Taruhan

Paza Vesnica (WonKyu Vers)

diharapkan bagi para readers yang berkunjung ke Paza Vesnica untuk bersikap aktif sebagai pembaca yang budiman

cerita ini tidak akan berarti tanpa antusiasme dari kalian.

komentar dan Vote kalian berpengaruh pada kelangsungan cerita ini

-Author-

 

“Kyuhyun, bukalah mulutmu, kau belum makan apapun sejak kemarin” pemuda itu menundukkan wajahnya dalam tekukan lututnya. Sejak tadi, Myra berusaha membujuknya untuk makan. Tapi tak berhasil.

”Kyuhyun-ah, hyung akan mengajakmu jalan-jalan ke Handburgh jika kau mau makan, ne” bujuk Hyuk Jae dengan memasang tampang bodohnya, berusaha membuat pemuda itu mengangkat wajahnya, setidaknya untuk tersenyum, namun gagal.

Sementara itu, di sebuah kamar yang ada di lantai tiga kastil itu, seorang pria duduk di atas kursi panjang yang terbuat dari kulit domba tengah menyesap wine  dan menatap benda hijau di tangan kirinya, penuh minat.

“kita akan berangkat sebentar lagi” suara berat seorang pria bertubuh coklat eksotis membuyarkan pandangannya pada benda itu. Siwon hanya menatapnya sebentar, kemudian kembali pada aktifitas lamanya.

“jet nya akan lepas landas beberapa menit lagi, El.” Tambahnya, melihat makhluk abadi di hadapannya ini mengacuhkannya. Pandangannya berpindah pada koper tangan kecil yang ada di atas meja. Nampaknya perawat merangkap pelayan pribadinya itu telah menyiapkan segala kebutuhan pria dingin ini untuk beberapa hari ke depan. Mereka akan pergi ke Cina, menghadiri pernikahan Dave. Siwon dan Moza menduga Pemilik Keagungan belum mencium perkara ini, sehingga Dave masih tetap hidup.

“ah! Sebaiknya kau berpamitan dengan anak itu, El.” Kembali Moza memperingatkan sahabatnya, yang masih menatapnya tak berminat. Ia mengambil botol wine yang ada di meja, menenggak isinya langsung dari botolnya, tanpa menuangkan ke dalam cangkir terlebih dahulu, seperti yang Siwon lakukan. Siwonn menatap sengit melihat tingkah sahabatnya itu dan menendang kakinya kuat.

 

Siwon berdiri di ambang pintu, dilihatnya sosok pucat bersurai eboni itu tetap menundukkan wajah, bersembunyi dalam lekukan lututnya. “sampai kapan kau akan seperti itu?” ujarnya dingin tanpa ekspresi. Kyuhyun mendongakkan kepalanya, melihat ke sumber suara.

Siwon berjalan mendekat ke ranjang tempat pemuda itu berdiam, duduk di sampingnya dan menatapnya intens. Tatapan mereka bertemu. Mata indah itu, seperti biasa, tak bisa dilepakan begitu saja dari pandangannya. “aku akan pergi ke Cina beberapa hari.” Ujarnya kemudian. Kyuhyun terkejut mendengar pernyataan barusan. “temanku akan menikah” tambah Siwon menjawab pertanyaan dalam hati sosok ringkih itu.

Kyuhyun masih menatapnya lekat dalam diam. “aku akan menyelidiki kalung ini setelah kembali dari Cina, dan ketika aku kembali, aku tak ingin melihatmu terpuruk seperti ini lagi.” Ucapnya tanpa basa-basi. Pria ini benar-benar tak bisa bersikap manis, pikir Kyuhyun. Makhluk abadi itu tiba-tiba menariknya mendekat dan mengalungkan benda itu di leher Kyuhyun. Salahkan wajah bodohnya sehingga semburat sialan itu tiba-tiba muncul di balik kulit pucatnya.

 Indah. Benda itu begitu hidup ketika menggelantung disana. Entah memang karena Siwon yang baru menyadari betapa indahnya benda mati itu, atau memang daya tarik Kyuhyun yang mempercantik kalung itu.

“tap-“

“aku tak menerima penolakan, nona” Siwon menyentuh bibir merekah di hadapannya. Kenyal dan lembut.

Sial! Bibirnya lembut sekali. Kyuhyun melotot mendengar kata hati Siwon. Belum sempat ia memukul Siwon, pria itu telah lebih dulu menarik pingggangnya, melumat bibir merah mudanya yang begitu merona.

