Facing The Enemy

NICE GUY FF 'Another Ending'

 

            Ruangan persegi panjang itu diselimuti oleh atmosfer yang menyesakkan. Tak ada senjata tajam maupun pistol disana namun hawanya terasa seribu kali lebih suram dari wilayah perbatasan rawan konflik. Eungi, sang Tuan rumah berdiri, mempersilahkan sang tamu ‘istimewa’ untuk duduk di sebelah Ibu tirinya – Han Jae Hee. Sekilas, kepingan de javu melayang tipis di antara mereka. Bukankah makan malam bersama seperti ini adalah hal yang lumrah saja beberapa tahun silam, tepatnya sebelum Ayah Eungi meninggal dan sebelum Kang Maroo masuk dalam lingkup kekerabatan mereka.

Makan malam bersama Pengacara Ahn adalah hal wajar bagi Eungi maupun Jae Hee, namun tidak kali ini. Semua hal telah berubah – TOTAL. Layaknya arah matahari yang tak pernah mengumpara satu arah. Pada akhirnya setiap manusia akan memilih rotasinya sendiri.

Bibi penjaga rumah keluar bersama seorang pelayan, mereka menghidangkan hidangan pembuka, utama dan penutup sekaligus tak ketinggalan sebotol wine berwarna merah darah.

Tak lama setelah para pelayan pergi, Eungi membuka pertemuan makan malam nan istmewa ini dengan sebuah sindiran halus namun tajam.

“Kenapa kalian terlihat tegang sekali?” Matanya awas mengawasi gerak-gerik dua manusia yang paling ingin Ia musnahkan di muka bumi ini.

Jae Hee berkeringat dingin, kedua tangannya menggeliat resah di bawah meja. Pengacara Ahn meremas tangannya, berusaha mengatakan jika ‘semua akan baik-baik saja dan biarkan aku yang menghadapinya.’

Mata Eungi memicing, asyik memandangi kekikukan yang tersaji di hadapannya. Maroo sungguh tak tahu apa yang ada dalam benak seorang Eungi. Ia sendiri terkejut karena Pengacara Ahn turut hadir dalam jamuan malam ini.

Eungi adalah wanita gila dan Maroo selalu tahu bahwa Ia tak akan sanggup mengubah perangainya hanya dalam semalam.

“Hanya terasa aneh karena Pengacara Park sedang terbujur koma dan kita seolah tengah berpesta di tempat ini.” Pengacara Ahn mencoba mengatasi ketidaknyaman serta perasaan terpojok di dalam dirinya dengan sebuah sindiran balik.

Jae Hee menunduk, menyembunyikan kegugupannya. Ia sadar, membawa masuk topik tentang Pengacara Park tak akan banyak membantu mereka. Ini malah seperti senjata makan tuan. Maroo mengikuti setiap polah tingkah Jae Hee, Ia teringat kembali tentang pembicaraan singkat di depan pintu yang wanita itu lakukan bersama pria di sebelahnya. Mereka memiliki andil besar atas kejadian yang menimpa Park Joon Ha.

“Setidaknya aku tidak bersikap munafik dengan berpura-pura bersedih padahal mengharapkan kematiannya seperti yang kalian lakukan.” Pandangan Eungi menajam. Maroo menoleh seketika, Ia tak menyangka Eungi akan melakukan perang seterbuka ini. Tangan kanannya segera menggenggam erat tangan Eungi. Baiklah, ini bukan waktu yang tepat sebenarnya untuk saling memaki terutama karena ada Eunsuk di antara mereka.

Mata Pengacara Ahn terbelalak, bersama Jae Hee Ia mengumbar ekspresi yang sama. Mereka tahu pasti Eungi tak akan berbaik hati malam ini namun kalimat setajam itu juga tak masuk dalam perhitungan mereka. Seperti ikan kehabisan oksigen, Pengacara Ahn gelagapan menanggapi sarkasme yang terlontar dari bibir Eungi.

