itu rotiku, Hae!

Paza Vesnica (WonKyu Vers)

anneyooong~

author kembali hehehehe

maaf jika untuk beberapa pekan ke depan Paza Vesnica dan Kekasih Sepenggalah akan selalu slow post yaa

aku lagi sibuk kerja dan ngejer2 dosen HAHAHAHA

.

.

terima kasih untuk para readers yang budiman karena masih mau mengunjungi laman storiesnya author ^^

terima kasih juga untuk kalian yang selalu setia memberikan support, vote, review dan commentnya

apalah aku tanpamu/// acieeee~

.

.

selamat menikmati~~~

 

.

.

PAZA VESNICA

.

.

Tubuh Siwon menegang. Ia menatap nanar pada pemuda yang kini terbaring dalam dekapannya.

"aku yakin. Kita sangat dekat."

Siwon memandang liar ke seluruh penjuru ruangan. Sial! Ini terlalu banyak. Bagaimana wujud pusaka kedua itu? Sementara sosok dalam dekapannya ini terbaring lemah dan tak mungkin ikut membantu mencari. Pemuda itu hanya mengandalkan naluri dan suara aneh yang selalu menghinggapi dirinya. Dengan gaya bridal Siwon membopong tubuh Kyuhyun. Mudah baginya membawa pemuda itu menuju sofa yang disediakan pemilik toko untuk tempat menunggu tamu. Setelah berhasil membaringkan Kyuhyun di tempat empuk itu, Siwon beringsut kembali mendekat ke etalase perhiasan. Di telitinya setiap benda yang terpajang disana.

"Tuan, apa disini ada perhiasan yang terbuat dari baja?" ujar Siwon gusar. Ia mulai frustasi menghadapi berbagai macam benda dengan kilauan memikat yang sama.

"baja? Oh Tuan, ini toko perhiasan. Bukan toko bangunan" pemilik toko itu seolah tak percaya dengan permintaan tamu agungnya ini.

"itu.."

Seketika kedua pria dengan ketampanan luar biasa itu menolehkan pandangannya pada suara lembut milik pemuda bermata kucing yang sedari tadi menggigiti buku-buku jarinya.

"apa bisa diartikan sebuah pisau atau pedang?" tunjuk panjangnya mengarah pada tulisan yang tertera di perkamen usang.

Pedang..

Sontak bola mata kedua pemuda itu membulat. "benar juga! Lelehan perak yang membatu!" ujar Donghae girang

"dan menghasilkan darah!" tambah Siwon tak kalah antusias. Tanpa disengaja mereka berpelukan. Bersorak kegirangan.

Siwon tersentak. ah benar juga! Pedang! Pria itu memandang sekeliling melihat apakah ada benda berwujud pedang disana. Lagi. Bayangan lainnya ketika ia pertama kali bertandang ke tempat ini, ia melihat benda-benda masa lampau berada di rak-rak kayu yang melekat di dinding toko. Pemuda itu mencondongkan tubuhnya. Memaksa masuk ke area dimana rak-rak itu terpajang angkuh. Mata sehitam malamnya memandang tajam setiap inchi benda-benda yang terpajang disana.

Mungkinkah?

"dia jauh lebih tenang sekarang" wanita cantik berusia seperempat abad berjalan menghampiri dua orang pria yang tengah berbicang serius di balkon rumah.

"aku harus pergi sekarang, Hae!" ujar pria yang lebih tinggi dari pria yang satunya.

"biar kutemani"

"tidak! Kau tetap disini. Aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Kyuhyun dan istrimu sementara kau tak ada".

"baiklah. Tapi kau harus segera mengabariku ketika dalam bahaya" pria yang dipanggil Hae itu akhirnya mengalah setelah sejak tadi beradu mulut dengan pria dingin yang tak lain adalah Choi Siwon, pebisnis percetakan yang sangat berpengaruh di Inggris Raya.

Hanya dengan anggukan pelan, pria itu melenggang pergi, agak tergesa ia berjalan menuju parkiran, memasuki Audy hitam milik pria mantan Paza yang kini tengah berjaga di dalam rumah. Hampir saja. Seharusnya ia sudah memiliki benda itu sejak tadi, kalau saja sosok ringkih dengan hidung bangir dan mata bulat itu tidak tergeletak tak sadarkan diri.

Ya. Cho Kyuhyun, nama cantik pemberian ibu angkatnya yang berkebangsaan Korea Selatan, tadi sore tergeletak tak sadarkan diri setelah menahan sakit di kepalanya yang memuncak.

.

.

.

