Another Ending

NICE GUY FF 'Another Ending'

Yang semu pasti raib, yang ilusi pasti binasa dan langit menawarkan kepastian pada kita

Bumi tetap berputa dan kapal akan terus berlayar

Dunia mungkin tak berujung tapi takdir setiap manusia memiliki batasnya

:::

Maroo menghentikan mobilnya di salah satu sudut kosong dermaga. Di hadapannya laut biru membentang. Debur ombaknya riang menghantam tepian. Berisik, dan Maroo tidak menyukainya. Pandangannya jauh menembus awan bersama sosok Han Jae Hee di sisinya – sang cinta pertama. Beberapa tahun lalu, mereka pernah ke tempat ini bersama. Mau tak mau kenangan itu muncul kembali. Bukan karena Maroo masih mencintai Jae Hee, namun karena Maroo teringat pada janji yang pernah Ia lontarkan untuk mereka berdua.

“Aku merasa konyol.” gumam Maroo tanpa ekspresi.

“Konyol?” Jae Hee menoleh, kecemasan yang tadi mengantung di wajahnya berganti dengan raut penasaran.

“Aku tahu ini bukan waktu yang tepat untuk mengingatnya tapi, kau sadarkan dimana kita berada saat ini?” tanya Maroo dingin.

Jae Hee mengalihkan pandangannya keluar dan Ia geming sejenak. Wanita itu tahu maksud Maroo. Suatu sore, beberapa tahun lalu, Maroo pernah menjanjikannya untuk naik kapal bersama. Mereka berdua berjanji untuk merasakan kebebasan, pergi ke tempat yang indah dan menghabiskan waktu tanpa gangguan siapapun. Ke dunia di ujung samudra.

Airmata Jae Hee leleh di hadapan Maroo yang telah terisak lebih dulu. Pria berwajah tampan itu merengkuh kedua tangan Jae Hee yang dingin. Maroo membungkuk dan menyandarkan dahinya di atas punggung tangan wanita yang pernah sangat Ia cintai itu.

“Maafkan aku Nuuna… Kesombonganku menghancurkan hidupmu. Cintaku yang tak tahu diri saat itu membuatmu tak bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar.” Suara Maroo menggema parau, penuh penyesalan.

Jae Hee tak tahu harus menjawab apa, jemarinya tanpa sadar merangkak naik dan mengusap airmata Maroo. “Maroo….” Desah Jae Hee, pilu.

“Maafkan aku Nuuna… ini salahku…”

Sementara itu suara kapal terdengar di kejauhan. Bayangannya yang kecil mengufuk di sisi timur lautan. Tulisan StarShip Express yang mulai memudar nampak di lambungnya yang agak berkarat.

Eungi ada di sana, tertawan bersama janin di dalam rahimnya.

~oOo~

Pengacara Ahn berjalan menuju dek tempat Eungi disekap setelah terlebih dulu memberikan Eunsuk pada Han Jae Shik yang sebenarnya keberatan untuk menjaga anak kecil. Ia preman bukan seorang baby sister, namun setelah Pengacara Ahn mengancam akan mengurangi bayarannya, pria berkumis lebat itu akhirnya menyerah dan memilih untuk menuruti apa kata majikannya.

“Jaga dia dengan baik! Jangan membentak atau melukainya!” perintah Pengacara Ahn. Jae Shik mengangguk dengan senyum kecut.

“Eunsuk, kalau kau jadi anak yang manis dan tidak nakal. Ibu akan datang menemui kita.” Bisik Pengacara Ahn disambut tatapan polos Eunsuk.

“Ayo bermain bersama Paman, keponakanku sayang!” Jae Shik menggandeng Eunsuk pergi.

Sepeninggal mereka, Min Young membenahi letak kacamatanya dan merapatkan kancing jaketnya. Tatapannya berubah tajam, dengan sarung tangan dari bahan kulit yang menyelubungi kesepuluh jemari tangannya, pria itu membuka pintu sebuah ruangan.

Seorang wanita dengan selotip tebal di atas mulutnya dan kaki tangan terikat kencang menyambutnya dengan tatapan penuh amarah.

“Direktur Seo, kau menikmati perjalananmu?” adalah kalimat manis yang terlontar dari bibir Pengacara Ahn. Eungi bergidik jijik, ingin meludahi wajahnya. Min Young mendekat dengan seringai licik. Ia berbisik lirih namun penuh ancaman. “Mendiang Presdir bilang Ia merindukanmu, Putrinya satu-satunya!”