Mulanya hanya kecupan-kecupan kecil, namun lama kelamaan ciuman itu makin menuntut, disedotnya bibir bawah Kyuhyun dengan gemas, sedikit gigitan kecil dilakukan pada bibir merekah itu. Tak ada penolakan kali ini, sosok pucat itu juga menikmatinya. Entah setan apa yang membawanya, hingga ia terbuai dengan setiap hisapan yang dilakukan Siwon. Makhluk abadi itu makin menuntut ciumannya. Bibir pemuda ini begitu nikmat baginya,  sehingga akal sehatnya sudah lama ia tinggalkan. Nafas mereka bergemuruh. Panas sekali hawa kamar ini, libidonya meningkat tajam.

“Elden Eldson! Kau dimana?”

Sial! Suara Moza mengagetkan mereka, dengan cepat kontak di antara mereka terputus. Kyuhyun masih tersengal berusaha mendapatkan kembali nafasnya, menghirup sebanyak mungkin Oksigen yang ia bisa. Choi Siwon namanya di zaman ini, juga menatap kikuk pemuda di hadapannya. Ia terlalu lancang tadi.

“eh, kau disini” ujar Moza, begitu langkahnya berhenti di ambang pintu kamar Kyuhyun. Menemukan buruannya yang sejak tadi dicarinya di seluruh ruangan, dan berakhir di sini. Ia bingung melihat dua orang di depannya itu saling canggung satu sama lain.

“aku, hanya berpamitan.” Ujar Siwon asal.

“ah! Aku juga datang kemari untuk berpamitan.” Timpal Moza, tersenyum lembut pada Kyuhyun. Ia berjalan mendekati pemuda itu. Berdiri tepat di hadapan pemuda yang terduduk di ranjang, kemudian sedikit mencondongkan badannya.

“aku harap keadaanmu segera membaik, mata bulat, kami akan pergi ke Cina, dan kurasa Elden sudah menjelaskannya padamu.” Ujar Moza begitu lembut sambil mengelus mengusap surai cokelat Kyuhyun menggunakan tangan besarnya. Siwon membuang muka. Ia tak ingin dua orang di hadapannya itu melihat air mukanya sekarang.

Kyuhyun berdiri di atas balkon kamarnya. Menatap pekarangan yang terbentang luas di bawah. Sebuah burung besi bertengger kokoh di atas jejeran rumput Jepang yang tertata rapi di pekarangan kastil. Tiga pria terlihat menyeberangi halaman luas itu, menuju tempat mesin terbang itu bertengger. Hyuk Jae memeluk Siwon dan Moza bergantian. Sesekali dilihatnya pria yang bernama Moza Fedora atau yang lebih akrab ditelinganya dengan sebutan Jung Yunho bercanda dengan pria kurus bermata sipit itu. Sementara pria bertubuh indah dengan tatapan dingin di sebelahnya hanya memandang aneh pada dua kerabatnya, matanya memandang asal ke sekitar, hingga ia tak sengaja menatap ke atas kastil. Kini pandangan mereka bertemu. Wajah Kyuhyun bersemu merah, entah kenapa sejak kejadian tadi mereka menjadi canggung satu sama lain. Siwon tersenyum dipaksakan, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal kemudian kembali menatap pemuda di atas balkon. Lama pandangan mata mereka bertemu. Tanpa bicara, hanya saling menatap lekat ke manik mata masing-masing. Moza Fedora menyenggol bahu Siwon, membuat pria itu menghentikan aktifitasnya dan menyeretnya masuk ke dalam mesin raksasa yang akan membawa mereka ke negeri tirai bambu.

Angin berhembus dengan kencang dari tabung pengeluaran mesin raksasa itu. Tekanannya sangat kuat sehingga membuat pepohonan di sekitarnya melambai manja. Hyuk Jae, pria sipit itu menyipitkan matanya yang memang sudah sipit, berusaha menghalangi debu yang ikut bertebaran masuk ke matanya. Burung besi itu bergerak lambat, perlahan mulai cepat dan akhirnya terbang sempurna, hilang, luput dari pandangan menembus langit malam.

Kyuhyun menghembuskan nafas keras membuat poninya tersibak lembut dari pelipisnya. Choi Siwon, pria yang menciumnya sepuluh menit lalu telah pergi ke negara yang belum pernah ia kunjungi. Sepi melanda hatinya. Kepahitan akan kematian ayahnya kembali menerpa. Dirabanya kalung yang dikenakan Siwon di lehernya tadi. Batu itu indah, berwarna hijau pekat namun bening dan menenangkan. Bergelayut di rangtaian emas murni yang melilit lehernya. Jika diperhatikan benar, ada bintik hitam dalam batu hijau itu. Benar! Seperti asap hitam yang membentuk sebuah bintik kecil.