Naluriku mengatakan itulah benda yang kami cari. Siwon menggeram dalam hati, mengapa ia tak langsung membeli benda itu. Maklum saja, tadi ia terlalu panik dan ingin segera mengamankan sosok pucat kecintaannya. Dan kini, ia tidak mau gegabah lagi. Sebelum benda itu jatuh ke tangan yang salah, ia harus segera mendapatkannya. Paza satu ini yakin, bahwa setiap gerak-geriknya dan Kyuhyun pasti dipantau oleh sesuatu disana yang menginginkan benda itu.

Setengah jam perjalanan, dan kini pria jangkung itu sudah berada di perempatan jalan menuju toko perhiasan tempat benda incarannya berada. Jalanan kala itu masih dihiasi hingar bingar kehidupan malam kota Guang Zhou. Siwon sengaja memarkirkan kuda besi itu di perempatan jalan agar ia tak perlu ambil pusing dengan antrian parkir. Yang pasti, benda itu harus ia dapatkan dengan segera. Beruntung suasana pusat perbelanjaan ini masih ramai, Siwon dapat menyusup dan berkelebat semaunya tanpa ada pandangan curiga dari penduduk tirai bambu ini.

I got it!

Sekali lagi, dentingan lonceng menandakan ada tamu yang berkunjung ke tokonya. Pemilik jewelrely ini baru saja hendak merehatkan tubuhnya sejenak di kursi santai yang ada di bagian dalam toko. Matanya membulat tatkala melihat sosok yang beberapa jam lalu telah sukses membuatnya hampir terkena serangan jantung.

"Tuan! Anda kembali?" tanyanya heran.

"aku menginginkan belati itu" jawab pria dingin itu datar namun dapat terdengar nafasnya yang tidak beraturan.

"belati?" kini pemilik toko itu makin dibuat bingung dengan pernyataan pelanggan tersayangnya ini.

"belati yang kutanya tempo hari. Belati perak yang memiliki ukiran rumit di pegangan dan sarungnya"

"oho!" pemilik toko itu berseru senang. Ia segera menghampiri etalase yang terpajang di dinding kiri ruangan. Etalase itu agaknya terpisah dari jajaran almari kayu yang juga terpajang indah di dinding toko.

Dengan perlahan ditariknya sebuah peti kecil yang ukirannya tak kalah indah dengan si belati. Kotak kecil yang terbuat dari kayu ek. Dipegangnya dengan sangat hati-hati, takut kalau peti itu akan tergores sedikit saja. "hati-hati, ini beracun!"

Siwon menatap intens peti kecil itu. "beberapa waktu lalu toko ku hampir saja terjadi perampokan Tuan, ternyata banyak juga penggemar barang antik yang menginginkan benda ini, tapi tak mau membayarnya dengan harga yang setimpal" cibir pria tua itu setengah mengeluh. Siwon tak mengindahkan deretan kalimat berikutnya. Ia hanya terfokus pada benda yang akan menyelamatkan Kyuhyun. Dibukanya peti kecil itu, masih sama, belati perak itu berbaring angkuh disana. Dengan sutera sebagai alas tidurnya.

"ouch! Hati-hati Tuan, sudah kuperingatkan padamu itu beracun!" pekik pria tua itu. Ia memandang horror pada tangan Siwon yang dengan seenaknya ingin memegang benda antik itu. "belati Britania itu memiliki racun yang mematikan apabila kita terkena langsung dengan mata pisaunya. Menyentuh pegangannya saja sudah membuat tanganmu memanas" racaunya lagi.

Separah itu kah? Paza satu ini menyangsikan dalam benaknya tentang kebenaran perkataan pemilik toko ini. Namun, walau bagaimana pun ia tak mau makin membuat pemilik itu ketakutan ketika ia memegang benda ini nanti tak ada reaksi seperti yang dikatakan pemilik itu. Ya. Siwon cukup percaya diri karena ia adalah makhluk abadi yang tak dapat mati hanya karena benda kecil ini.

"aku ambil ini." Ujarnya dingin. Lagi, untuk kedua kalinya pemilik toko itu berbinar melihat benda hitam tipis berbentuk persegi panjang disodorkan oleh sang sumber uangnya.

"dengan senang hati Tuan. Ah, tunggu sebentar, aku akan mengurus administrasinya." Pria Tua itu berlalu dengan wajah cerah. Siwon menunggu dalam diam. Sejumlah teka-teki masih menggerayangi pikirannya. Untuk pertama kalinya setelah sekian abad berlalu ia menghela nafas. Bukan helaan yang biasa ia lakukan ketika marah atau merajuk karena Lee Hyuk Jae ataupun godaan renyah dari kedua sahabat Paza nya, melainkan helaan lelah.

Elden Eldson atau Choi Siwon sebutannya di masa kini bukanlah tipe pria yang mudah mengeluh. Sejak kehidupan pertamanya ia adalah pria yang keras pada dirinya sendiri, namun memiliki hati yang lembut dan sikap yang manis. Bahkan setelah kehidupan keduanya pun ia tetap keras pada dirinya sendiri, terlebih pada hatinya. Lamunannya buyar karena suara sang pemilik toko. Setelah menandatangani beberapa berkas, pria itu melenggang keluar toko. Ia berjalan cepat menuju tempat kuda hitamnya terparkir.

