Jena Nyante (3B dan Kesalahpahaman Berulang)
RemajaKarena capek gambar yang ingin kuunggah pecah terus, percakapan mereka kuunggah di tw-tter. Kamu bisa cek percakapan mereka di tw-tter sebelum kembali lagi ke sini.
"ZUHAAA, NGGAK GITU LHO."
Kazuha menjauhkan ponselnya dari telinga—suara Yunjin bahkan sanggup membangunkan kucingnya yang bergelung di atas tempat tidurnya, "Apa, Kak?" dahinya berkerut, akhirnya ia kembali menemukan suaranya sendiri setelah terdiam beberapa saat, "Nggak gitu apanya?"
"Ya nggak gitu, Beb," gadis di ujung sambungan telepon melenguh, "Kamu nggak brengsek, bangsat, dan bajingan."
Kak Chaewon sama Kak Hitomi benar, pikirnya, Kak Yunjin emang buaya.
"Aku bukan buaya, Zuhaa Cantik, astagaa."
Apa ia baru saja menyuarakan isi kepalanya? Kazuha buru-buru menggeleng, "Kak, kalau emang menurut Kak Yunjin saya ini brengsek, bangsat, dan bajingan juga nggak apa-apa," jawabnya pelan, seolah takut dinding kamarnya mencuri dengar percakapan mereka, "Semua orang 'kan berhak punya penilaian terhadap orang lain."
"Haduh, gimana ya jelasinnya?" Kazuha bahkan bisa membayangkan ekspresi gadis itu saat ini; gadis itu akan menggaruk pelipisnya yang tak gatal, mengernyit, lalu menggigit bibir. Bahkan meskipun gadis itu tak ada di depannya, Kazuha bisa dengan mudah membayangkan wajahnya. Ia mungkin masih tak ingin mengakuinya, tapi sejak sore itu, ada yang lain dalam setiap tutur gadis itu yang membuat dadanya berdesir halus. Ada yang lain dalam setiap laku gadis itu yang membuat jantungnya blingsatan.
Awas buaya, kata-kata Yena kembali terngiang di telinganya, pastiin dia beneran suka sama lu. Dia tuh begitu. Mulutnya lemes. Kalau dia ternyata kagak naksir lu, perasaan lu ya lu sendiri yang nanggung.
Tanpa Yena ingatkan pun, Kazuha tahu itu. Perasaan adalah tanggung jawab masing-masing; tutur dan laku Yunjin padanya bukanlah sesuatu yang bisa ia kontrol—ia tak mungkin meminta gadis itu untuk berhenti melontarkan panggilan sayang yang juga gadis itu lontarkan pada semua orang. Kadangkala, hat
Comments