Eungi melotot, detak jantungnya jadi tak berpola. Ia tidak mau mati seperti ini. Wanita itu meronta, bergerak seperti cacing kepanasan. Ia memaki, mengutuk dan berusaha berontak tapi apa daya, kaki, tangan serta mulutnya terkunci rapat.

“Kurasa Tuhan akhirnya berlaku adil bagi keluarga kalian. Kejahatan yang dilakukan oleh Presdir Seo saat Ia masih hidup akhirnya harus dibayar olehmu, anaknya yang berharga, SEO - EUNGI. Keluarga kalian telah begitu banyak merampas hak orang lain, bermain dengan uang dan kekuasaan.” Pandangan Min Young beradu tajam dengan manik mata Eungi.

“Maroo sakit parah, bukan? Kurasa aku tak perlu menyentuhnya. Saat Ia tahu bahwa istri dan calon anaknya ditemukan tewas bunuh diri, Ia pasti tak memiliki harapan untuk hidup lagi. Seperti membunuh dua lalat dalam satu tepukan. Ah, bukan dua tapi tiga. Bayi kalian akan senang berada di pelukan kedua orangtuanya, jauh dari tempat ini.”

Pintu mendadak terbuka, Jae Shik bernafas dengan terengah-engah.

“Eunsuk hilang!” laya.

Eunsuk? Eungi semakin marah, kenapa melibatkan anak sekecil Eunsuk juga pikirnya. Orang gila macam apa yang membawa anak kecil dalam situasi seperti ini.

Tunggu, sejak kapan Eungi perduli pada adik semata wayangnya itu. Bukankah Ia sangat membencinya sejak dulu. Ia bahkan mengutuknya untuk mati di hari pertama Ia melihatnya.

Eungi cemas, Ia sangat cemas.

Pengacara Ahn segera berlari mengikuti kemana Jae Shik melangkah, mereka bahkan lupa mengunci ruangan Eungi.

10 menit berlalu, Eunsuk masih tak dapat ditemukan. Menghilangnya Eunsuk sebenarnya bukan hal yang terlalu memusingkan andai saat ini mereka tak berada di atas kapal. Siapa yang bisa menjamin bahwa anak itu tidak berada di dasar laut?

Dermaga nampak terlihat di kejauhan, Pengacara Ahn makin panik. Apa yang harus Ia katakan pada Jae Hee soal Eunsuk.

“Berapa jumlah awak kapal ini? Kerahkan mereka semua untuk ikut mencari!” perintah Pengacara Ahn.

“A-wak kapal? Tidak ada! Semua sudah turun di Pelabuhan sebelumnya karena aku tidak mau rencana kita terganggu. Hanya ada kita dan Nahkoda kapal ini.” Jae Shik terbata-bata.

Pengacara Ahn melotot, Ia mengepalkan tangannya dan mencengkeram kerah Jae Shik, menyudutkannya ke pojok kapal.

“INI SALAHMU! KAU TIDAK BECUS MENJAGANYA!” Makinya membuat Jae Shik marah. Bola matanya berkilat, Ia tidak suka direndahkan seperti ini. Ia kesal dan tak terima karena dalam rencana semula, tak ada Eunsuk.

Ini hanya soal melenyapkan Eungi.

“HYAAAA!!! KAU BILANG APA?” Jae Shik balas mendorong Pengacara Ahn hingga terhempas menumbuk pagar kapal. Mereka saling melotot.

Baru saja Pengacara Ahn berdiri dan hendak membalas, sebuah panggilan dari nomor Jae Hee menyita perhatiannya. Ia mengangkatnya dengan agak ragu.

“Aku sudah di dermaga. Ini sudah lewat dari pukul sebelas, kenapa kapalmu tidak menepi?” tanya Jae Hee tak sabar.

“Tunggu saja disana dan pastikan kau sendirian!” Pengacara Ahn mengakhiri teleponnya. Ia menghela nafas panjang sebelum akhirnya kembali menatap Jae Shik yang masih begitu marah.

“Kita tidak seharusnya seperti ini. Jae Hee curiga karena kita menghentikan kapalnya di tengah laut.” perintahnya.