.

.

Siwon melajukan kuda besi itu dengan kecepatan tinggi. Perasaannya tidak enak malam ini. Ia ingin segera tiba di kediaman sahabatnya.

Hmmphh. Bau ini!

Bingo! Dugaan Paza ini terbukti. Indera penciumannya begitu peka dengan bau khas yang selalu melengkapi kehidupan keduanya selama ini.

Cihh! Kenapa dia datang di saat begini? Geram pria itu. Siwon masih sadar betul akan kewajiban utamanya, menumpas Iblis dan mengembalikan mereka ke neraka. Sehingga ia mengesampingkan egonya untuk tiba di rumah Lee Donghae dengan segera dan berganti berburu iblis keparat itu.

Siwon semakin melajukan kuda besi itu dengan kecepatan di luar akal manusia. Ia mengejar bau itu. "dimana kau keparat?" buku-buku jarinya memutih. Ia berusaha mengontrol amarahnya. Yah, bisa dikatakan sebenarnya iblis-iblis itu tak memiliki dosa apapun padanya, tapi nampaknya mereka sukses menjadikan diri sendiri sebagai pusat pelampiasan kemarahan dan keputusasaan Paza kita satu ini.

Bau itu semakin kuat, Siwon membelokkan mobilnya dengan cepat ke kiri ketika menemui pertigaan yang cukup lengang. Semakin kesini, semakin tak ditemui arti keramaian bagi warga Guang Zhou. Hanya terdapat beberapa toko yang masih melayani pelanggannya. Itu pun tak bisa dikatakan ramai. Pria bersurai gelap ini mencium bau air tak jauh dari jalanan lengang, sehingga dengan terpaksa ia harus menepikan benda hitam ini. Dengan cepat diambilnya benda keras memanjang dan berkilau yang selalu menemani perburuannya di bangku penumpang bagian belakang.

Bau perairan semakin memenuhi indera penciuman seorang Choi Siwon malam ini. Derap langkahnya tegas, memecah keheningan malam di salah satu gang kecil yang tengah disusurinya. Jalanan sempit dan berbau yang sama sekali tak ada penerangan di sana. Satu-satunya benda yang nampak berkilau di kepekatan ini tak lain adalah pantulan pedangnya sendiri. Samar-samar Paza satu ini mendengar percakapan beberapa orang, Siwon makin mengecilkan volume derap langkahnya. Di ujung gang itu ternyata terhubung dengan sungai luas dan daratan berbatu yang mengitarinya. Siwon menajamkan fokus penglihatannya, berusaha menangkap apa yang ada di ujung sana.

"aku akan melakukan apapun asal kau memberiku ketenaran. Aku ingin sekali menjadi penyanyi terkenal di Negara ini"

"kau akan mendapatkannya, dan kau dapat memegang janjiku. Tetapi seperti yang sudah kukatakan tadi, kau harus menyerahkan dirimu padaku, manusia, khe khe khe"

"sejak kapan janjimu bisa dipegang, makhluk hina?" percakapan seru kedua makhluk beda alam itu terputus ketika sebuah suara menginterupsi dengan seenaknya. Keduanya sama-sama terperanjat melihat pria dengan ketampanan luar biasa tengah berdiri angkuh dengan pedang panjang yang bertengger gagah di salah satu pundaknya. Dan jangan lupakan seringaian mengerikan yang tercetak di bibir menggodanya.

"Pa- Paza?" suara serak itu begitu tercekat menyebut nama keramat yang begitu dibenci oleh kaumnya. Manusia di sampingnya? Jangan tanyakan, ia bahkan hampir pingsan sekarang karena ketakutan.

"sudah selesai berlovey doveynya? Kau, pergi dari tempat ini dan lupakan segala kesepakatan busuk kalian sebelum ku kirim ke neraka bersama makhluk hina itu!" seru Siwon santai namun penuh penekanan. Suaranya yang berat sekaligus merdu membuat siapapun yang mendengarnya kala itu tak akan menunggu instruksi dua kali untuk angkat kaki dari tempat itu.

"tinggal kita berdua, eh?" seringaian mengerikan itu lagi-lagi terpancar di wajah tampan Paza Vesnica bersurai gelap ini.

"aku tak ada urusan denganmu, Paza!" suara makhluk itu melengking. Ia tetap berusaha angkuh meskipun tak dapat dipungkiri sorot matanya menyiratkan ketakutan yang mendalam.

"tak ada urusan? Tentu saja ada, karena kau aku tercipta di dunia fana ini, jelek!" cemooh Siwon. Makhluk itu berjengit.