“hey gadis kecil!” sapa seseorang dari ambang pintu kamarnya. Hyun Mi mendongakkan wajahnya.

Hyung! Berani sekali kau memanggilku seperti itu! seru Kyuhyun tajam. Lee Hyuk Jae, pria kebangsaan Korea yang membantu kehidupan Siwon sekaligus menjadi sahabat dekat dari pria kelewat tampan itu terkekeh pelan.

“sedang memperhatikan apa, nona?”

“ck! kalung ini, Hyung. Peninggalan appa! Ia belum sempat menjelaskan apapun padaku.” Mata pemuda itu menerawang jauh. Sinar di matanya kembali redup.

uljima. Ada hyungmu yang paling tampan dan baik hati ini disampingmu ne.” Hyuk Jae telah merapat di pundak ringkih itu, menariknya dalam pelukan hangat. “hyung akan menjagamu Kyuhyun-ah” tambahnya sambil membelai lembut rambut si cokelat itu.

Di balik dinding kamar itu, seseorang tengah menahan perih di hatinya. Melihat kedua insan beda jenis itu berpelukan, membuat dadanya sesak. Ia menyayangi keduanya, namun tak kuasa bila bayangannya menjadi kenyataan. Bayangan dimana kedua insan yang tengah berpelukan itu saling mencintai. Ia tak sanggup. Sampai kapanpun tak akan pernah sanggup merelakan sang pria. Baginya, pria itu adalah alasannya berada disini. Pria yang sejak pertama bertemu telah menggetarkan hatinya. Ia tak sanggup mengetahui jika pria yang diidamkannya sejak dulu ternyata menyukai sesama jenis.

“mau hyung  ceritakan tentang Korea?” bujuk Hyuk Jae, berusaha mengalihkan pikiran Kyuhyun dari sang ayah. Gummy smile terpancar di wajahnya.

“ummh” Kyuhyun mengangguk ceria.

Mereka berdua duduk di kursi santai yang terbuat dari anyaman rotan dengan bantalan kain berisi bulu angsa putih yang menghadap langsung ke teras depan. Dengan begini mereka tetap dapat melihat bintang di langit namun tak perlu khawatir akan semilir angin yang menusuk kulit. Duduk berdua, terlibat dalam percakapan hangat seperti ini memberikan sensasi lain bagi Kyuhyun. Sedikit banyak ia bisa mengalihkan bayangan kematian sang ayah dari benaknya. Lee Hyuk Jae, pria ini menceritakan kejadian-kejadian lucu yang pernah ia alami, becerita tentang negara asalnya, yang juga negara asal ibu angkat Kyuhyun, namun pemuda itu tak pernah melihat langsung seperti apa negeri gingseng itu. Berada di dekatnya membuat Kyuhyun merasa nyaman. Merasa memiliki keluarga. Lee Hyuk Jae, pria ini, memberikannya cinta yang berbeda.

hyung, bagaimana dengan keluargamu?” Kyuhyun memotong candaan Hyuk Jae.

“aku yatim piatu” ujarnya tersenyum getir. Tenggorokannya tercekat, kaget akan pertanyaan yang tak pernah diduganya dikeluarkan oleh tamu baru di kastil itu. Sedangkan Kyuhyun hanya diam, menunggu penjelasan selanjutnya dari pria ceria itu.

uri omma, appa, dan yeodongsaeng ku meninggal dalam kecelakaan kapal laut. Kapal itu karam ketika aku berusia tujuh tahun. Semua awak dan penumpang terlambat dievakuasi. Aku terpisah dari keluargaku. Kau tahu Hyuhyun-ah, menggantungkan hidup pada sebuah jaket pelampung dan meminum banyak sekali air laut membuatku tak sanggup berharap bahwa aku akan selamat. Sampai sebuah tangan mengulur untukku. Tangan yang begitu kokoh, menarikku keluar dari kedingin air laut. Saat aku tersadar, aku sudah berada di pulau Nami, sosok itu pergi sebelum aku sempat mengucapkan terima kasih padanya.” Hyuk Jae melihat sekilas ke arah Kyuhyun, pemuda itu dengan konsentrasi penuh menyimak setiap ceritanya.