~oOo~

Eunsuk berjalan menyusuri geladak kapal yang sepi dengan berbagai tumpukan kotak kayu di sekitarnya. Ia sedang mencari tempat aman untuk bersembunyi dari Paman monster, siapa lagi kalau bukan Jae Shik. Dari awal Ia tidak menyukai Paman itu karena Ia pernah melihat Ibunya menangis setelah bertemu dengannya.

Mata Eunsuk melihat sebuah ruangan yang pintunya terbuka. Kaki kecilnya melangkah masuk. Tubuh mungilnya tercekat di depan pintu dengan jemari masih menggantung di kenopnya yang usang.

“Eungi Nuuna?”

~oOo~

Pengacara Ahn mengulurkan tangannya pada Jae Hee namun wanita itu menolak dan memilih untuk berpegangan pada tepian tangga. Pandangannya tak nyaman, sorot matanya menunjukkan kebencian.

“Jangan mengeraskan rahangmu di depanku seperti itu. Kita bukan musuh dan aku disini untuk melindungimu,” ujar Pengacara Ahn dingin.

“Kau menculik Eunsuk dan aku harus bersikap baik-baik saja?” gertak Jae Hee.

“Menculik adalah kata yang tak dapat diampuni,” Pengacara Ahn tak menunjukkan ekspresi apapun. Kedua tangannya mencengkeram lengan Jae Hee lantas merapatkan mantel tipis milik wanita itu.

“Kau harusnya memakai baju yang lebih tebal!” Pengacara Ahn melepas jaketnya dan memakaikannya pada Jae Hee.

“Apa rencanamu sebenarnya? Apa Eungi juga ada disini?”

“Kau mengkhawatirkannya?”

Jae Hee terdiam, Ia merasa konyol dengan isi hatinya saat ini namun itulah kenyataannya. Ia mencemaskan Eungi.

“Apa yang sebenarnya merasukimu Han Jae Hee? Apa yang Kang Maroo lakukan padamu? Kenapa kau mengingkari semua keinginanmu sendiri? Pria itu akan mati, begitu juga dengan Eungi. Taesan akan jadi milikmu dan Eunsuk! Sadarlah!”

Tatapan Pengacara Ahn menajam dan Jae Hee merasa sesak.

“Jangan memikirkannya sedikitpun! Jangan goyah! Kau harus ingat tujuanmu yang semula!”

~oOo~

Maroo menyelinap di balik tumpukan barang yang tersusun tinggi memenuhi lorong lantai dasar kapal. Ia mencari dan terus mencari ke setiap tempat. Eungi dan calon bayi mereka memenuhi benaknya. Kapal ini sepi, malah terkesan kosong dan tak berpenghuni. Hanya tumpukan kotak kayu yang menghiasi tiap sudutnya.

Sementara itu tak jauh dari tempat Maroo berada, Eunsuk dan Eungi sedang merangkak pelan. Mereka mencari tempat persembunyian yang aman.

“Nuuna, aku takut… aku ingin bertemu Ibu….” Rengek Eunsuk lirih.

Eungi merasa bersalah, Ia mendekap dan membelai punggung adik semata wayangnya itu dengan penuh kasih sayang, “Jangan menangis, Nuuna disini…” hiburnya.

Eunsuk memeluk Eungi erat dan menangis pelan dalam pelukannya. Hati Eungi terenyuh, airmata mengalir turun membasuh bibirnya yang kering.

Inikah yang disebut kasih sayang antara dua saudara, pikirnya. Perasaan seperti ini baru pertama kali Ia rasakan. Seolah Ia sanggup melakukan apapun demi menjaga Eunsuk.

Apa ini juga yang dirasakan Kang Maroo pada Choco, tanya Eungi.

Eungi mengusap airmatanya dengan cepat dan menatap Eunsuk penuh keyakinan.

“Lelaki tidak boleh menangis! Eunsuk jangan takut, Nuuna bersama Eunsuk!” bisik Eungi.

Aku akan membawa kita keluar dari tempat ini, adikku sayang.

Tak jauh dari tempat Eungi dan Eunsuk, Jae Shik tengah berjalan menyusuri dek dengan mulut penuh omelan.

Ia memaki-maki Pengacara Ahn yang seenaknya membawa Eunsuk dalam rencana dan membuatnya kerepotan sekarang.

Eungi mendengar itu, Ia mendelik. Keringat dingin mengalir menuruni tengkuknya. Eunsuk mengeratkan pelukannya, Ia menyembunyikan wajahnya dalam dekapan Eungi.

