32 Fouettés (Bagian Dua)

Remaja
Please Subscribe to read the full chapter

"Hadeh, lu jalan yang bener dong Rin, ah! Udah muntahan lu kena baju gue, jalan sempoyongan pula! Mana kunci kosan lu?"

Setengah mati Yunjin menahan kesal saat kawan lamanya itu berusaha merogoh saku—yang gagal total. Gadis itu bahkan sepertinya lupa di mana letak saku celananya. Tangannya sibuk mengusap celananya saja. Dengan gusar, Yunjin merogoh saku celana Karina. Gadis itu terkikik—barangkali kegelian karena ada tangan lain yang merogoh sakunya. Tangannya meraba sesuatu yang dingin—ditariknya cepat kunci itu. Gantungan berbentuk dinosaurus kecil tersemat di antara dua kunci yang saling terkait.

"Heran, bisa-bisanya manusia kayak lu demen hewan buas," gerutunya sambil berusaha membuka pintu. Terdengar derap langkah pelan dari balik punggungnya. Yunjin menoleh.

"Mabok berat doi?" tanya gadis yang baru saja tiba. Yunjin mengangguk.

"Gara-gara lu nih," omelnya pelan. Pintu mengayun terbuka, dan alangkah bersyukurnya Yunjin melihat kamar gadis itu dalam keadaan rapi—jika kamar gadis itu sama berantakannya dengan keadaan dirinya saat ini, Yunjin bersumpah akan menguras isi dompetnya saat Karina sadar nanti. Dibantu Giselle, akhirnya ia berhasil membaringkan tubuh gadis itu di atas tempat tidur. Ia lantas bangkit, membuka lemari tepat di seberang tempat tidur. Ia menimbang sebelum akhirnya menarik sepasang piyama berwarna hitam.

"Kalau bawa baju tuh diangkat dulu yang atas, baru ditarik, Yunjin. Bukan main tarik-tarik aja. Berantakan noh," seru Giselle dari balik punggungnya. Yunjin mengangkat bahu, tampak tak peduli. Ia juga tak merasa perlu repot-repot membereskan pakaian lain yang ikut tertarik keluar dan tergeletak begitu saja di atas lantai. Karina sudah banyak merepotkan dirinya malam ini. Tanpa banyak bicara, ia berjalan ke arah gadis yang tampak terlelap dengan wajah tanpa dosa. Rasanya, ingin sekali ia menempeleng gadis itu.

Yunjin tak pernah menolak ajakan untuk nongkrong. Nongkrong untuk hidup, hidup untuk nongkrong adalah motto hidup yang ingin ia jaga selama yang ia bisa. Kehidupan kampus sedikit banyak menyiksa. Kehidupan himpunan sedikit banyak membuatnya gelisah. Bertemu dengan teman lama dan teman-temannya di luar lingkup jurusan menjadi salah satu caranya untuk mengosongkan isi kepala. Kadang, mereka hanya berkumpul di rumahnya, memesan makanan pesan antar, lalu berbincang hingga malam menjelang. Ia tinggal sendiri, lagipula—berkumpul dengan teman-temannya di rumah orangtuanya yang ia tinggali sendiri di sini adalah salah satu caranya untuk mengusir sepi. Namun, ada waktu-waktu di mana ia mengiyakan ajakan teman-temannya untuk pergi ke kelab.

Sejak angka puluhan di usianya berganti, ia tak asing dengan alkohol. Muda hanya sekali, pikirnya, tapi Yunjin adalah manusia yang tahu batas. Ia tahu seberapa banyak alkohol yang bisa ia minum dan tak pernah membiarkan dirinya mabuk. Kali pertama ia menenggak minuman keras, keesokan harinya, ia muntah-muntah di kamar kos Sakura—meski tak menyukai sensasi yang timbul saat mengosongkan perut, ia bersyukur karena Chaewon dan Sakura bersedia menemaninya mendobrak sesuatu yang dianggap tabu saat usianya belasan.