“beberapa hari kemudian, aku mendengar korban kecelakaan kapal laut berhasil dievakuasi dan seratus persen semua sudah tak bernyawa lagi. Aku menemukan jenazah keluargaku. Mereka bertiga tega meninggalkanku seorang diri di dunia ini.” Mata pria itu memanas, genangan bening hampir keluar dari pelupuk matanya. “aku dititipkan di panti asuhan oleh kepolisian, karena tak ada keluarga yang dapat mengurusku, saat itupun aku masih terlalu kecil untuk mengingat keluarga dari ayah dan ibuku. “

“Tuan Choi, kau bertemu dengannya dimana?”

“si es batu itu? haha aku menemukannya sedang bediri di tengah badai salju. Dia keren sekali, hanya memakai hem tipis di cuaca seekstrim itu.” Hyuk Jae menyeka air matanya.

“badai salju?”

“emm, dia bilang ingin bertemu dengan temannya, raja Lee Shin. Kau tahu Kyuhyun-ah? Raja itu sudah lama mati beratus tahun silam.”

“jadi-“

“apa?”

“jadi dia tidak bercanda tentang makhluk abadi dan  para iblis itu?”

“hahaha. Apa kau pikir pria seperti Choi Siwon dapat bercanda? Oh ayolah! Dia itu sangat to the point, mengatakan apa yang perlu ia katakan dan tak suka basa-basi. Dia memang abadi. Aku, sudah tujuh tahun mengikutinya, mengurus perusahaan-perusahaan milikknya dan segala yang ia butuhkan untuk menutupi identitasnya sebagai seorang Paza. Di usiaku sekarang, tentu kau dapat melihat tanda-tanda penuaan di wajahku.” Kyuhyun menggeleng sambil memasang puppy eyesnya.

“heeeeiiisss, jangan berbohong! Tuan Choi mu itu seringkali memanggilku kayu lapuk, karena fisikku yang perlahan mulai berubah. Sementara dia, sejak pertama kali bertemu sampai tadi aku mengantarnya pergi, tak ada perubahan sedikitpun di wajahnya. Tetap sama. Dan harusnya kau tahu alasannya.” Dia mengacak rambut Kyuhyun dengan gemas. Tak ada penolakan, pemuda itu masih berusaha mencerna setiap perkataan Hyuk Jae.

“jangan berpikir terlalu keras. Tuan Choi mu itu pasti akan marah jika tahu kau tidur terlalu larut?”

“engh?” Kyuhyun mendelik. Mencari penjelasan atas perkataan pria itu barusan.

“dia menitipkanmu padaku, sampai ia kembali lagi kesini. Jadi jangan pernah bertindak bodoh, atau akan kulaporkan pada yang mulia Siwon.” Ancam Hyuk Jae lebih ke  menggoda pemuda itu.

“kau tak kan bisa mengawasiku setiap saat hyung, kau juga harus mengurusi kantormu kan?” senyum kemenangan mengembang di wajah Kyuhyun.

“ahahaha. Kamar ini mengunakan CCTV, bocah. Siwon dengan mudah dapat memantaumu dimanapun ia berada” seriangaian yang biasa terpampang di wajah Siwon dijiplak oleh Hyuk Jae. Kali ini senyum kemenangan itu berpindah ke tangannya.

“yakk Hyung! Kalian mesum. PEDOFIL. Dasar tua bangka mesum. Mesum mesuuuum!” pekik Kyuhyun. Lee Hyuk Jae hanya tertawa renyah menuju pintu, melambaikan tangan tanpa melihat lagi ke arah pemuda yang tengah berteriak histeris di belakangnya.

“nikmati harimu nona!”

“AKU BUKAN NONA!!”

----

 

“Elden, Moza!!” seorang pria bermata hijau zamrud melambaikan tangan pada dua pria tampan yang baru saja masuk ke altar gedung tempat dilaksanakannya janji suci pernikahan.

Ketika Limousin mereka memasuki halaman depan gedung kedua pria itu memang telah menjadi sorotan utama tamu undangan lain. Pria yang satu memiliki tubuh tegap dan atletis dengan gaya maskulin namun tampak ramah. Apalagi ketika ia menunjukkan killer smilenya pada petugas penyambut tamu, kharisma dan gestur tubuhnya benar-benar tampak sempurna. Pria yang lainnya tampak lebih dingin dari pria pertama, dengan rambut hitam gelap dan sorot mata tajam yang menyiratkan keangkuhan. Lekuk tubuhnya pun mencerminkan bahwa pria ini sangat kuat, dengan dandy style yang makin menyempurnakan sosoknya. Jika pria pertama sangat mudah tersenyum dan berperawakan ramah, maka bertolak belakang dengan pria yang satu ini, dia sangat dingin dan tak berekspresi, namun itulah yang menjadi daya tariknya. Lirikannya pada setiap inci ruangan dapat memekikkan setiap gadis yang tak sengaja bertemu pandang dengannya.

