kekasih.

 

“ME..NIKAH? BAGAIMANA BISA?” pekiknya tanpa sadar di hadapan mereka.

 

Eungi yang mulanya tidak berpikiran apapun soal ibu tirinya itu kini jadi sedikit curiga.

Ia terusik.

 

“Ada yang salah dengan itu? Bukankah kau sudah tahu jika kami bertunangan?” Tanya Eungi membuat Jae Hee gugup.

 

“Maksudku, tidakkah ini terlalu terburu-buru? Dua minggu itu sangat singkat untuk mempersiapkan sebuah pernikahan. Taesan bukan perusahaan kecil dimana kau bisa menikah dengan sederhana, Eungi…” Seru Jae Hee sok perhatian.

 

“Kami memutuskan untuk menggelar pesta dengan sederhana saja.

 

Pesta yang besar itu akan membuang banyak uang, lagipula asalkan bersama Maroo. Pesta pernikahan sesederhana apapun akan tetap membuatku bahagia, bu…” Maroo tersenyum mendukung pernyataan Eungi.

 

Jae Hee tidak dapat mengatakan apapun lagi, perasaan berbunga-bunga dan harapannya akan Maroo sudah lenyap karena berita ini. Sekarang rasanya Ia ingin sekali meneriakkan semua kesalahan Maroo di hadapan Eungi, membongkar siapa sebenarnya calon menantu-nya itu.

 

Makan malam mereka berlangsung dengan begitu hening. Jae Hee sama sekali tidak menikmati setiap suap nasi yang masuk ke dalam mulutnya. Semuanya jadi terasa pahit karena pemandangan sok manis di hadapannya.

 

“Permisi, aku harus ke kamar mandi” seru Eungi begitu melihat teleponnya berdering.  Ia bangkit dari sisi Maroo, membiarkan sang calon suami berhadapan sendirian dengan ibu tirinya.

 

“Jangan katakan apapun pada Pengacara Park maupun Sekertaris Hyun soal permintaanku ini. Begitu kau mendapatkannya, berikan padaku segera!” perintah Eungi serius pada seseorang di ujung telepon.

 

“Baik Bu Direktur.”

 

Eungi menutup teleponnya dengan cemas, Nasehat dokter kembali terngiang di telinga-nya,

 

“Jika kau ingin cepat sembuh, bawa kenangan yang paling menyakitkan untuk kembali.

PR-mu adalah kenapa kau mengemudi di jalur yang salah malam itu!”

 

Jae Hee menghentikan makannya begitu Eungi pergi. Matanya mengintai Maroo yang masih terus memasukkan suap demi suap ke dalam mulutnya dengan begitu nikmat.

 

“Kau benar-benar tidak punya malu.” Maki Jae Hee.

 

“Malu?” Maroo menaruh sendoknya. Lidahnya mengecap-ngecap rasa sup yang baru saja dia telan dengan tak perduli.

 

“Jika aku harus membuang rasa Malu-ku untuk membawamu keluar dari kehidupan Eungi, aku tidak keberatan sama sekali.” Maroo kembali menikmati sup-nya, santai saja. Tanpa beban.

 

Jae Hee bergidik kesal, darahnya mendidih diledek seperti ini.

 

“Kemarin malam… kenapa kau memperdulikanku? KENAPA KAU DATANG?” tanyanya menyudutkan.

 

“Karena kau adalah ibu dari calon istriku, walaupun hanya ibu tiri tapi kau tetaplah calon mertuaku… hanya itu alasanku…” jawab Maroo dingin, berhasil membuat Jae Hee gagal mengontrol emosinya.

 

BYURRR….

 

Ia menyiramkan segelas wine di tangannya ke muka Maroo. Mengotori jas dan kemeja mahalnya.

 

Maroo mendongkak kaget tapi sebelum sempat ia bereaksi, segelas wine lainnya sudah pindah ke muka Jae Hee.

 

Rupanya Eungi yang melihat itu sekembalinya dari kamar kecil tak kuasa menahan rasa kesal-nya dan balik mengguyur Jae Hee penuh amarah. Sang ibu tiri tergagap karena serangan mendadak ini.

 

“Wanita ular! Bermuka dua!

Apa yang baru saja kau lakukan pada calon suamiku?

Jangan mengusiknya atau aku akan membalasmu lebih dari itu!” Eungi berteriak memperingatkan Jae Hee dengan berapi-api. Menciptakan kegaduhan di sekitar mereka.

 

Wajahnya jadi se-menakutkan, saat melabrak Pengacara Ahn di apartment-nya pagi ini.

Walau ingatannya sedang tidak waras tapi sikapnya tidak berubah, tetap arogan dan kasar!

Dan tatapan membunuhnya itu tetap sama.