(Perihal ini, biar kita ceritakan lain kali—bagaimana Yunjin menjadi manusia cengeng, Chaewon yang tambah lucu, dan Sakura berubah jadi pencium pipi siapa pun yang duduk di dekatnya. Para pacar tidak punya masalah dengan itu; hanya saja, kadang, Hitomi mesti menjauhkan alkohol dari Chaewon karena ia tak pernah tahu apakah Chaewon mabuk atau ia hanya bertingkah seperti biasanya)

"Kak Yuqi udah balik tadi Jin?" tanpa menoleh ke arahnya, Giselle bertanya. Matanya sibuk menatap layar ponsel. Lagi-lagi Yunjin hanya mengangkat bahu. Ia menarik asal salah satu kaos milik Karina dari lemari; gadis itu dengan tidak tahu dirinya muntah di pakaiannya. Ia jelas tak ingin tidur dengan pakaian kotor dan badan berkeringat. Ia lantas berjalan menuju ke arah kamar mandi.

Ia tak mengira malam ini teman-teman lamanya akan menenggak bergelas-gelas minuman keras hingga mabuk begini.

Ia pikir, mereka hanya akan menenggak beberapa gelas, lalu kembali ke kediaman masing-masing, sama seperti yang mereka biasa lakukan. Namun, sepertinya hari ini mereka memutuskan untuk bersenang-senang sedikit lebih keras; ia bahkan harus menyingkir keluar demi menjaga kesadarannya. Ia benci mabuk. Yunjin mungkin suka minum, tapi ia benci mabuk hingga kehilangan kesadaran dan melupakan apa yang terjadi malam sebelumnya. Menelepon Kazuha adalah salah satu caranya untuk menjaganya tetap sadar.

Omong-omong soal Kazuha

"Duh, tadi gue tinggal gitu aja lagi anaknya," tanpa sadar ia menggigit bibir. Bicara dengan gadis itu jelas membantunya menjaga kesadarannya yang sudah menipis. Namun, saat menyadari bahwa dompetnya tak lagi berada di saku, ia jelas panik, lantas memutus sambungan telepon begitu saja. Buru-buru Yunjin menyelesaikan ritual bersih-bersihnya. Saat ia keluar dari kamar mandi, dilihatnya Giselle sudah tak lagi berada di kamar ini. Udah balik ke kamarnya paling, pikirnya. Ia lantas duduk di tepian tempat tidur. Melihat wajah damai Karina membuatnya mendengkus geli, "Awas aja lu besok," gumanya seraya menarik ponsel yang sedari tadi ia abaikan.

Kang Juha

Kak, nggak apa-apa?

Yunjin menggaruk pelipisnya yang tak gatal; rasa bersalah mulai memeluknya pelan. Ia tahu bahwa sebelum menelepon, ia memastikan bahwa Kazuha memang masih terjaga sehingga tak mungkin Yunjin mengganggu tidurnya. Namun, bagaimana jika gadis itu sudah akan memejam, bersiap menuju dunia permen, saat Yunjin mengiriminya pesan? Bagaimana jika Kazuha berusaha terjaga untuknya? 

Jika memang kenyataannya begitu, rasanya ia jahat sekali. Apalagi, Yunjin tiba-tiba memutus sambungan telepon mereka begitu saja. Siapa pun akan panik dalam keadaan begitu. Yunjin menghela napas panjang sebelum mengetikkan balasan

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
kimchaejjigae_
Sebentar, biar aku jadi ormas Shinez dulu sejenak. Ada cerita yang ingin sekali kuunggah tapi kalau kuunggah, aku harus menyelesaikan keseluruhan semesta (dan... dan... sama seperti ketika menulis Seandainya, aku tidak sanggup mengeditnya tanpa menghela napas panjang)

Comments

You must be logged in to comment
kimtaetaehwang #1
Chapter 12: Minggir2 yang gak mau kena diabet minggir
Karena judul cerita ini berisi konten bucin dan mengarah ke bulol 🤣
fearlessnim
#2
Chapter 8: Hai kak, ini komen pertamaku setelah sekian lama subs dan cuma mau bilang kalo semua tulisanmu uwu nya minta amponnnn 🥺💖

Btw shineznya lagi dong kak *merengek*
apple_lover12
#3
Chapter 6: Demi apa....? Baru nemu FF unyu kyk gini~