“hai!” Moza melambaikan tangannya dan tersenyum pada Siwon yang sedari tadi hanya bersungut-sungut sendiri.

“oh, ayolah El! Jangan pasang tampang seperti itu di tengah kebahagiaan sahabatmu sendiri” tambah Moza berusaha memperbaiki mood sahabatnya. Tak makan waktu lama mereka tiba di depan sang raja malam ini.

“aku sangat merindukan kalian, sobat!” senyum sumringah tergambar di wajah pria bermata indah itu. Ia sangat bahagia kedua sahabat akrabnya kini menghadiri pesta pernikahannya. Satu persatu dipeluknya erat tamu agungnya.

“hei! Lepaskan! Aku tak bisa bernafas!” bentak Siwon pada Dave Cliff sahabatnya yang paling manja. Moza hanya tertawa melihat kelakuan sahabat-sahabatnya.

Siwon adalah pria yang paling tidak suka melihat orang yang bertingkah kekanakan, dia sangat angkuh dan dingin pada orang di sekitarnya. Sedangkan Dave sangat manja dan kekanakan meskipun usianya sangat tidak muda lagi. Bahkan dia yang paling tua di antara mereka bertiga. Moza juga heran mengapa kedua orang di hadapannya ini dapat bersahabat dan akrab.

Dave melepaskan pelukannya pada Siwon, melirik pada Moza yang sedari tadi hanya senyum-senyum sendiri. “aku sangat senang kalian datang! Oh ya! Kenalkan ini kakak ipar kalian.” Dave berjalan beberapa langkah ke belakang, mendekati seorang perempuan berwajah oriental yang menatap ketiga pria itu dengan penuh minat. Sesaat kemudian dia telah tiba di tempatnya tadi berdiri dengan menggandeng wanita itu.

“kenalkan, dia istriku. Ce Ling. Istriku, mereka sahabat-sahabatku, Elden Eldson dan Moza Fedora” Ce Ling, istri Dave itu menyalami Moza dan Siwon bergantian.

“wah Dave, jadi ini wanita yang berhasil membuatmu akan mati lebur?” celetuk Siwon. Pria dingin itu menunjukkan senyuman mengejek.

“Dave?” wanita itu memandang tak paham pada suaminya.

“panggilan lamaku, sayang” Dave menjelaskan. “sekarang namaku Lee Donghae, El” ujar Pria itu menatap sahabatnya.

“kurasa nyonya Lee harus menyambut tamu yang lain.” Ujar Moza pada wanita cantik di samping Dave. Lebih tepatnya perintah yang sangat halus untuk meninggalkan mereka bertiga.

“aku paham. Kurasa Donghae perlu menjelaskan pada kalian tentang peleburannya.” Moza dan Siwon tersentak, ternyata wanita ini tahu tentang jati diri suaminya. Lalu mengapa mereka tetap menikah?

Ce Ling membungkuk pada kedua tamunya kemudian menghampiri tamu lainnya. Dave tersenyum samar melihat bayangan istrinya menghilang di kerumunan tamu. Mereka bertiga lalu mencari tempat yang agak sepi untuk membicarakan sanksi yang harus diterima pria yang telah berganti nama menjadi Lee Donghae itu.

“ini” Donghae menyodorkan dua gelas wine pada sahabatnya. Dengan cepat Siwon menenggak minuman favoritnya itu.

“bagaimana kau tetap bisa hidup Dave?” tanya Moza langsung pada pokok permasalahan. Siwon hanya diam tapi menatap penuh minat.

“aku mencintainya, Moza. Sejak pertama kali bertemu.” Ujar Donghae, tersenyum membayangkan sosok istrinya. Siwon berdecak pelan.

“kau akan lebur, bodoh!” dia menjitak Donghae dengan gelas wine yang telah kosong.

“yakk! Sakit El! Sopanlah sedikit pada gege mu ini!”

“kau bukan gegeku. Kau hanya manusia biasa.”

“KAU!”