"tapi aku tak melakukan kesalahan padamu!"

"benarkah?" Siwon pura-pura berpikir dengan memainkan telunjuknya yang panjang dan kokoh di bibir tipisnya. "well. Sayangnya aku tak berpikir demikian. Pertama, karena kau adalah makhluk yang menodai manusia dengan dosa, kedua karena kau aku harus pergi berburu setiap malamnya, ketiga karena kau aku harus menunda kepulanganku untuk menemui tempat tidurku yang nyaman malam ini, keempat karena kau makin menambah daftar kekesalanku hari ini dan terakhir karena kau menjijikkan!" sejujurnya, iblis yang kini tengah gentar itu sangat membenci seringaian yang selalu muncul di wajah Paza Vesnica yang tak pernah dijumpainya ini.

"omong kosong! Kau berani-beraninya mengganggu wilayah kekuasaanku. Dan aku tak pernah tahu ada Paza sepertimu di tempat ini!"

"hei, kurasa kau makin banyak bicara, makhluk jelek. Mataku akan sakit jika berlama-lama memandang wajahmu itu! Jadi, ayo selesaikan dengan cepat!"

BLAAARR!

Sebuah ledakan memekakkan telinga terdengar dari gang kecil di pertigaan tak jauh dari pusat keramaian kota Guang Zhou. Disana, terjadi pertempuran yang cukup seru untuk disimak. Sayangnya, manusia biasa tak ada yang sadar akan hal itu karena tempat ini terlalu sepi untuk manusia normal menghabiskan malam. Deburan air dan pecahan batu kali menghiasi pertempuran malam ini. Kedua makhluk beda alam itu masih saling mengejar. Nampaknya pertarungan kali ini lebih lama dari yang dibayangkan Siwon. Iblis tirai bambu ini cukup tangguh. Terbukti dengan goresan merah yang menempel manja di pundak kiri atas bagian belakang Paza ini.

"hei makhluk jelek! Kau tahu, moodku bermain denganmu sudah habis. Kau makin menyebalkan dan aku tak sabar untuk meleburkan tubuh busukmu itu!"

SSSAAATTT! Kelebatan tubuh Siwon menghadang pergerakan tubuh cokelat iblis yang sedang dalam misi pelariannya.

SRAKKK. "Aaarrrgghh!" lolongan pilu terlontar dari makhluk berbau tak sedap itu. Bau anyir seketika menyeruak dari tubuh yang terkoyak pedang tajam.

"por el biende tenerla nochegrandeza, malditacriaturas inferioresque contaminanla tierra.de fusión. se rompió yse ahogaen el infierno."

"tidak Paza! Kumohon, jangan!" iblis itu meracau sejadinya. Matanya berair menyiratkan ketakutan yang teramat sangat.

"PAZA VESNICA!"

BLAARRRR.. WUUSSHHH. Hembusan angin malam mengiringi peristiwa peleburan iblis na'as itu.

"merepotkan" gerutu Siwon. Satu-satunya makhluk yang tersisa di pinggiran sungai Guang Zhou. "aissh. Baju mahalku" ia menatap nanar pada baju yang dipakainya. Padahal pria ini berniat akan menjadikannya salah satu baju kesayangan karena pujian Kyuhyun tadi Sore.

.

.

.

Tidakk! Jangan dia, kumohon! Isakan pilu terdengar dari seorang wanita berkerudung putih yang tampak lusuh. Ia mendekap sebuah bungkusan di dadanya. Matanya nanar memancarkan ketakutan dan kebencian sekaligus.

Dua puluh tahun. Dan dia akan kembali dengan sendirinya padaku. Suara berat nan angkuh itu menggaung di udara malam yang sangat panas karena kobaran api di mana-mana. Sosok yang tak dapat dilihat dengan jelas itu memancarkan aura dingin yang menusuk sekaligus membakar. Satu-satunya yang dapat terekam jelas adalah mata yang bercahaya merah dengan pupil memanjang berwarna madu kekuningan.

BLAARRR!

.

.

"aaaarrggghh!"

Cho Kyuhyun, pemuda berusia dua puluh tahun terbangun dari tidurnya. Mimpi buruk itu makin gencar menghantuinya, kali ini dengan potongan yang berbeda. Deru nafasnya terdengar kasar tak beraturan. Peluh mengucur deras di pelipisnya. Sosok berkulit pucat itu mencoba menetralkan deru nafasnya.