Nafas keduanya menderu tak beraturan. Tangis Eunsuk hampir pecah jika saja Eungi tak menutup mulutnya dan menggeretnya pergi secepat mungkin menuju arah sebuah ruangan dan meringkuk di balik tumpukan barang.

Jae Shik merasakan ada orang lain di sekitarnya. Ia menoleh ke belakang. Setelah memastikan bahwa tak ada siapapun, Ia kembali berjalan namun seekor tikus mendadak muncul di hadapannya. Pria itu menjerit kaget kemudian menerikkan jutaan sumpah serapah seraya memegangi dadanya.

Eungi dan Eunsuk makin gugup.

Langkah kaki, suara langkah kaki terdengar memasuki lorong tempat mereka bersembunyi. Ada bayangan seorang pria menapak di atas lantai. Eungi menyiapkan dirinya untuk segala kemungkinan terburuk. Ia memandang tajam ke atas, bersiap mencakar wajah si pria brengsek bermarga Han.

Dan benar, tak perlu sekian menit. Sebuah tangan muncul di atas kepalanya. Tangan itu menyingkirkan beberapa kotak yang menghalangi pandangannya. Sesosok wajah yang begitu Eungi kenal namun tak sedikitpun Ia bayangkan berada di tempat ini, muncul – Kang Maroo.

Seperti sebuah mimpi, Eungi tak dapat bergerak. Ia ragu akan apa yang Ia lihat sampai Maroo menarik tangannya dan membawanya keluar dari pengap bilik persembunyian itu.

“Eungi… Eunsuk…” pekik Maroo.

Ia memeluk Eungi dengan erat. Airmata keduanya mengalir.

“Kau baik-baik saja?” Maroo menangkup kedua pipi Eungi dengan cemas.

Eungi mengangguk dan menggoret senyum di bibir Maroo.

“Bayi kita?”

“Kami baik-baik saja,” jawab Eungi. Maroo menghela nafas lega, Ia membungkuk dan menatap Eunsuk kali ini.

“Jangan menangis, Hyung akan membawamu bertemu ibumu,” ucap Maroo.

Ia menggendong Eunsuk dengan cepat, namun belum 10 langkah, Jae Shik rupanya telah berada di hadapan ketiganya.

“Kau disini juga, Maroo? Kejutan yang tidak menyenangkan!” celetuk Jae Shik.

Maroo berhenti seketika, Ia memberi isyarat bagi Eungi untuk tetap berada di belakangnya dan perlahan-lahan mundur.

Sebenarnya menghadapi Jae Shik bukan perkara sulit bagi Maroo namun dengan kondisi tubuh seperti ini, Ia bisa saja kalah dan Jae Shik pun telah mengetahui itu dari Pengacara Ahn sehingga kali ini, daripada berlari seperti pengecut, Ia malah melenggang penuh percaya diri.

“Bukankah seharusnya kau berada di Rumah Sakit, Maroo?” ledek Jae Shik. Ia menarik tungkainya semakin dekat.

Maroo menatap waspada, Ia menurunkan Eunsuk dan berbisik pada Eungi agar pergi bersembunyi.

Eungi menggeleng, Ia tak mau meninggalkan Maroo apalagi Ia tahu bahwa suaminya itu tidak dalam kondisi yang sehat.

“Pergilah! Polisi akan datang sebentar lagi, aku sudah meminta bantuan mereka.” Perintah Maroo, Eungi terus menggeleng.

Ia tidak ingin pergi secenti pun. Ia terus menggenggam kuat tangan Maroo.

“Tidak, aku ingin bersamamu Maroo…” bisik Eungi tak rela.

“Kumohon pergilah… Kumohon… demi calon anak kita….” Pinta Maroo.

Meski dengan berat hati dan perasaan nan sesak, Eungi akhirnya menurut. Untuk pertama kalinya Ia menurut. Sepanjang hidupnya, ini kali pertama Ia mematuhi ucapan seseorang meski begitu bertentangan dengan isi hatinya sendiri.

Kalimat ‘demi calon anak kita’ ternyata sangat ampuh untuk mengikis kebiasaan keras kepalanya.

Wanita hamil itu menarik Eunsuk pergi menaiki tangga. Jae Shik merasa geram dan langsung berlari untuk menyusul namun Maroo lebih dulu menghentikannya. Ia menarik bajunya dengan ganas, membuat mereka berdua jatuh menumbuk tumpukan barang.

