Adegan Dewasa

Remaja
Please Subscribe to read the full chapter

“Yen, kecilin volumenya bisa nggak? Jam sepuluh malem ini anjrit!”

Yena menoleh ke arah pintu yang kini terbuka. Di ambang pintu, Chaeyeon berdiri dengan rambut semrawut dan wajah kusut. Pakaiannya berkerut di sana-sini—celana yang gadis itu kenakan bahkan terangkat sebelah. Yena buru-buru mencondongkan tubuh ke arah speaker bluetooth kesayangannya, lantas mengecilkan volume suara. Ia menoleh ke arah Chaeyeon dengan cengiran lebar.

“Ya sori deh bre, stress nih gue ngurusin kawinan orang. Klien yang ini banyak mau,” ujarnya sambil mengisyaratkan Chaeyeon untuk masuk dan menutup pintu. Gadis itu memutar bola matanya malas, lantas bergerak menuju tempat tidur, menjatuhkan diri tepat di sebelah Yena yang sedari tadi berkutat dengan laptop.

“Ngurusin kawinan orang mulu, kawinan sendiri kapan?” gadis itu cuma terkekeh saat Yena melempar tatapan tajam padanya, “Yailah sensitif amat. Katanya si Ayah nggak nanya?”

“Si Ayah nggak nanya, tapi Papap nanya,” gumam Yena tak jelas. Di sampingnya, Chaeyeon berguling, bergerak meraih bungkus keripik kentang yang terbuka di pangkuan Yena. Tangannya kini sibuk merogoh-rogoh bungkusan yang kebanyakan angin daripada isi—entah berapa keping keripik kentang yang sebenarnya diisikan ke dalam bungkusan. Mulutnya mulai sibuk mengunyah.

“Nodong gitu?” tanya Chaeyeon lagi. Yena melirik gadis yang kini setengah berbaring di sebelahnya. Pandangan mereka berserobok—dan meski ingin menghindar, Yena tahu ia takkan bisa lolos dari gadis yang dulu selalu merongrongnya dengan program kerja himpunan. Yena mendesah. Maap maap nih, Kakak Klien, permintaan lu ribet, diurusin ntar deh ya. Ia lantas memindahkan laptop ke sisi lain tempat tidur yang tak mereka tempati.

“Perasaan tadi lu ke sini ngeluh karena gue berisik, kenapa sekarang jadi interogasi gue gini?” dengkusnya pelan. Chaeyeon terbahak—dan Yena yakin, ia takkan pernah bisa melupakan suara tawa gadis itu, bahkan jika ia sudah tujuh puluh.

“Ya ini kan gara-gara lo ya anjrit, ilang deh ngantuknya,” gadis itu bangkit sejenak, melemparkan bungkusan keripik kentang yang sudah kosong ke tempat sampah, lalu kembali menyandarkan tubuhnya pada tembok, “Padahal besok gue ada jadwal pagi.”

“Ngajar lu?” tanya Yena lagi, “Akademi ada kelas pagi sekarang?”

Akademi yang Yena maksud adalah sebuah akademi tari yang cukup terkenal di kota ini—eMotion. Akademi tari ini sudah berdiri sejak Yena kecil, sebab Yena ingat sang kakak pernah mengikuti kelas tari modern di sana. Ia juga pernah mengambil salah satu kelasnya ketika ia masih siswa sekolah menengah. Akademi ini terkenal punya standar yang tinggi—beberapa lulusannya menjadi penari profesional dan sering wara-wiri di televisi. Yena tak heran jika Chaeyeon berhasil masuk dan menjadi pengajar kelas pemula di sana. Temannya itu memang cemerl

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
kimchaejjigae_
Sebentar, biar aku jadi ormas Shinez dulu sejenak. Ada cerita yang ingin sekali kuunggah tapi kalau kuunggah, aku harus menyelesaikan keseluruhan semesta (dan... dan... sama seperti ketika menulis Seandainya, aku tidak sanggup mengeditnya tanpa menghela napas panjang)

Comments

You must be logged in to comment
kimtaetaehwang #1
Chapter 12: Minggir2 yang gak mau kena diabet minggir
Karena judul cerita ini berisi konten bucin dan mengarah ke bulol 🤣
fearlessnim
#2
Chapter 8: Hai kak, ini komen pertamaku setelah sekian lama subs dan cuma mau bilang kalo semua tulisanmu uwu nya minta amponnnn 🥺💖

Btw shineznya lagi dong kak *merengek*
apple_lover12
#3
Chapter 6: Demi apa....? Baru nemu FF unyu kyk gini~