Pukul Tiga. Batinnya, setelah melihat ke arah jam dinding yang terpajang di seberang tempat tidurnya. Kyuhyun merasakan ada yang menggenggam erat tangan kirinya. Sebuah tangan dingin, besar dan kokoh. Sosok itu tertidur damai di atas sebuah kursi rotan di pinggiran ranjangnya, dengan kepala yang terbaring nyaman di atas kasur. Sosok itu menopang kepalanya dengan tangan satunya yang bebas dari aktifitas menggenggam jemari pucat Kyuhyun. Sosok itu adalah pria betampang dingin yang tak pernah terbaca. Wajahnya terlelap dalam damai. Sosoknya yang sempurna makin berkilau akibat pijaran cahaya lampu yang menggantung indah di atap kamar. Sayang, pakaian yang dikenakannya nampak lusuh dan berantakan. Goresan merah cukup panjang menghiasi punggung baju bagian belakang dan terdapat beberapa memar di sekitar tubuhnya.

Bertempur lagi, eh? Kyuhyun tersenyum miris menatap pria yang sejak pertama bertemu telah menggetarkan hatinya. Ia mengusap sayang puncak kepala pria itu. Kau terluka lagi, Tuan Choi. Sampai kapan kau akan membuatku selalu cemas menunggumu?

Mata kucing itu terpejam. Tangannya yang mungil menyentuh bagian luka di tubuh sosok abadi di sampingnya. Perlahan pendaran cahaya hijau dari telapak tangannya menghapus bekas luka itu. Kyuhyun membuka kedua kelopak matanya. Senyum terpatri di wajah mulusnya.

Sebanyak apapun kau terluka, sebanyak itu juga aku akan berusaha menjadi obat untukmu. Selagi aku masih hidup Tuan Choi.

Kyuhyun menyayangkan kata terakhir yang baru diucapkannya. Ia tak terlalu yakin dapat bertahan hidup. Mimpi itu selalu menghantuinya. Bayangan akan kematiannya sendiri membuat ia tak kuat untuk berpegang teguh pada pendiriannya. Sejujurnya Kyuhyun sangat takut. Ia tak mau mati muda. Ia tak mau mati di saat ia baru menemukan orang-orang yang begitu peduli padanya. Lee Hyukjae, pria berkebangsaan sama dengan ibu angkatnya yang telah dianggap sebagai kakak lelakinya sendiri. Myra, gadis yang jauh lebih tua darinya tapi selalu nampak malu-malu jika berada dekat dengan pria bernama Hyukjae itu. Moza Fedora atau Jung Yunho begitulah Siwon sering mengejeknya, Paza tampan dengan segala kesempurnaan yang melekat di tubuh dan hidupnya. Pasangan pengantin baru dari Keluarga Lee, sekaligus mantan Paza yang termasuk dalam jajaran Paza tertua dan tangguh, serta lelaki yang belakangan ia sadari bahwa ia mencintai sosok itu teramat sangat, Choi Siwon. Ia tak akan pernah rela melepas mereka semua. Ia ingin merasakan kehangatan perasaan ini lebih lama lagi.

"sudah ku katakan semua akan baik-baik saja, nona Cho". Lembut. Kyuhyun merasakan usapan ibu jari di pipinya. Sosok yang tadi menjadi salah satu objek lamunannya tengah tersenyum lembut padanya. Lembut? Sejak kapan ia berubah jadi pria melankolis?

Kyuhyun menatap dalam iris mata indah itu. Sosok itu telah terjaga dari tidur lelahnya. Guratan tipis di bibir yang jarang sekali diperlihatkannya dalam kehidupan keduanya membuat pria itu berkali lipat lebih menawan dari biasanya. Begitu lembut dan tulus.

"kupertaruhkan hidup keduaku untuk kehidupanmu" suara merdunya terdengar lagi. "jadi jangan pernah berpikir untuk meninggalkan orang-orang yang menyayangimu"

"Tuan Choi-" Kyuhyun memejamkan matanya kembali, berusaha meresapi setiap perlakuan lembut yang diperbuat pria itu. "kita telah melewati satu purnama, itu artinya-"

"sshhhttt!" Siwon meletakkan telunjuknya di bibir merona itu. Ia tak ingin mendengar kelanjutan kalimat yang akan diucapkan oleh Kyuhyun. "kau akan baik-baik saja, Kyuhyun. Kita akan baik-baik saja. Jika ada yang harus mati, itu berarti merekalah yang harus mati. Bukan kau, bukan kita" didekapnya tubuh rapuh itu, mencoba memberi ketenangan pada pemiliknya.

"Siwonie" Kyuhyun menenggelamkan kepalanya di dada bidang pria yang tengah mendekapnya, berusaha mempercayai kata-kata itu.

"emm, nona Cho"

"ya?"

"itu- "

"apa?"

Pemuda bersurai madu itu mendongakkan kepalanya. Penasaran dengan apa yang terjadi pada kesatrianya.