“HYAAAA… BRENGSEK!!!” Jae Shik mencoba menghantam wajah mulus Maroo dengan tangannya yang mengepal kuat, namun yang terjadi malah sebaliknya.

Maroo menahan kepalan tangannya dan membanting tubuh Jae Shik di bawah tubuhnya. Ia mencekik leher pria itu. Mata Maroo melotot tajam sementara nafasnya kembang kempis tak karuan menahan marah.

Jae Shik sesak, Ia tak dapat bernafas.

“KAU BERANI MENYENTUH ISTRIKU!” teriak Maroo kesetanan.

“Marr-roo… tol-long….” Jae Shik kepayahan. Ia manggapai-gapai lengan kekar Maroo. Wajahnya memucat.

Maroo bisa saja membunuh Jae Shik saat ini namun, Ia tak mau melakukannya. Pria ini akan berguna untuk menjebloskan si Ahn Min Young sialan ke dalam penjara.

Maroo mengendurkan cengkramannya pada leher Jae Shik dan ganti memukuli wajah mantan narapidana itu dengan membabi buta.

“INI KARENA KAU BERANI MENCULIK ISTRIKU!”

“INI KARENA KAU BERANI MEMBAWANYA KE TEMPAT SEPERTI INI!”

“INI KARENA KAU MENCOBA MENCELAKAINYA!”

“INI KARENA KAU MEMBAHAYAKAN BAYI KAMI!”

“INI KARENA KAU INGIN MEMBUNUHNYA!!!”

Jae Shik tentu saja berteriak-teriak kesakitan. Darah merabas deras dari seluruh bagian wajahnya terutama bibirnya.

Dan tiba-tiba saja kepala Maroo pening, darah mengalir turun dari rongga kanan hidungnya.

Tangannya yang sebelumnya mengepal kuat berubah gemetar. Ia jatuh ke belakang sambil memegangi kepalanya yang seperti dihantam ribuan kilo gada.

Jae Shik memanfaatkan momen itu untuk merangkak pergi. Ia berlari dengan tertatih menuju kemana Eungi pergi. Ia sampai di geladak kapal. Mulanya Ia ingin mencari namun sebuah ide melintas di otaknya yang biasanya berkarat.

“SEO EUNGI! KELUARLAH! KANG MAROO-MU TELAH KUHABISI!” teriak Jae Shik.

Ia mencoba tertawa riang dengan wajahnya yang babak belur.

Eungi yang tengah bersembunyi bersama Eunsuk di salah satu sudut geladak mendengar itu. Ia cemas setengah mati. Ia sangat tahu bagaimana kondisi Maroo saat ini dan ucapan Jae Shik itu bisa jadi benar adanya.

“Nuuna mau kemana?” tanya Eunsuk ketika Eungi mendadak berdiri.

“Kau tetaplah disini. Jangan keluar meski apapun yang terjadi! Berjanjilah Eunsuk!” pinta Eungi.

“Tapi Nuuna….” Eunsuk mulai menangis dan itu membuat Eungi marah.

“Kau laki-laki, Eunsuk! Anak laki-laki tidak boleh cengeng! Asal kau tetap bersembunyi, kau akan bertemu Ibumu,” ucap Eungi.

“Bertemu Ibu?”

“Iya, bertemu Ibu. Berjanjilah kau akan tetap disini apapun yang terjadi!” Eungi menatap Eunsuk dalam-dalam.

“Nuuna mau kemana?”

Dan Eungi tak menjawab pertanyaan Eunsuk. Ia berjalan keluar menghadapi Jae Shik di tepi geladak. Angin berhembus kencang menerpa wajah mereka. Kapal berlayar jauh di tengah lautan.

 

Maroo-shi… jika kau tidak ada di dunia ini. Aku merasa tidak perlu hidup…

 

“Kemarilah dengan patuh dan aku akan mempertemukanmu dengan suamimu!” seru Jae Shik.

 

Dan orang yang mencelakaimu pun tak berhak untuk hidup…

 

Jae Shik lupa, Ia lupa pada satu hal mendasar tentang Seo Eungi. Wanita itu adalah anjing gila yang akan mengejar mangsanya sampai ujung dunia sekalipun.

Berurusan dengan Eungi adalah kesalahan besar.

Jae Shik tak menyadarinya sampai Eungi yang terlihat tenang dan patuh mendadak menggeret tubuhnya ke tepi geladak dan mencoba membawanya terjun bersama ke dalam deburan ombak.