“Maksud Anda?”

Eungi tersenyum, “Kalian lebih paham apa maksudku.” Ujarnya. Maniknya tajam menghujam siluet sang Pengacara dan Ibu tiri ‘kesayangannya’. Ada percikan ancaman yang sebenarnya tengah Ia kobarkan secara halus.

Tiba-tiba Bibi penjaga rumah datang kembali, Ia membawa sebuah baki berisi dua piring dengan tutup di atasnya. Eungi mengangguk, memberi kode agar kedua piring itu diletakkan di atas meja.

Semua penghuni meja makan menatap penasaran.

Eungi membuka penutup piring itu satu persatu. Piring pertama berisi tumisan kerang asam manis. Ia tersenyum sinis menatap Jae Hee yang hanya terdiam. Ibu tirinya itu jelas ingat betul alergi yang menimpa Eungi beberapa waktu silam saat makan malam bersamanya.

“Masih ingat makanan ini, Bu?” tanya Eungi.

“Kau meminta Bibi memasaknya? Apa kau lupa bahwa kau alergi pada kerang?” Jae Hee balik bertanya dengan sok polos.

“Aku tidak mungkin lupa. Seo Eungi ingat betul dengan apa yang membuatnya alergi dan apa yang aman untuk Ia makan. Ia ingat semuanya dengan sangat baik. Lagipula, bukankah hanya aku yang alergi kerang disini? Jadi kenapa makanan ini harus dicoret dari daftar menu? Aku harus terbiasa bertoleransi bukan? Aku sedang belajar untuk berada dekat dengan setiap hal yang membuatku alergi. Entah itu makanan, benda atau manusia meskipun aku merasa ingin muntah saat melihat maupun mencium aromanya.” Seru Eungi disambut senyum tipis di wajah Maroo. Ia tahu betul maksud dan tujuan Eungi mengatakan kalimat itu. Istrinya terlampau jenius dalam mengumpamakan keberadaan Jae Hee dan Pengacara Ahn dengan kerang yang membuatnya alergi.

Namun Eungi rupanya belum puas dengan sindiran tentang kerangnya. Ia membuka penutup piring kedua. Ada sup jagung manis kental di sana.

Kali ini hanya akan menjadi sebuah homerun bagi Seo Eungi. Ia akan memukul bola tepat di wajah dua pengkhianat yang duduk manis di hadapannya.

“Makanan kesukaan Ayahku. Direktur Seo. Atasanmu dan Suamimu.” Eungi menatap Pengacara Ahn dan Jae Hee secara bergantian. Ia menyeringai tipis, menyukai bagaimana ekspresi di wajah mereka kini menjadi begitu kaku.

“Tidakkah kalian merindukannya juga sepertiku? Jadi aku meminta Bibi untuk memasak ini agar kita bisa memakannya dan merasakan kehadirannya kembali bersama-sama. Jujur saja, aku masih terkejut atas kematiannya yang mendadak. Aku masih berharap Ia ada di sini, di tengah-tengah kita. Aku sungguh ingin Ia dapat turut merasakan kebahagiaan saat anakku dan Maroo lahir nanti.” Eungi membelai perutnya sembari tersenyum pada Maroo.

Jae Hee dan Ahn Min Young sekilas saling menatap, mereka sedang berpikir apa Eungi sudah mengetahui rahasia di balik kematiannya Ayahnya atau hanya sekedar menggertak sambal.

Hening yang menyesakkan menyelimuti ruang makan sampai Eunsuk yang kelaparan menarik lengan baju Eungi.

Nuuna, kapan kita mulai makan? Aku lapar.” Tanyanya setengah merengek.

Eungi merubah total ekspresi di wajahnya dengan cepat. Seperti seorang psikopat, Ia lantas tersenyum begitu keibuan pada sosok Eunsuk di samping kanannya dan mengusap gemas pipi adik semata wayangnya itu.