“hei sudah-sudah. Jadi bagaimana kau bisa tetap hidup? Tak mungkin jika Dia tak mengetahui pernikahanmu Dave.” Lerai Moza, berusaha mengembalikan mereka pada pokok perbincangan.

“kau tahu aku adalah Paza yang setia dan telah mengabdikan diri menumpas iblis-iblis itu selama ribuan tahun. Akupun bukan Paza yang pernah berbuat ulah.”

“tak mungkin sesederhana itu.”

“haha! Kau memang pintar, El” Donghae mengacak pelan rambut Siwonyang dibalas dengan tepisan keras dari pria pucat itu. “aku mengundur peleburanku.”

“apa maksudmu?” Moza menyipitkan matanya.

“dua puluh tahun. Dia telah berbaik hati memberiku tenggat waktu untuk bertahan hidup di bumi ini.” Donghae tersenyum getir. Siwon dapat menangkap raut ketakutan di wajah sahabatnya itu.

“jangan berbohong padaku Donghae!” Ujarnya

“waaah! Kau memanggilku Donghae”

“yakk! Cepat katakan!”

“aiiisshh sabar sedikit! Istriku menukar peleburanku dengan nyawanya. Aku akan bertahan hidup selama dua puluh tahun, setelah itu akan mati seperti manusia biasa. Aku-“ Donghae menghentikan perkataannya, menundukkan kepalanya menatap lantai marmer.”aku dan dia akan masuk neraka.”

“APA?” pekik kedua pria tampan dihadapannya.

“istrimu melakukan pengorbanan semengerikan itu?” tambah Moza, mulutnya masih belum menutup.

“Donghae, dengarkan aku. Kita tahu persis bagaimana neraka itu. Gadis lemah sepertinya akan masuk ke dalam tempat terkutuk itu dan kau akan lebur. Kau-“

“aku mengerti El!” potong Donghae. “akupun tak menyetujui usulannya. Ketika Dia yang Maha Agung menemuiku, Ce Ling menghalanginya melaksanakan eksekusi padaku. Sebagai gantinya dia melakukan penawaran pada Dia yang Maha Agung.”

“kalian gila! Dua puluh tahun itu sangat singkat. Demi itu kau akan lebur, dan dia akan masuk neraka. Tak sedihkah kau jika wanita itu-”

“itu keputusanku sendiri Tuan Moza.” Seorang wanita menghentikan pembicaraan ketiga pria tampan itu. Berbarengan, mereka melenggokkan kepala ke arah sumber suara.

“aku tak akan pernah menyesalinya. Mungkin Dia akan berbaik hati sedikit dengan mempertemukan kami kembali di neraka.” Ce Ling tersenyum ramah pada kedua tamunya.

“astaga! Kalian berdua, benar-benar sudah tidak waras” Moza berdecak diliriknya Siwon yang berada di samping kanannya. Sama. Pria itu juga memandang sepasang suami istri itu dengan tatapan keheranan.

“itulah kekuatan cinta, sobat. Segalanya menjadi mungkin.” Donghae ternsenyum bangga. Jarinya meremas tangan Ce Ling dengan erat.

“cinta” Siwon tertawa mengejek.

“kau akan tahu, jika telah merasakannya, El”

“aku tak akan pernah jatuh cinta! Apalagi melakukan hal bodoh seperti yang kau dan istrimu lakukan, Bung. Kehilangan kekuatan, lebur, dan masuk ke sarang makhluk terkutuk itu. Oh jangan!” Siwon mengeluh. Mencibir segala yang akan ia jumpai jika ia menikah dengan anak manusia.

Moza mengacak rambut Siwon dengan keras. Rambut pria itu kini tampak berantakan setelah dua manusia kelewat tampan telah mendaratkan tangan besarnya di atas rambut sehitam malamnya.

“El. Ummh, kurasa sekarang kau tampak lebih hidup.” Ujar Donghae lembut.

“dia memiliki keluarga baru, Dave” ujar Moza ceria.

“benarkah? Kenapa kau tak pernah memberitahuku?” Donghae mendelik ke arah Siwon yang membuang muka. Tak ingin ditatap seperti itu oleh Donghae.

“dia malu mengakui bahwa iya telah memiliki hati kembali” goda Moza. Siwon menatap sadis pada pria bermata musang itu.

“wah wah wah! Istriku, bagaimana jika kita berkunjung ke rumah adik kecilku ini? Aku ingin sekali melihat keluarga barunya!” Donghae sangat antusias atas kabar yang dibawa Moza.