"kau baru saja memanggilku apa?" cicit pria itu hampir tak terdengar. Ia berusaha memalingkan wajah sempurnanya, namun terlambat, Kyuhyun lebih dulu melihat rona kemerahan terpatri di wajah dinginnya. Sesaat Kyuhyun tersenyum geli, meskipun tak dapat dipungkiri ia juga sama malunya dengan pria itu. Beruntung Siwon sedang menatap ke arah lain, jadi pria itu tak dapat melihat rona yang jauh lebih merah di wajahnya.

"kau menyukainya, Wonie?" tersirat niatan untuk menggoda pria ini. Oh ayolah, jarang sekali terdapat kesempatan untuk menggoda pria angkuh ini. Kyuhyun memberi penekanan pada kata terakhirnya. Tak ada jawaban, hanya anggukan kecil dari pria itu, namun bagi Kyuhyun perlakuan itu terkesan sangat manis. Terlalu manis dari semua tingkah yang pernah ditunjukkan oleh Siwon. Hatinya menghangat.

"bisakah kau memanggilku seperti itu saja?" kembali suara merdu itu tercicit pelan.

"ne, uri Wonie~" goda pemuda itu dengan suara selembut mungkin.

"yaakkkk! Aissh! Jangan seperti itu. Cukup Siwonie saja. Kau membuatku terdengar seperti anak kecil!" bentak Siwon. Pemuda itu telah kembali ke sifat asalnya. Kyuhyun memutar bola matanya dengan malas, selalu seenaknya dan tempramen.

"yes Mr. Choi!"

"yak! Kenapa kau memanggilku seperti itu lagi?" mata tajamnya membulat sempurna. Bibirnya yang menggairahkan mengerucut lucu. Sungguh pemandangan langka bagi Kyuhyun untuk melihatnya.

Chu!

Kyuhyun mencium pipi yang menggembung lucu itu. Ia sangat gemas melihat pria abadi yang tengah merajuk di hadapannya. Jika pemuda pucat itu tersenyum geli melihat dirinya, beda lagi dengan Siwon, pria itu seolah tersengat listrik mendadak. Ia mematung untuk beberapa saat mendapat perlakuan tiba-tiba itu.

"Cha, aku mengantuk, dan kau sebaiknya kembali ke kamarmu, Tuan Choi!" Kyuhyun menyeret pria yang masih terpaku di tempatnya keluar kamar. Sejujurnya ia tidak mengantuk lagi karena tidurnya sudah cukup, tapi ia ingin menetralkan degup jantungnya yang sudah tak bisa diajak kompromi jika pria ini berada di kamarnya lebih lama lagi.

"Siwonie!" protes Paza ini tak terima mendengar namanya dipanggil seperti semula oleh Kyuhyun. Pemuda itu hanya mengangguk malas. Hal terakhir yang dilihatnya adalah senyum manis dari wajah merona itu sebelum pintu kamar itu tertutup rapat dari luar.

Huft. Tadi itu apa? Aku seperti berada dalam film picisan saja! Kau mulai gila, Choi Siwon! Pria itu berjalan menuju kamar inapnya di rumah Lee Donghae sambil menggumam dalam hati. Ditepuknya sesekali pipi tirusnya.

"El. Kau terjebak dalam pesonanya!" gumam Lee Donghae dari balik dinding dapur rumahnya. Diam-diam sedari tadi ia mengintai aktifitas sahabat sekaligus adik kecilnya itu.

.

.

.

Pagi cerah di kediaman Dave Cliff atau yang saat ini telah beralih nama menjadi Lee Donghae. Kicauan burung mengantar sang Surya menyinari permukaan bumi. Harum masakan menguar dari salah satu ruangan di rumahnya.

"aku lapar" ujar Kyuhyun sambil mengusap perutnya. Ia menghampiri Ce Ling yang tengah bergulat dengan masakannya. "kau sedang masak apa, nona Ling?"

"kau sudah bangun, Kyuhyun? hanya makanan kecil, mau membantu?" ajakan itu dibalas anggukan kecil oleh pemuda pucat itu. Dua kaum beda gender itu berkecimpung dengan semua bumbu dapur dan alat masak lainnya.

"kau terlalu banyak bicara, Hyuk!" Kyuhyun memalingkan wajahnya ke arah sumber suara. "aku akan pulang setelah urusanku di sini selesai. Tentu saja aku akan membawa makhluk cerewet itu bersamaku! Berhenti menggodaku!" Siwon berdecak kesal. Bagaimana tidak, di waktu sepagi ini tidur lelapnya diusik oleh seorang Lee Hyuk Jae yang mengaku begitu mengkhawatirkannya. Pria itu sama cerewetnya dengan Kyuhyun, menurut Siwon.

"dengar Hyuk! Aku tidak meninggalkanmu, dan heii, waktu itu kau sedang sakit, bodoh! Jadi tak mungkin aku mengganggu waktu istirahatmu. Aku baik, dan berhenti mengulang pertanyaan yang sama, Hyuk!" Kyuhyun dan Ce Ling tersenyum geli melihat tingkah Paza satu itu. Ia terus menggerutu dan membentak, sesekali ia menggeram gemas dengan seseorang di seberang telepon.