Eungi berbisik, “Iya sayang. Kita akan makan sekarang.” Jae Hee sungguh tak menyukainya, rasanya Ia ingin sekali menarik Eunsuk dalam dekapannya – menjauhkannya dari Eungi.

Eunsuk tersenyum dan mengangguk antusias. Makan malam pun dimulai, denting suara piring yang beradu dengan sendok dan garpu mengambil alih suasana penuh stigma yang sempat mengejawentah disana.

Di akhir makan malam, Eungi meminta Pengacara Ahn untuk berbicara dengannya empat mata di dalam ruangan kerja Almarhum Ayahnya. Sekali lagi, Maroo tak tahu apapun soal ini. Ia sempat ingin mencegah Eungi untuk melakukannya namun wanita itu mengatakan bahwa Ia akan baik-baik saja karena ini rumahnya dan ada suaminya yang akan menghajar Ahn Min Young jika pria itu berani macam-macam.

Maroo akhirnya menurut, Ia berbisik “Berteriaklah jika terjadi sesuatu!”

Eungi tersenyum geli mendengarnya. Menurutnya, Maroo terlalu berlebihan. “Jika terjadi sesuatu, kurasa dia yang akan berteriak lebih dulu.” Kelakar Eungi penuh percaya diri.

Maroo tersenyum, “Aku tahu.” sahutnya singkat sebelum akhirnya memutuskan untuk menunggu di halaman. Tak lama, Jae Hee yang baru kembali dari mengantar Eunsuk tidur datang menghampirinya. Ia berhenti beberapa langkah di belakang Maroo, menatapnya tak nyaman untuk beberapa saat, sebelum akhirnya mengambil posisi tepat di sampingnya. Bersama, mereka menatap langit yang begitu benderang penuh bintang.

“Tidakkah langit malam ini begitu indah, Nuuna?” Maroo menoleh dan memberikan senyum terbaiknya pada Jae Hee. Wanita itu mengernyit, bukannya merasa nyaman karena sapaan ramah dari Maroo, Ia malah merasa terancam.

“Apa yang kau rencanakan bersama Eungi? Bagaimana bisa Ia baik-baik saja dengan kenyataan bahwa kita adalah mantan kekasih. Apa Ia terlalu menggilaimu sampai tak masalah kita tinggal di bawah satu atap yang sama? Ini gila, Kang Maroo!”

“Pertanyaanmu aneh, Nuuna! Aku heran kenapa kau harus begitu terusik? Bukankah dulu kau yang mengancamku? Kau bilang bahwa kau ingin meminta Eungi untuk tinggal di rumah ini. Kau bilang bahwa Kang Maroo hanya mencintai Han Jae Hee dan untuk membuktikan itu kita harus tinggal dalam rumah yang sama, jadi Kang Maroo bisa sadar jika hanya Han Jae Hee yang dicintainya dan perasaannya pada Eungi tak lebih dari belas kasihan. Sekarang ketika keinginanmu terkabul, kau malah bertingkah seperti ini. Kupikir, seharusnya kau berterima kasih pada Eungi karena melupakan masa lalu kita.”

“Melupakan masa lalu katamu? Aku tahu jalang seperti apa dia! Seperti anjing gila, Ia tak akan pernah melepaskan tulang yang sudah digigitnya. Ia seorang pendendam. Eungi sudah mengingat semuanya kan? Aku bisa merasakannya dari setiap kalimat yang Ia lontarkan selama makan malam tadi.” Cetus Jae Hee.

“Apa kau mulai merasa takut?” tanya Maroo. Ia melangkahkan kakinya beberapa langkah mendekati Jae Hee.

“Tanganmu terasa dingin, Nuuna… Aku benci tanganmu yang dingin.” Maroo menangkup kedua tangan Jae Hee dalam genggamannya dan menggosok-gosoknya supaya hangat.

