Labirin

Remaja
Please Subscribe to read the full chapter

 

“Laporan magangnya udah oke, Bre?”

Chaewon mendongak saat kursi di depannya berderit, disusul dengan suara buk pelan; gadis di depannya meletakkan tas yang terlihat menggembung di atas meja. Yena mengipasi wajahnya dengan tangan, “Buset, di luar panas banget, pantes ya dari dulu lu doyan bertapa di perpus. Adem ternyata.”

Chaewon hanya menggeleng pelan sambil terkekeh, “Perpus sepi, enak buat baca atau nugas.”

“Alah,” Yena mencibir, “Bukannya dulu lu melipir ke kafe-kafe yang jauh sama si brondie buat nugas? Modus lu anying, norak banget,” ejek Yena. Jika tak ingat bahwa mereka berada di perpustakaan, mungkin Chaewon sudah menghujani gadis itu dengan sumpah serapah. Sabar, Kim Chaewon. 

“Tadi nanya laporan?” tanya Chaewon, berusaha untuk memegang kemudi pembicaraan mereka, “Udah oke sih punyaku. Tapi ‘kan ini laporan kelompok. Nunggu punya temen-temen lain, sama anak jurusan lain yang magang barengan.”

“Agak-agak aneh ya jurusan lain bisa ikutan magang di pusat kebudayaan,” kekeh Yena, “Tapi lu pasti bisa lah, apa sih yang Kim Chaewon nggak bisa?” Yena tampak mengerutkan dahi—serius memikirkan apa kira-kira hal yang tak bisa dilakukan oleh dirinya. Tiba-tiba gadis itu menjentikkan jari, matanya membulat, “Tahu gue.”

“Aku tempe.”

“Ah brengsek, punchline gue jadi kehilangan kelucuannya.”

Chaewon tertawa tanpa suara—kedua matanya menyipit, tangannya bertepuk pelan, “Iya, oke,” ujarnya di sela tawa, “Jadi apa yang aku nggak bisa Yen?”

“Putus sama Hitomi—SAKIT ANJIR!”

Chaewon bisa merasakan seluruh pandangan penghuni perpustakaan tertuju pada mereka. Meski tak seberapa banyak, tetap saja ia malu. Buru-buru ia bangkit dari duduknya, membungkuk ke utara, selatan, timur, dan barat—mana saja, ia berharap berpasang-pasang mata yang menatapnya dengan pandangan tak suka segera memaafkan keributan kecil yang mereka buat. Chaewon melempar pandangan galak pada Yena yang bersungut-sungut, “Nggak usah teriak-teriak, Choi Yena!” jeritnya tertahan.

“Ya lu pake cubit-cubit!” gadis itu sibuk mengusap lengannya yang terlihat memerah, “Gue ‘kan bercanda!”

“Bercandanya nggak lucu,” tukas gadis itu, “Jangan gitu dong. Aku tuh pusing selama KKN kemarin Hitomi bawaannya jadi agak uring-uringan terus gara-gara aku susah sinyal. Waktu magang juga gitu. Doainnya yang baik kenapa sih?” gerutunya pelan. Di depannya, Yena memasang raut tak terima.

“Ye, ‘kan gue bilang lu nggak bakal bisa putus sama Hitomi—itu bukan doa baik emangnya?” gadis itu mendengkus. Raut kesal di wajahnya tiba-tiba sirna; seolah ada bohlam lampu yang bersinar di atas kepalanya, gadis itu mencondongkan tubuh, kedua tangan terlipat rapi di atas meja, “Eh, Won, gue mau nanya dong.”

Sebelah alis Chaewon terangkat. Jemarinya yang menari di atas keyboard lantas berhenti, “Apaan? Aneh banget habis ngomel tiba-tiba mau nanya.”

“Lu pernah ngerasa bosen nggak sama Hitomi?”

Chaewon mengerjap, “Hah?”

“Lu di sini sambil nungguin Hitomi beres kelas ‘kan?” pertanyaan Yena itu ia tanggapi dengan anggukan kecil, “Abis ini mau jalan ‘kan?” lagi, Chaewon hanya mengangguk, “Lu nggak bosen apa, ketemu dia-dia lagi?”

“Harusnya Hitomi nggak sih yang nanya begitu sama kita? Orang kita hampir tiap hari ketemu, kecuali KKN sama magang. Udah sekelas, ikut UKM yang sama pula.”

Yena mengerjap. Perlahan, cengiran kaku terbit di wajahnya, “Iya juga,” gadis itu menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Chaewon kembali tertawa pelan.

“Apaan deh Yen, tiba-tiba banget nanya aku bosen sama Hitomi apa nggak?” jemarinya bergerak mematikan laptop miliknya, lantas memasukkannya ke dalam tas, “Kamu bosen sama Minju? Wah, parah.”

“Bukan anjrit, kenapa ya suka sembarangan kalau ngomong,” celetuk Yena ketus, “Ini gue murni nanya. Bingung aja. Lu sama dia udah jalan berapa tahun sih?”

“Mau tiga sih,” jawabnya, “Lama juga ya,” celetuknya pelan. Tiba-tiba Yena mengacungkan telunjuk ke arahnya.

“Nah, itu!” Chaewon sampai harus memundurkan wajah saking bersemangatnya Yena, “Tiga tahun dan seinget gue, lu hampir nggak pernah berantem. Ya pernah sih, berantem-berantem kecil juga ada, tapi kayak, gue nggak per

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
kimchaejjigae_
Sebentar, biar aku jadi ormas Shinez dulu sejenak. Ada cerita yang ingin sekali kuunggah tapi kalau kuunggah, aku harus menyelesaikan keseluruhan semesta (dan... dan... sama seperti ketika menulis Seandainya, aku tidak sanggup mengeditnya tanpa menghela napas panjang)

Comments

You must be logged in to comment
kimtaetaehwang #1
Chapter 12: Minggir2 yang gak mau kena diabet minggir
Karena judul cerita ini berisi konten bucin dan mengarah ke bulol 🤣
fearlessnim
#2
Chapter 8: Hai kak, ini komen pertamaku setelah sekian lama subs dan cuma mau bilang kalo semua tulisanmu uwu nya minta amponnnn 🥺💖

Btw shineznya lagi dong kak *merengek*
apple_lover12
#3
Chapter 6: Demi apa....? Baru nemu FF unyu kyk gini~