"El, kau tak mau roti ini?" Lee Donghae menghampirinya dan ikut duduk bersama Siwon di ruang makan. Tanpa permisi ia melahap roti isi yang ada di tangan pria yang notabennya lebih muda darinya.

"yak! Itu rotiku!" bentak pemuda yang lebih mengerikan dari iblis yang diburunya pada pria di sampingnya. Ia paling tidak suka miliknya diambil tanpa persetujuan darinya. Dasar Lee Donghae, ia hanya memasang tanpang polos tak bedosa, membuat Siwon semakin kesal saja. Ia sempat melupakan kegiatannya yang tengah bercakap dengan Lee Hyukjae melalui telepon.

Dugh. Dugh. Dugh.

"MUNTAHKAN!" Siwon menepuk-nemuk tengkuk pria yang lebih pendek darinya secara postur itu.

"apa?" Donghae masih menatap polos pada Siwon.

"Muntahkan! Roti yang kau makan tadi. Cepat muntahkan! Itu milikku, Hae!" bentak Siwon, raut mukanya semakin mengerikan mendapati sahabatnya masih saja belum mengerti keadaan.

"tapi sudah ku makan, El. Aaa- lihat? Sudah habis ku telan" tingkah pria Cina ini makin membuat Siwon geram.

"LEE DONGHAE!"

Dan aksi kejar-kejaran di kediaman yang tadinya aman nyaman dan damai itu pun tak terelakkan. Choi Siwon, pria jangkung dengan tubuh tegap dan berkulit terbakar itu menjelma menjadi malaikat maut yang siap memakan habis Lee Donghae. Pria itu entah saking polosnya atau mendekati bodoh, tetap tidak menyadari kesalahannya. Oh andaikan ada Yunho ada di tempat ini, pasti kegiatan Tom and Jery itu tak akan terjadi. Ya, pria sempurna nan bijaksana itu selalu menjadi tonggak yang dapat meredakan pertengkaran kedua pria tampan ini.

God. Selamatkan aku! Batin Donghae dalam hati.

.

.

.

"akhh.. sakit sayang" rintih pria bermata hijau zamrud pada wanita yang tengah mengobati lebam di wajahnya.

"Elden, maksudku Choi Siwon itu, apa dia memang selalu seperti itu?" Tanya sang istri takut-takutan. Ia menatap iba pada suaminya. Tangannya mengusap-usap lebam di wajah dan tubuh suaminya.

"kali ini aku beruntung sayang. Dia tidak menggunakan kekuatan Pazanya. Ia hanya memukulku kecil seperti ini. Kalau tidak, matilah aku" Ce Ling tersentak mendengar penuturan suaminya.

"pukulan kecil katamu? Oh Tuhan, aku tak bisa membayangkan bagaimana kau dan dia dulu saat bertengkar" Ce Ling bergidik ngeri. Awalnya ia ingin menegur tamunya itu, tapi niatannya itu diurungkan karena Donghae tak mengizinkannya, ditambah lagi, ketika ia mengetahui betapa mengerikannya Choi Siwon itu.

.

.

"APA? Berhenti memandangiku seperti itu!" bentak Siwon pada pemuda yang memandanginya dengan intens di taman belakang kediaman Lee Donghae. Sejak sepuluh menit tadi, sosok itu tetap tak bergeming.

"kenapa kau seperti itu?"

Akhirnya dia bersuara juga. Batin Siwon dalam hati. Ia tak tahan didiamkan oleh sosok mungil ini. "dia mengambil rotiku!" jawab Siwon sengit.

"childish"

"what you say?"

"childish. You!"

"yak! Cho Kyuhyun, beraninya kau mengataiku seperti itu!"

"hanya karena Donghae hyung memakan rotimu kau menghajarnya seperti itu"

"itu milikku, aku benci siapapun yang mengambil milikku tanpa izin. Lagipula aku tidak serius menghajarnya. See? Dia tak sampai pingsan, kan? Karena aku tahu sekarang ia hanya manusia biasa"

Chu!

Lagi. Ini kali kedua sosok pucat itu berbuat demikian. Kyuhyun mencium pipi bagian bawah seorang Choi Siwon dengan tiba-tiba. Hampir mengenai bibir tipisnya. Dan untuk kedua kalinya pula tubuh Paza ini membeku.

"apa kau akan melakukan hal yang sama padaku karena telah mengambil milikmu tanpa izin?" geram Kyuhyun. Ia ingin membuktikan perkataan makhluk abadi di hadapannya. Apakah pria angkuh ini akan menghajarnya juga setelah mencium pipi pria itu tanpa izin.

