Tukar Jiwa

Remaja
Please Subscribe to read the full chapter

Aku tuh paling nggak suka kalau Hitomi sudah mulai nanya, "Yang... emang apa sih yang kamu lihat dari aku?"

Ya yang namanya cinta itu udah jelas buta. Kalau ditanya soal apa yang aku lihat dari Hitoma-nya aku, ya jelas aku nggak bisa jawab dong? Gimana ceritanya sesuatu yang nggak punya mata bisa melihat? Lagipula, cinta nggak bekerja sama dengan mata. Cinta bekerja sama dengan hati. Ada yang namanya jatuh hati, tapi nggak ada yang namanya jatuh mata 'kan? Karena memang dalam cinta, yang bekerja itu hati, dan hati selalu bekerja dengan cara yang misterius.

Dan kayaknya, itu juga yang selalu bikin aku nggak bisa menjelaskan kenapa aku jatuh hati sama Hitomi.

Sebetulnya, banyak sih. Tapi saking banyaknya, aku bahkan nggak bisa memilih alasan macam apa yang harus aku kasih ke dia. Dia manis? Yang manis bukan cuma dia. Gula juga manis. Dia baik? Kalau urusan baik, ya temen-temen angkatanku juga baik. Dia cantik? Halo, aku juga cantik lho. Kenapa nggak memacari diri sendiri kalau aku saja sudah cantik?

(Maaf, kata Yujin, aku ini emang punya narcissistic, my God I love it mode. Tapi kalau lagi nyebelin, jadinya mode kue lebaran yang minta dikunyah; nastar cheese stick, my God I love it)

(Bener deh kata Hitomi, aku makin sini makin aneh. Makasih banget lho, Jena Nyante)

Oke, kembali ke bahasan awal.

Waktu di awal masa kencan, aku bisa jawab pertanyaan Hitomi yang itu dengan mudah. Lalu dia bakalan tersipu. Lucu, lho. Pipinya merah banget. Tapi HEHE, berhubung dulu aku nggak berani cium-cium, jadinya aku cuma memekik sendiri, gigit kepalan tanganku sendiri, atau teriak-teriak dalam hati karena dia gemas banget astaga, ingin kumiliki selamanya. Paling mentok, aku jawil pipinya.

Makin ke sini, Hitomi menganggap semua itu cuma gombalan belaka. Aku sadar diri kok, beberapa memang aku katakan cuma untuk gombalin Hitomi. Tapi sekalipun lagi gombal, semuanya datang dari hati, dari lubuk sanubariku yang terdalam. Nggak 'papa, katain bulog aja, udah biasa kok. Makin hari, Hitomi sudah nggak percaya lagi sama kata-kata. Tapi 'kan, ada batas-batas tertentu dalam menunjukkan rasa sayang. Kayak, aku nggak mun

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
kimchaejjigae_
Sebentar, biar aku jadi ormas Shinez dulu sejenak. Ada cerita yang ingin sekali kuunggah tapi kalau kuunggah, aku harus menyelesaikan keseluruhan semesta (dan... dan... sama seperti ketika menulis Seandainya, aku tidak sanggup mengeditnya tanpa menghela napas panjang)

Comments

You must be logged in to comment
kimtaetaehwang #1
Chapter 12: Minggir2 yang gak mau kena diabet minggir
Karena judul cerita ini berisi konten bucin dan mengarah ke bulol 🤣
fearlessnim
#2
Chapter 8: Hai kak, ini komen pertamaku setelah sekian lama subs dan cuma mau bilang kalo semua tulisanmu uwu nya minta amponnnn 🥺💖

Btw shineznya lagi dong kak *merengek*
apple_lover12
#3
Chapter 6: Demi apa....? Baru nemu FF unyu kyk gini~