 

“SEO EUNGI! BAGAIMANA BISA KAU… DIA… KANG MAROO ADALAH SEORANG PEMBUNUH!” Jae Hee tak dapat menyaring kata-katanya lagi dan membiarkan kemarahannya mengambil alih.

 

Anak dan Ibu di mata hukum itu kini telah benar-benar mengacaukan ketenangan restaurant secara total.

 

Maroo yang tahu jika ini bukanlah hal baik bagi Taesan, segera mengajak Eungi pergi sebelum terjadi kekacauan lebih besar di restaurant tersebut.

 

Ia menarik Eungi keluar, meninggalkan Jae Hee sendirian dengan make up yang nyaris luntur serta tatapan penuh pertanyaan dari semua orang di tempat itu.

 

~oOo~

 

“Pembunuh? Kebohongan gila apa lagi itu?

Apa keluargaku dulu juga memperlakukanmu seperti ini?” Tanya Eungi begitu mereka masuk ke dalam mobil.

 

Maroo tidak menjawab, matanya terpengkur pada roda kemudi yang Ia genggam begitu erat.

 

“Apa mereka memperlakukanmu lebih kasar dari itu dan melontarkan banyak fitnahan keji hingga membuatku memutuskanmu dulu?” Eungi terus bertanya.

 

“Maroo… jawab aku!” pintanya tak sabaran.

Maroo yang terdiam kemudian menoleh, ia menatap Eungi dengan serius kali ini. sorot matanya menakutkan.

 

“Keluargamu tidak membuat kesalahan apapun…

Mereka benar tentangku…

Aku bukan pria baik, Eungi…” Maroo menjawab datar.

 

Keheningan untuk sejenak menyelimuti mereka. Eungi mencoba mencerna kata-kata Maroo.

 

Seo Eungi… aku memberikanmu satu kesempatan lagi untuk berlari dan menjauhiku…

ini adalah kesempatan terakhirmu untuk pergi atau kita akan benar-benar tidak bisa berhenti dari permainan ini…

           

Maroo menatap tajam,  “Kau… masih ingin menikah denganku?” Tanyanya.

~oOo~

Please support me with your comments^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
FINALLY, I FINISHED WRITING NICE GUY ANOTHER ENDING. Okay, time to move on

Comments

You must be logged in to comment
oladilia1310 #1
Chapter 19: Kenapa baru sekarang aku nemu drama Nice Guy? Sampe udah selese nontonpun malah nyari FFnya.. trus baca FF ini, kepalaku nyut"an gk ada beda sama pas nonton. Alur sama endingnya aja yg beda. Dan harusnya endingnya beginiiiiiiii :'D
Thankyou for making this FF!! Walopun telat tapi aku suka!! 정말 감사합니다~
I will wait your update for another story of EunMaru ㅋㅋ semangat kak! 파이팅!! ♡♡
Lots love, ChaeKi shipper
nandyana #2
Chapter 19: Omg i just found this ff today and read it in one go...i really wish the ending of the actual nice guy drama like this in your story...you are really talented writer...
daragon48 #3
Chapter 19: daebak... andai saja ending drama nice guy kayak gini. TQ for this fanfic neomu joayo!
eonnifan
#4
Chapter 19: eungil.. sempet2nya pengen tidur pas ngelahirin.. *eh wkwkwkwk

wuiiih mantep ikatan batin mereka. maru dan eungi sama2 pernah bermimpi ttg jungwoo

daebak daebak
thanks for making this eunma/chaeki fic/story
good luck utk karyanya ya.. semangat!!
camzjoy
#5
Chapter 19: Aigoooo it's already the end! T.T I'm sad because i'll be missing your updates!
Thank you for creating such a wonderful story, I love how things went for our couple. They deserve all happiness. :) And what, 9 children still? I suppose not all children were born in the house? Haha! I'm also amazed by how you described the birth scene, woah! Keep writing Chaeki ffs please? You're a good authornim! :D
eonnifan
#6
Chapter 18: daebak...
kalau ahn gak sadar2 tuh abis slh bunuh orang kebangetan dah... jd gemes >\\\\<
aku tuh klo bacanya... selalu ngerasa khawatir sm bayi eunmaru lol... takut knp2 apalagi tiap baca part yg eunginya tuh "gak bisa diem" hahaha
pokoknya aku tunggu endingnya yeay
alvionanda #7
Chapter 17: keren banget! ff nya kerenam bangeeeeeet. maaf bary comment dipart ini, soalnya aku saking penasaran jadi langsung klik next.
kenapa ending dramanya nggak kaya gini ajaaaaaa? ini lebih ngreget gitu. ditunggu kelanjutan ceritanya yyaaaaa ^^
charism #8
Chapter 17: ditunggu min lanjutan nya secepetnya yaaa . Deg degan nih bacanya .
eonnifan
#9
Chapter 17: duuuh aku bacanya.... deg2an sambil makan. hahahaha
makin menegangkan.