“aku tak akan menerima kalian!” ujar Siwon sengit.

“itu artinya dia setuju, sayang. Elden adalah pria yang mengatakan kebalikan isi hatinya.” Timpal Donghae mantap pada istrinya yang sedang tertawa geli.

“kalian menginap dimana tuan-tuan? Negeri ini tentunya sangat asing bagi kalian. Menginaplah di rumah kami beberapa hari ini.”

“ahaha terima kasih, tapi kami sudah memesan hotel, lagipula kami mengerti bahasa Mandarin, nona. Kau tak perlu khawatir.”

“ah, baiklah.”

“Berapa lama kalian akan tinggal?”

“besok malam kami akan pulang ke Chichester.”

“secepat itukah?” Donghae tertunduk lesu.

sorry Dave. Tapi ada pekerjaan yang harus kami selesaikan.” Moza tampak menyesal atas perkataannya.

“datanglah ke rumahku jika kau merindukanku, Hae” ujar Siwon pelan, tapi bagaikan air sejuk di tengah dahaga bagi Donghae.

“aku akan menagih janjimu, El.” Senyuman kembali terukir di wajah innocentnya. “bagaimana denganmu Moza? Apa kau masih hidup bersama wanita tua itu?”

“hemm, tapi kondisinya mulai melemah Dave, kau tahu, penyakit tua.” Ujar Moza lembut.

“kau juga harus segera kembali ke Atlantis, Moza. Pikirkan bibi Rose. Dia pasti merindukanmu.” Siwon lagi-lagi angkat bicara. Diam-diam Moza dan Donghae menaruh kagum pada pria dingin ini. Meskipun sikapnya cuek, tapi jauh di lubuk hatinya ia sangat perhatian pada orang-orang terdekatnya. Bahkan dia mengetahui perasaanmu lebih dalam dibanding dirimu sendiri. Terkadang ia dapat melakukan hal-hal yang dapat menitikkan air mata demi membahagiakannmu. Walaupun hal itu bertolak belakang sekali dengan penampilannya.

“tapi bagaimana dengan-“

“aku akan menghubungimu jika butuh bantuan”

“baiklah.”

----

 

Kreek. Pintu kamar berderit, membuka sedikit utuk seorang pemuda  yang menyelinap diam-diam tengah malam. Sepi. Kamar yang lebih mirip ruang tamu ini sudah dua hari ditinggal pemiliknya. Selama itu pula pemuda bernama Kyuhyun ini mati kebosanan. Tak ada wajah dingin yang bisa ia liat setiap hari. Wajah yang sangat tampan sebenarnya jika pemiliknya itu mau tersenyum ramah. Tapi ia lebih memilih memasang tampang dingin dan berkata ketus. Ingin sekali pemuda bertubuh ringkih dan bermata bulat yang menjadi penyelinap malam ini meremas bibir joker pria itu.

Kau pergi lama sekali tuan Choi! Bisik Kyuhyun dalam hati. Ia telah berjanji pada diri sendiri dan diiringi ancaman Siwon, untuk mengurangi kesedihannya akan kematian ayahnya. Kyuhyun, pemuda itu baru saja mengirim email pada Loria, Dosen filsafat di perguruan tinggi York. Seperti yang telah kuceritakan tempo hari, Choi Siwon menyuruhnya untuk kuliah di rumah, ia tak boleh kemana-mana kecuali bersama pria itu.

Kyuhyun berjalan pelan masuk ke kamar, matanya menatap acak benda-benda yang ada di ruangan ini. Puluhan botol wine dari berbagai negara berjejer rapi dalam sebuah etalase kaca. Kyuhyun dapat menebak seberapa mahal cairan-cairan itu. Dia hanya berdecak pelan kemudian berjalan menuju meja kecil di dekat perapian. Meja yang biasa digunakan pria tampan pemilik kastil ini untuk bersantai menikmati winenya. Kyuhyun duduk di kursi berukiran elang di depan meja marmer itu. astaga! Kursi itu dilapisi emas murni. Benar-benar seperti singgasana dalam kamar.