“Maafkan aku Nuuna…” Maroo terus menggosok kedua tangan Jae Hee. Ia menunduk, benaknya menerawang jauh menuju bayangan masa lalu mereka. Bukan cinta lagi yang mencengkeram bathinnya saat ini namun perasaan bersalah. Maroo sadar betul, kesombongannya di masa lalu yang membuat Jae Hee seperti sekarang ini.

“Maroo…” Jae Hee menarik kedua tangannya. Ia merasa aneh dan cemas jika Eungi akan melihat keintiman mereka.

Maroo mengangkat wajahnya, matanya berkaca-kaca.

“Tidak bisakah kau kembali menjadi Han Jae Hee-ku yang dulu? Gadis tetangga yang hatinya kukagumi?”

“Maroo?” Jae Hee semakin merasa aneh. Sebutir airmata menetes di atas pipi Maroo.

“Kenapa kau menangis?”

Maroo menggeleng, dan dengan tiba-tiba Ia mengeluarkan sebuah tape recorder kecil dari kantong celananya.

Jae Hee menatap bingung pada benda yang kini telah resmi pindah ke atas telapak tangannya.

“Ini adalah rekaman percakapan antara kau dan Pengacara Ahn pada malam kematian Ayah Eungi, Pengacara Park memberikannya padaku.”

Ucapan Maroo membuat seluruh tubuh Jae Hee panas dingin. Ia nyaris terjatuh jika saja Maroo tidak menangkapnya dengan sigap.

“Kumohon serahkan dirimu, Nuuna. Akui kesalahanmu. Hukumanmu akan jauh lebih ringan. Apa kau tidak takut anakmu membencimu saat Ia sudah cukup besar untuk mengerti nanti? Demi Eunsuk dan dirimu sendiri, kumohon menyerahlah!”

Jae Hee melotot tajam, “Kau!” Ia kehabisan kata-kata. Tangannya gemetar hebat. Ia membanting benda pemberian Maroo ke tanah dan menginjak-injaknya dengan marah.

“Kau pikir kau siapa berani mengancamku?!!” Jae Hee mendorong tubuh Maroo menjauhinya, lantas Ia berlari masuk rumah, menuju kamar Eunsuk. Meski penjahat, namun Jae Hee tetaplah seorang Ibu. Ancaman Maroo begitu menusuk relung hatinya yang paling dalam. Ya, Jae Hee juga selalu berpikir tentang bagaimana perasaan Eunsuk jika mengetahui segala hal buruk yang telah Ia lakukan. Apa yang akan anaknya katakan jika suatu hari Ia tahu bahwa Ibunya memiliki andil besar dalam kematian Ayahnya.

Apa yang akan Eunsuk lakukan ketika segala kebenaran itu akhirnya terungkap. Jae Hee memeluk Eunsuk yang tengah terlelap. Ia memeluknya dan menangis dalam diam.

~oOo~

Jemari Eungi meniti pelan di atas meja kerja Ayahnya yang terasa sedikit berdebu. Karena tak pernah digunakan, ruangan ini jadi sedikit terabaikan dan hanya dibersihkan seminggu sekali.

Ia kemudian duduk di atas kursi milik Ayahnya. Netranya berkilat tajam pada siluet sang Pengacara yang menjejak beberapa langkah darinya.

“Sudah berapa lama kau tidak kemari, Pengacara Ahn? Aku yakin, pasti malam kematian Ayahku adalah terakhir kalinya kau berada di ruangan ini. Apa kau masih menggingat pembicaraan terakhir kalian malam itu?” Eungi santai bertanya.

“Tuan Seo mengatakan jika Ia kecewa dan tak memiliki semangat hidup karena Putri yang Ia banggakan pergi dari rumah demi seorang pria serampangan.” Pengacara Ahn menjawab penuh ketenangan.

“Benarkah? Kukira Ayahku sedang memakimu karena mengkhianatinya?” Eungi mengeluarkan selembar foto yang sedari tadi Ia simpan di dalam saku bajunya.