Setelah suaminya, kini istrinya ingin membunuhku, pikir Jae Shik.

Ia mencoba melepaskan diri bahkan mendorong Eungi dengan kasar hingga wanita hamil itu terjatuh menabrak pagar.

Di luar dugaan, musuh Jae Shik bukan hanya Eungi. Ada anjing kecil yang tak kalah beringas di belakangnya. Eunsuk berlari dan menggigit paha kanan Jae Shik dengan kuat. Pria itu tak dapat mengendalikan dirinya. Ia kelabakan dan tanpa sadar mengangkat tubuh Eunsuk lalu melemparkannya keluar kapal, mengenyahkannya jauh.

BYURRRR….

Eunsuk hilang ditelan ombak. Eungi syok.

“EUNSUK!!!” teriaknya.

Jae Hee mendengar teriakan itu dan Ia yang kebetulan berada beberapa lantai di bawah geladak pun segera berlari menuju sumber suara. Pengacara Ahn tak kalah cemasnya, tanpa sepengetahuan Jae Hee, Ia mengambil langkah memutar. Ia menggunakan jalan pintas.

Maroo yang telah sampai di geladak pun tak kalah kagetnya. Bagaimana bisa seorang Paman melemparkan keponakan kandungnya sendiri ke laut.

 Jae Shik tergagap di tempatnya, Ia tak sengaja. Ia benar-benar kehilangan kontrol beberapa detik lalu.

“Di-a… bu-bukan ak-ku Mar-roo…” Jae Shik ketakutan.

Maroo segera mendorong tubuh Jae Shik dengan kasar, menyingkirkannya dari tepi pagar kapal. Eunsuk tak nampak dimanapun.

Tanpa pikir panjang, Maroo melompat masuk ke dalam laut demi menolong Eunsuk.

Eungi tercekat sendiri, Eunsuk dan Maroo… apa yang akan terjadi pada mereka, cemasnya.

Jae Shik terus menggeleng pada tatapan mata Eungi yang kini menghakiminya.

Pria bodoh itu terus mencoba menyangkal dan membela diri.

“JANGAN MENATAPKU SEPERTI ITU!!! ANAK ITU MUNCUL TIBA-TIBA!!!” teriak Jae Shik frustasi.

Jae Shik berlari pergi seperti seorang pengecut, semua rencananya berantakan dan jika Pengacara Ahn serta Jae Hee mengetahui ini semua. Riwayatnya dapat dipastikan akan tamat.

Ia tak mau hidup di balik trali besi lagi. Jae Shik kabur meninggalkan Eungi sendirian.  Wanita itu berdiri di tepian geladak dengan penuh kecemasan, menanti kemunculan suami serta adik tercintanya ke permukaan.

~oOo~

Jae Shik berlari tak tentu arah dan Ia tanpa sengaja menabrak Jae Hee yang mendadak muncul dari sebuah tikungan.

“Oppa???” pekik Jae Hee kaget.

“Bu-bukan aku Jae Hee… Bu-bukan ak-ku yang melemparkan Eunsuk ke la-ut… Di-a dia muncul tiba-tiba… Eunsuk yang mun-cul dan me-nye-rangku dengan ti-ba-tiba…” Jae Shik seperti orang tak waras.

“Apa maksudmu??? KATAKAN DENGAN JELAS APA MAKSUDMU???” teriak Jae Hee. Matanya melotot, keringat dingin berdesir menuruni tengkuknya. Jantungnya berdetak tak kencang karena ucapan Jae Shik.

Sementara itu di atas geladak, Eungi menangis sambil terus meneriakkan nama Maroo serta Eunsuk.

Ia tak sadar bahwa Pengacara Ahn tengah berjalan di belakangnya. Jarak mereka cukup dekat hingga hanya butuh 5 langkah saja untuk mengkhiri semuanya.

Sebuah belati sepanjang 15 cm yang sedari tadi pria itu sembunyikan, kini telah tergenggam di tangannya yang berselimut sarung tangan. Ahn Min Young menatap tajam. Baginya sudah terlambat untuk mengikuti rencana semula. Jadi tak perlu mengulur waktu lagi untuk menuntaskan tujuan utama dari misi ini.

Tangannya dalam posisi yang siap untuk menghujam tubuh rapuh Eungi.

