Alasan (Bagian Satu)
Remaja
Kok mau sih sama Yena?
Minju tidak asing dengan pertanyaan itu. Bagi sebagian orang, hubungannya dan Yena adalah anomali. Sesungguhnya, Minju tak keberatan jika orang-orang menganggapnya begitu—tidak, Minju tak heran jika memang mereka menganggap hubungannya dan Yena adalah sebuah anomali.
Yena yang cerewet dan Minju yang terlalu pemalu. Yena yang secara alami menjadi pencair suasana, dan Minju yang kerap kali merusak suasana.
Tiap kali ditanya begitu, Minju hanya akan menjawab nggak tahu. Lalu mereka yang bertanya akan memandangnya dengan tatapan heran, lalu beranjak pada pertanyaan lain.
Yena tuh sayang nggak sih sama kamu? Pecicilan sana-sini, udah gitu kamu sering ditinggal-tinggal.
Jika sudah begitu, Minju hanya akan tersenyum simpul sambil berkata
Kak Yena sayang banget sama aku.
🦆❤
Ay, lagi di mana?
Akuu? :o
Di kosaan
Kenapaaa
🦆❤
Udah makan belum nie
Belum :<
Nako ngajak beli nasi goreng
tapiiiii dia masih ada rapaat
🦆❤
Ga usah beli Ay
Si Abang bikin menu baru
Aman kok kalem
Ga bakal bikin mencret
JOROK IH :<
🦆❤
WKWKKW yha
Yha kan terakhir pas kamu
nyoba apa tuh, menu baru kapan tahu
Kamu mencret Ay
Yang ini aman
Ga usah beli ya, aku ke situ aja
Bawa makan
Sekalian buat Nako aja sama Yuri
Mau titip apa ga
?
Ih
IH
Mau sengaja ke siniiiii?
🦆❤
Iyeee
Kenapaa
Ga mau gue apelin?
Ih
🦆❤
AKU
Ga mau aku apelin?
BUKAAN :<
Kak Yena kejauhan kan :<
🦆❤
FYI kafenya si Abang kan
ga jauh jauh amat Ay
Ini ga di rumah kok
Dua pulu menit sampe laa
Sans
Bentar doang
OOOOH
Oke :>
Mau titiiip sodaaa
🦆❤
Soda mulu
Kembung lu
Daripada kopi terus :<
🦆❤
Sudah jago menyindir anjrit
Otewe
Tiatiii jangan ngebut Kak :>
“Pakeeeet!”
Ketukan halus di pintu kamar kosnya berbanding terbalik dengan lantang suara si pengirim paket. Minju buru-buru bangkit. Setelah memastikan pakaiannya tak terangkat, rambutnya rapi, dan tak ada benda-benda aneh yang tergeletak begitu saja di lantai dan tempat tidurnya, ia buru-buru berjalan ke arah pintu. Dalam satu ayunan, pintu terbuka, menampilkan sosok Yena yang berbalut hoodie yang dilapis jaket kulit.
“Atas nama siapa Kak?” candanya saat melihat cengiran lebar tersungging di wajah Yena.
“Atas nama cinta,” gadis itu berkata di antara tawanya yang berderai, memancing dengusan geli dari Minju. Gadis itu sudah akan membuka pintu sedikit lebih lebar, menyilakan kekasihnya itu untuk mampir barang sebentar saat Yena menggeleng
“Aku nggak bisa lama-lama, Ay,” gadis itu menyerahkan keresek berwarna putih berisi beberapa botol soda dan beberapa bungkus cemilan, “Mau langsung balik. Udah jam sembilan nih.”
Sigap, Minju menerima bungkusan yang Yena serahkan—tak lupa kotak makanan yang berisi—
“Ih, Bang Sungmin bikin schnitzel?” matanya bolak-balik memandang Yena dan kotak yang tutupnya terbuka, “Wanginya enak,” ia memejam, membiarkan wangi khas schnitzel memenuhi penciumannya.
“Ho oh,” jawab Yena, “Aneh nih orang. Kemarin obsesi banget bikin einspänner, sekarang obsesi bikin schnitzel. Nih mau jadi kafe The Sound of Music apa gimana?”
Comments