Ia melemparkannya ke hadapan sang Pengacara. Foto dari kamera CCTV di depan pintu gerbangnya. Di dalam foto itu nampak Ahn Min Young tengah berciuman dengan Ibu tirinya – Han Jae Hee.

Pandangan Eungi menajam, Ia bangkit dari kursinya dan berjalan menuju Pengacara Ahn yang tergagap karena telah ketahuan.

“BAJINGAN TENGIK!” Eungi menampar pipi Pengacara Ahn dengan sangat keras. Sang Pengacara yang belum siap akan tamparan Eungi tak dapat menghindar.

Ia tak menyangka Eungi yang tengah hamil akan melakukan hal seperti ini. Bibirnya berkedut nyeri menahan sakit. Kacamatanya terlempar jatuh ke kolong meja.

Eungi menatap penuh kebencian.

“BERANINYA KAU DAN HAN JAE HEE MELAKUKAN INI PADA AYAHKU?” Ia mendorong tubuh Pengacara Ahn hingga menumbuk tepi lemari.

Sang Pengacara masih berdiam diri menerima perlakuan Eungi, Ia terlalu waras untuk balik menyerang. Ini bukan saatnya.

“KAU DAN HAN JAE HEE HARUS MATI!” Eungi mencengkeram kerah kemeja Ahn Min Young. Matanya menangkup seluruh siluet dari bajingan di hadapannya ini.

Ia ingat tentang bagaimana Ia bisa masuk penjara dan terlibat dalam kasus penggelapan dana perusahaan. Eungi memang sengaja menjebak dirinya sendiri demi menggiring tuduhan Polisi pada Maroo kala itu, namun sebenarnya Ia mendapatkan ide ini dari Pengacara Ahn yang suatu hari mendatanginya setelah kepulangannya dari berbulan madu di Aomori. Pria brengsek itu memberitahunya jika Tuan Seo memiliki sebuah rekening khusus atas nama Eungi yang akan dicairkan begitu Eungi telah menikah.

Eungi yang masih amnesia saat itu lantas menerimanya tanpa curiga dan siapa sangka saat ingatannya kembali, Ia yang sadar bahwa rekening itu adalah rekening gelap malah memanfaatkannya untuk membuat Polisi mencurigai suaminya dengan cara menjebloskan dirinya sendiri ke dalam penjara pada rapat para pemegang saham di TaeSan.

Kemarahannya pada Pengacara Ahn tumbuh menjadi berkali lipat.

Ia menampar sang Pengacara sekali lagi.

“HAN JAE HEE! DIA JUGA LAYAK MENERIMA TAMPARAN INI! AKU AKAN SEGERA MENGIRIMNYA KE NERAKA BERSAMAMU! WANITA JALANG ITU!” teriak Eungi kesetanan.

Kali ini Pengacara Ahn tidak diam dan menerima tamparan Eungi dengan pasrah. Mendengar nama Han Jae Hee disebut membuatnya terusik.

Ia menangkap kedua pergelangan tangan Eungi dengan tangannya. Tatapannya menajam.

“Jangan melibatkannya! Jangan pernah melibatkannya!” ancamnya menakutkan. Ia mencengkeram kuat kedua tangan Eungi hingga membuat lingkar kemerahan di pergelangan tangannya.

“LEPASKAN!!!” Eungi menarik tangannya dari sanderaan sang mantan Pengacara kepercayaan Ayahnya.

“Jangan melibatkannya atau aku akan menjebloskan Kang Maroo-mu ke dalam penjara!” Pengacara Ahn menegaskan ancamannya. Saat itulah Maroo datang membuka pintu dan langsung menghantam wajah Ahn Min Young dengan tinjunya. Sang Pengacara jatuh tersungkur, Maroo sebenarnya ingin memukulnya sekali lagi bahkan berkali-kali tapi Eungi menahannya.