Tuan Choi! Seberapa kaya kau ini, hah? Baru kali ini pemuda itu duduk di atas sebuah kursi yang dilapisi emas murni. Jangankan bermimpi, terpikir pun tidak. Huft! Dia mulai bosan lagi sekarang. Hidup di dalam kastil mewah namun tak dapat pergi kemana-mana. Hidup bagai burung di sangkar emas. Hyuk Jae dan Myra memang sangat baik dan perhatian padanya, apalagi ketika pemilik rumah ini tak ada, mereka menjaganya dua kali lipat lebih ketat. Padahal pemuda ini ingin sekali berjalan-jalan di tengah kota. Pergi menjenguk apartemennya di Wakefield, meskipun tempat itu seram tak berpenghuni, tapi Kyuhyun merindukannya. Dikembungkannya pipinya, meniup keras udara dari mulutnya, membuat poninya yang agak kepanjangan tersibak lemah. Tak sengaja kedua bola matanya menatap ke atas tempat tidur beralas sutera beberapa meter dari tempatnya berada. Ingatannya akan beberapa hari silam kembali terkuak, dimana ia tertidur di sisi ranjang, menunggui Siwon yang terbaring tak berdaya karena luka bakar yang dideritanya. Pria itu mengalami hari-hari yang berat dalam hidupnya. Bertarung melawan iblis yang tak akan pernah berkurang jumlahnya, hidup abadi tanpa kematian. Selama dua ribu tahun lebih ia hidup dan menjalani hariya sebagai Paza Vesnica. Bertarung dan bertarung. Luka seperti kemarin mungkin sudah menjadi hal biasa baginya. Apa dia tidak bosan? Hidup dalam kesendirian dengan sifat seperti itu? apa dia tidak pernah memiliki wanita di hidupnya?

Kyuhyun beranjak dari tempat duduknya, kini ia berjalan menuju tempat empuk itu, merebahkan diri di atasnya, menarik selimut sampai ke ujung dada, dan memeluk guling erat. Bau Siwon. Setidaknya ia bisa merasakan pria itu disini.

Hei! Kenapa aku begitu menginginkan pria itu saat ini? Kyuhyun memukul kecil kepalanya. Mungkin aku rindu bertengkar dengannya. Ya! Pasti begitu.

 

See you..

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
junne7 #1
Chapter 19: Semangat ya thor...pembaca baru nih
junne7 #2
Chapter 19: Semangat ya thor...pembaca baru nih
indira407
#3
Chapter 3: Hhaaa... Dr aq jaman SMA epep ini aq baca. Smpai skarang anak 1 maah jgaa suka baca ini epep. Hahaha
Cynthiagrace #4
Chapter 23: Daebaaaaak author-nim. maaf baru ninggalin jejak di part terakhir. soalnya seru bgt si jd penasaran pingin tau lanjutan nya. terim kasih udah bikin cerita yg unik n menarik ini. semoga author nim tetap menulis kisah2 wonkyu, mengingat byk penulis lain yg berubh haluan ataupun nyerah di tengah jalan...hehehe. ok, last but not least...sekali lagi thank u
novemberist #5
Chapter 1: Author, boleh copast jalan ceritanya buat di remake gak? mau bikin pair member Exo...Boleh gak Thor?
Gammeiwatari #6
Chapter 23: Bagus banget author-nim !!! .. ceritanya nga pasaran ... gaya penulisannya juga rapih .. bahasa yang digunakan juga halus .. totally aku suka banget sama ceritanya .. alurnya keren .. detailnya juga dapet banget !! Thank you for this amazing story .. nulis fantasy story itu nga gampang .. tapi author-nim bener bener berhasil menulia dengan luar biasaaaa
choianakyu #7
Chapter 23: ceritanya keren thor. bikin penasaran. walaupun baca sampai mata pedes. kekasih sepenggalah kapan di lanjut ..
meeKayla #8
Chapter 23: yaah bnr2 happy end.
donghae juga baik2 aja.
kyu juga ternodanya cuma ama siwon.
ditunggu ff wonkyu nya yang lain ya #ngarep.
suka bgt genre action romance bgni.
btw ternyta siwon dulunya jatuh cinta ma istri orang
kyuniiee88 #9
Chapter 23: Yeeaahhh happy ending ^^

Ditunggu next ff nya author^^
Guixian98 #10
Chapter 23: wohooooo happy end!!
hmm, ntah kenapa pas di akhir itu kok aku berasa kayak baca 'kekasih sepenggalah' ya.. wqwq
karna serius, sifat siwon yang suka ngatain kyu sama kyu yang lamban tuh sifat mereka di 'kekasih sepenggalah' banget wakakak
syukur deh ini happy end ya. gak nyangka bgt endingnya begini. padahal uda mikir yang gak2 soal hubungan wonkyu. di tunggu cerita selanjutnya~