Lama mereka terdiam. Lebih tepatnya Siwon sendiri, sebelum akhirnya seringaian mengerikan terpatri di wajah tampannya. Kyuhyun mulai merasakan aura mengerikan menekan udara di sekitarnya. Apa ia akan menghajarku?

"aku seorang Paza Vesnica, nona. Aku seorang pria yang selalu memegang janji." Perlahan Siwon berjalan mendekati tubuh pucat itu. Langkahnya terdengar berat dan tegas, membuat Kyuhyun ikut melangkah mundur, menambah jarak di antara mereka. "siapapun yang mengambil milikku tanpa izin akan menerima akibatnya. Termasuk dirimu" suara pria itu benar-benar terdengar merdu sekaligus mematikan. Kyuhyun meneguk air liurnya. Sedari tadi ia terus merapalkan doa berharap Sang Maha Kuasa melindunginya kali ini.

"kau sudah lihat buktinya. Iblis di luar sana, Lee Hyukjae, dan yang terbaru adalah Lee Donghae. Aku masih memiliki tenaga yang cukup untuk menghajar makhluk mungil sepertimu juga" seringaian itu makin tercetak jelas di wajah tampannya. Entah mengapa seringaian itu makin menambah kadar ketampanan seorang Choi Siwon. Tampan sekaligus mengerikan lebih tepatnya. "aku akan menghajarmu dengan cara yang berbeda"

"hmmmpptt" tahu lah Kyuhyun sekarang, makna kata menghajar dari seorang Choi Siwon terhadap dirinya. Dalam sekejap pria itu telah mengurung dirinya dalam dekapannya. Ia melumat bibir sintal Kyuhyun dengan possessive.

Tuhan selamatkan aku dari makhluk kelaparan ini. Batin Kyuhyun.

Kurasa Tuhan akan lebih menyayangiku kali ini, nona Cho. Ia tahu makhluknya ini tengah kelaparan. Siwon merasa diuntungkan kali ini dengan kemampuan mereka menyelami pemikiran masing-masing. Ia akan mengerjai makhluk cerewet ini habis-habisan.

.

.

.

dengan terpaksa saya ucapkan

to be continue~

jangan lupa review n commentnya ya ^^

gomawo...

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
junne7 #1
Chapter 19: Semangat ya thor...pembaca baru nih
junne7 #2
Chapter 19: Semangat ya thor...pembaca baru nih
indira407
#3
Chapter 3: Hhaaa... Dr aq jaman SMA epep ini aq baca. Smpai skarang anak 1 maah jgaa suka baca ini epep. Hahaha
Cynthiagrace #4
Chapter 23: Daebaaaaak author-nim. maaf baru ninggalin jejak di part terakhir. soalnya seru bgt si jd penasaran pingin tau lanjutan nya. terim kasih udah bikin cerita yg unik n menarik ini. semoga author nim tetap menulis kisah2 wonkyu, mengingat byk penulis lain yg berubh haluan ataupun nyerah di tengah jalan...hehehe. ok, last but not least...sekali lagi thank u
novemberist #5
Chapter 1: Author, boleh copast jalan ceritanya buat di remake gak? mau bikin pair member Exo...Boleh gak Thor?
Gammeiwatari #6
Chapter 23: Bagus banget author-nim !!! .. ceritanya nga pasaran ... gaya penulisannya juga rapih .. bahasa yang digunakan juga halus .. totally aku suka banget sama ceritanya .. alurnya keren .. detailnya juga dapet banget !! Thank you for this amazing story .. nulis fantasy story itu nga gampang .. tapi author-nim bener bener berhasil menulia dengan luar biasaaaa
choianakyu #7
Chapter 23: ceritanya keren thor. bikin penasaran. walaupun baca sampai mata pedes. kekasih sepenggalah kapan di lanjut ..
meeKayla #8
Chapter 23: yaah bnr2 happy end.
donghae juga baik2 aja.
kyu juga ternodanya cuma ama siwon.
ditunggu ff wonkyu nya yang lain ya #ngarep.
suka bgt genre action romance bgni.
btw ternyta siwon dulunya jatuh cinta ma istri orang
kyuniiee88 #9
Chapter 23: Yeeaahhh happy ending ^^

Ditunggu next ff nya author^^
Guixian98 #10
Chapter 23: wohooooo happy end!!
hmm, ntah kenapa pas di akhir itu kok aku berasa kayak baca 'kekasih sepenggalah' ya.. wqwq
karna serius, sifat siwon yang suka ngatain kyu sama kyu yang lamban tuh sifat mereka di 'kekasih sepenggalah' banget wakakak
syukur deh ini happy end ya. gak nyangka bgt endingnya begini. padahal uda mikir yang gak2 soal hubungan wonkyu. di tunggu cerita selanjutnya~