Eungi sadar, ancaman Ahn Min Young bukan sekedar gertakan. Ia seorang Pengacara handal yang sudah bertahun-tahun melayani TaeSan. Min Young tahu betul langkah apa yang dapat menjebloskan Maroo ke dalam penjara. Maka daripada memperumit keadaan dengan memberi pria brengsek itu kesempatan untuk memenjarakan suaminya karena kasus penganiayaan, Eungi memilih untuk melerai dan membiarkan Ahn Min Young pergi dari rumahnya.

“Kau baik-baik saja?” Maroo bertanya penuh kecemasan, bola matanya sigap memeriksa setiap bagian dari tubuh Eungi yang mungkin saja terluka.

Pria ini… aku mungkin akan membuatnya masuk ke dalam penjara…

Pria ini… aku mungkin akan membuatnya mendekam selama bertahun-tahun di sana…

Eungi tak menjawab apapun, Ia merasa sangat menyesal telah menggiring Polisi untuk mencurigai Maroo.

“Maroo….” Eungi memeluk Maroo erat, mendekapnya begitu kuat seolah mereka akan berpisah dalam waktu dekat.

~oOo~

I smile again like I did yesterday

 I hide it as if nothing happened

 Without permission, I looked into your heart

 I guess it’s my part to take your heart

 Now I want you

 

Eungi membenamkan wajahnya dalam hangat pelukan Maroo yang kini mendekapnya di atas ranjang hangat mereka.

“Maroo…”

 

 Have you ever loved to death?

 Just once, just once, please look back

 I cry out and call you but it doesn’t reach you

 I love you, I love you

 Words I repeat by myself

 I love you

 

“Ya?” Maroo meletakkan dagunya di atas kepala Eungi. Sebelah tangannya terus membelai lembut punggung bidadari tersayangnya itu.

 

I try to live each day well

 So that I can endure through little by little

 Because without you, there is no tomorrow

 There is no hope, just like today

 Now I want you

The sad longing builds up

 It feels like my breath will stop

 I follow the faint light

 And now I go to you

 

“Aku lelah… Sangat lelah… Apa ajakanmu untuk kabur masih berlaku?” Eungi menatap wajah Maroo yang tersamar oleh remang lampu kamar.

 

Love comes like snowflakes

 I hold out my hand to catch it but it always melts

 From the moment I first saw you, it was always you

 I take one step and again another step

 Because to me, it needs to be only you

 

“Masih.” Jawab Maroo.

“Aku ingin istrahat, mengumpulkan tenaga untuk menghadapi semuanya.” Eungi berbisik lirih.

“Katakan saja, kau ingin bersembunyi sejenak di ujung dunia sebelah mana?” Maroo mengecup lembut pipi Eungi, memandanginya penuh perhatian.

“Kau ingat lagu yang selalu kau putar di mobilmu?”

“Kau ingin pergi kesana?” Maroo tersenyum dan mendekap tubuh Eungi lebih erat. Mereka saling memeluk di bawah hangat selimut.

“Ya, berdua denganmu!”

“Kau lupa! Kita bertiga.” Maroo mencium pelan perut Eungi.

~oOo~

Pengacara Ahn menghentikan mobilnya di sebuah sudut perkampungan kumuh tak jauh dari rumah lama Maroo.

Seorang pria masuk ke dalam mobilnya, Han Jae Shik. Ia menyeringai senang karena diminta bertemu oleh Pengacara andalan TaeSan itu.

Kebetulan Ia sedang butuh uang untuk membayar hutang di beberapa rumah judi.

“Kakak Han Jae Hee, tidakkah kau ingin melakukan sedikit baktimu sebagai seorang kakak?”

“Apa maksudmu?”

“Han Jae Hee sedang kesulitan karena anak tirinya, Seo Eungi. Bukankah sudah tugas seorang kakak untuk melenyapkan apapun yang merintangi kebahagiaan adiknya? Jika kau melakukan baktimu dengan baik sebagai seorang kakak, aku akan membayar semua hutangmu dan menjamin kelayakan hidupmu.”