4 langkah, 3 langkah, 2 langkah dan Min Young menutup matanya sembari menekan belati bermata tajam itu kuat-kuat mencabik isi tubuh seseorang di hadapannya. Dapat Ia rasakan cairan hangat nan kental menyembur keluar mengotori sarung tangannya.

Suara teriakan parau menghampiri gendang telinganya.

Sudah… semuanya sudah berakhir….

Min Young membuka matanya, menarik belatinya kembali dan tubuhnya mendadak gemetar. Kakinya seolah kehilangan kekuatan. Ia jatuh ke tanah bersama belatinya yang terpelanting ke atas lantai geladak.

Bukan Seo Eungi tapi Han Jae Hee?

Sekali lagi Ahn Min Young memastikan pandangannya, bukan Seo Eungi tapi Han Jae Hee!

Apa yang sebenarnya terjadi? Ia bingung.

Ditatapnya Eungi yang tengah menangis histeris sambil memeluk tubuh Jae Hee yang menggelepar penuh darah di belakangnya.

“APA YANG KAU LAKUKAN???” teriak Eungi.

Apa yang kulakukan?

Min Young menatap kedua tangannya yang gemetar.

“KAU MEMBUNUHNYA!!!”

Aku membunuh Han Jae Hee?

 

~oOo~

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Bagaimana dengan Maroo? Eunsuk?

Akankah Jae Hee menebus semua dosanya dengan kematian?

Aku sudah berjanji untuk sebuah akhir yang bahagia jadi, tunggu saja CHAPTER DEPAN.

CHAPTER 19 AKAN MENJADI AKHIR!

BENAR-BENAR AKHIR YANG INDAH!

Hihihi~

Support me with your comment^^

Thank you

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
FINALLY, I FINISHED WRITING NICE GUY ANOTHER ENDING. Okay, time to move on

Comments

You must be logged in to comment
oladilia1310 #1
Chapter 19: Kenapa baru sekarang aku nemu drama Nice Guy? Sampe udah selese nontonpun malah nyari FFnya.. trus baca FF ini, kepalaku nyut"an gk ada beda sama pas nonton. Alur sama endingnya aja yg beda. Dan harusnya endingnya beginiiiiiiii :'D
Thankyou for making this FF!! Walopun telat tapi aku suka!! 정말 감사합니다~
I will wait your update for another story of EunMaru ㅋㅋ semangat kak! 파이팅!! ♡♡
Lots love, ChaeKi shipper
nandyana #2
Chapter 19: Omg i just found this ff today and read it in one go...i really wish the ending of the actual nice guy drama like this in your story...you are really talented writer...
daragon48 #3
Chapter 19: daebak... andai saja ending drama nice guy kayak gini. TQ for this fanfic neomu joayo!
eonnifan
#4
Chapter 19: eungil.. sempet2nya pengen tidur pas ngelahirin.. *eh wkwkwkwk

wuiiih mantep ikatan batin mereka. maru dan eungi sama2 pernah bermimpi ttg jungwoo

daebak daebak
thanks for making this eunma/chaeki fic/story
good luck utk karyanya ya.. semangat!!
camzjoy
#5
Chapter 19: Aigoooo it's already the end! T.T I'm sad because i'll be missing your updates!
Thank you for creating such a wonderful story, I love how things went for our couple. They deserve all happiness. :) And what, 9 children still? I suppose not all children were born in the house? Haha! I'm also amazed by how you described the birth scene, woah! Keep writing Chaeki ffs please? You're a good authornim! :D
eonnifan
#6
Chapter 18: daebak...
kalau ahn gak sadar2 tuh abis slh bunuh orang kebangetan dah... jd gemes >\\\\<
aku tuh klo bacanya... selalu ngerasa khawatir sm bayi eunmaru lol... takut knp2 apalagi tiap baca part yg eunginya tuh "gak bisa diem" hahaha
pokoknya aku tunggu endingnya yeay
alvionanda #7
Chapter 17: keren banget! ff nya kerenam bangeeeeeet. maaf bary comment dipart ini, soalnya aku saking penasaran jadi langsung klik next.
kenapa ending dramanya nggak kaya gini ajaaaaaa? ini lebih ngreget gitu. ditunggu kelanjutan ceritanya yyaaaaa ^^
charism #8
Chapter 17: ditunggu min lanjutan nya secepetnya yaaa . Deg degan nih bacanya .
eonnifan
#9
Chapter 17: duuuh aku bacanya.... deg2an sambil makan. hahahaha
makin menegangkan.