Jae Shik mengernyit untuk beberapa saat, Ia masih berusaha memahami kalimat Pengacara Ahn yang berbelit-belit.

“Katakan dengan singkat!” pekiknya kasar.

“Bunuh Seo Eungi dan aku akan membayarmu dengan layak untuk itu!” serunya setengah berbisik.

Jae Shik tertegun, Ia tahu ini tugas yang tak main-main.

“Kau menerimanya?” Min Young menarik sebuah tas besar dari kursi belakang mobilnya. Ia membuka resleting tas tersebut dan menunjukkan tumpukan uang disana.

~oOo~

Dan faktanya,

Huwoooooh…

Aku sendiri tegang!

Apa yang akan terjadi?

Maroo sakit parah sementara nyawa Eungi juga dalam bahaya.

Anw, ada yang bisa nebak Maroo ama Eungi mau pergi kemana?

Hihihi…

Okay, please support me by leaving your comment here!

Thank you ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
FINALLY, I FINISHED WRITING NICE GUY ANOTHER ENDING. Okay, time to move on

Comments

You must be logged in to comment
oladilia1310 #1
Chapter 19: Kenapa baru sekarang aku nemu drama Nice Guy? Sampe udah selese nontonpun malah nyari FFnya.. trus baca FF ini, kepalaku nyut"an gk ada beda sama pas nonton. Alur sama endingnya aja yg beda. Dan harusnya endingnya beginiiiiiiii :'D
Thankyou for making this FF!! Walopun telat tapi aku suka!! 정말 감사합니다~
I will wait your update for another story of EunMaru ㅋㅋ semangat kak! 파이팅!! ♡♡
Lots love, ChaeKi shipper
nandyana #2
Chapter 19: Omg i just found this ff today and read it in one go...i really wish the ending of the actual nice guy drama like this in your story...you are really talented writer...
daragon48 #3
Chapter 19: daebak... andai saja ending drama nice guy kayak gini. TQ for this fanfic neomu joayo!
eonnifan
#4
Chapter 19: eungil.. sempet2nya pengen tidur pas ngelahirin.. *eh wkwkwkwk

wuiiih mantep ikatan batin mereka. maru dan eungi sama2 pernah bermimpi ttg jungwoo

daebak daebak
thanks for making this eunma/chaeki fic/story
good luck utk karyanya ya.. semangat!!
camzjoy
#5
Chapter 19: Aigoooo it's already the end! T.T I'm sad because i'll be missing your updates!
Thank you for creating such a wonderful story, I love how things went for our couple. They deserve all happiness. :) And what, 9 children still? I suppose not all children were born in the house? Haha! I'm also amazed by how you described the birth scene, woah! Keep writing Chaeki ffs please? You're a good authornim! :D
eonnifan
#6
Chapter 18: daebak...
kalau ahn gak sadar2 tuh abis slh bunuh orang kebangetan dah... jd gemes >\\\\<
aku tuh klo bacanya... selalu ngerasa khawatir sm bayi eunmaru lol... takut knp2 apalagi tiap baca part yg eunginya tuh "gak bisa diem" hahaha
pokoknya aku tunggu endingnya yeay
alvionanda #7
Chapter 17: keren banget! ff nya kerenam bangeeeeeet. maaf bary comment dipart ini, soalnya aku saking penasaran jadi langsung klik next.
kenapa ending dramanya nggak kaya gini ajaaaaaa? ini lebih ngreget gitu. ditunggu kelanjutan ceritanya yyaaaaa ^^
charism #8
Chapter 17: ditunggu min lanjutan nya secepetnya yaaa . Deg degan nih bacanya .
eonnifan
#9
Chapter 17: duuuh aku bacanya.... deg2an sambil makan. hahahaha
makin menegangkan.