Paza Rule!

Paza Vesnica (WonKyu Vers)

haii...

sesuai permintaan author datang lagi..

terima kasih bagi yang sudah berkenan comment di Paza Vesnica..

silent reader lainnya harus belajar seperti para amazing readers yaa ^^

dengan support dan keaktifan vote dan comment kalian akan mensukseskan kisah satu ini..

kabar gembiranya, mungkin kekasih sepenggalah akan segera rilis juga di FFn.. ^^

jangan lupa comment dan per chapter nee ^^

gomawo amazing readers..

ah.. iya hari ini 8 tahun anniversary author menjadi Whisper (WonkyuShipper)

mari rayakan bersama.. cheers.. ;) :*

komen yg banyak nee hihihi

 

 

"hei hei hei! Cepat turunkan aku bung!" Siwon meronta minta dilepaskan. Saat ini ia berada dalam gendongan seorang pria bertubuh besar dengan otot-otot kokoh yang menghiasi tubuhnya. Pria itu sama seperti Siwon. Tubuhnya coklat eksotis. Sebuah lesung pipi melekat indah menghiasi wajahnya, bedanya jika Siwon punya dua, pria asing ini hanya punya satu di pipi tirusnya. Tatapan matanya teduh dan menenangkan. Dengan sekali lihat saja kita dapat mengetahui bahwa pria ini sangat kuat. Tak usah jauh-jauh, buktinya saja kini ia tengah menggendong seorang Choi Siwon, pria dingin bertubuh tinggi tegap dan sangat ditakuti oleh para iblis.

"lukamu cukup parah, adik kecil" sahut pria melankolis itu, menatap tepat di manik mata pria yang saat ini dalam dekapannya. Senyuman lagi-lagi dilontarkannya, tapi kali ini tatapannya agak geli melihat pria yang terluka itu.

"hei! Siapa yang adik kecil, Moza Fedora? Ah, Jung Yunho yang ter- Ouucchh, cepat turunkan aku!" bentak Siwon, kali ini ia sedikit meringis karena sakit itu datang lagi. Pria yang dipanggil Moza tadi terkekeh melihatnya.

"tidakkah kau lihat betapa lemahnya dirimu saat ini Paza Elden?" ia menangkap raut wajah Siwon yang sama sekali tidak sedap dipandang. "berhentilah merengut, kau kehilangan wajah teramat tampanmu itu, bung." Berusaha menyembunyikan senyumnya, Moza menatap lurus ke depan, melesat pelan menembus kegelapan malam. Melompat dari dahan ke dahan, sebisa mungkin kecepatannya dikurangi mengingat teman seperjuangannya ini tengah terluka.

"Clianta" pria itu menghentikan langkahnya. Ia bergumam pelan, memandang takjub pada bangunan besar yang disinari cahaya bulan di depannya.

Kastil itu tampak temaram di tengah malam gelap, namun tak mengurangi keanggunannya. Pintu gerbang itu seperti biasa membuka secara otomatis ketika tuannya berada beberapa langkah di hadapannya. Moza melenggang santai berjalan masuk menuju pekarangan depan kastil. Jalan setapak yang biasa dilalui Siwon setiap harinya sudah tak asing lagi bagi pria bertubuh sixpack itu, ini bukan kali pertamanya ia mengunjungi bangunan ini. Tapi sekarang suasana bangunan ini agak berbeda, jauh lebih tenang dan asri. Moza mendongakkan kepalanya ke langit, dilihatnya cahaya biru transparan melindungi bangunan ini. Aneh. Tidak biasanya El memagari rumahnya seperti ini, karena ia tak pernah takut dengan apapun, apalagi hanya sebatas makhluk-makhluk hina yang berusaha membunuhnya dikala terlelap. Kami abadi bung! Paza Vesnica hanya akan lebur jika Sang pemilik kegelapan malam yang menghendakinya.

"kau melindungi Clianta ?"

"hem"

"apa yang terjadi?"

"aku akan menjelaskannya jika kau melepau, Moza Fedora" sahut Siwon dengan memberikan penekanan pada nama pria itu.

"hahaha lupakan kalau begitu. Aku tak akan melepaskanmu sebelum aku yakin kau berada di tempat yang aman."

"hei! Ini rumahku bung! Tentu saja aku aman."

"tidak sebelum kau berada di ranjang hangat dalam kamarmu"

"Kau!" Siwon membentak tepat ketika pintu utama kastil itu terbuka.

"Siwon-ah!" seorang peria bertubuh kurus namun berbentuk, menghambur ke arah Choi Siwon yang tengah berada dalam gendongan Pria asing di matanya.

"apa yang terjadi?" tanyanya panik. Wajahnya seketika pucat melihat keadaan Siwon saat ini.

"aku tak ap-"

"dia terluka" potong Moza. Siwon mendesis kesal pada pria yang menggendongnya itu.

"mwoo? Bagaimana bisa?"

"sudahlah, lebih baik segera bantu aku membawanya ke kamar, dan obati lukanya!" Hyuk Jae melongo melihat pria yang baru pertama kali dilihatnya, melenggang masuk dan berjalan menuju anak tangga. Seolah telah mengenal dekat bangunan ini.

"sampai kapan kau mematung disana, bung? Cepat bantu aku membopong pria tampan ini ke kamarnya!"

"ne"

"rebahkan disana" Hyuk Jae memberi arahan pada Moza, dengan hati-hati mereka merebahkan tubuh Siwon di ranjang king size nya.

"Ouucchh! Hei, sakit, bodoh!" umpatnya pada pria yang bagi Hyuk Jae asing itu, karena barusan saja pria itu menepuk-nepuk bagian pinggang Siwon yang terluka. Ia hanya nyengir kuda mendapat reaksi berlebihan dari seorang Choi Siwon.

"sebaiknya kalian keluar dulu, aku akan memeriksa luka Tuan Choi" seorang wanita berjalan masuk sambil membawa lori yang berisi peralatan kesehatan. Kedua pria itu mengiyakan dan berjalan menuju pintu.

"maaf. Aku baru pertama kali melihatmu." Ujar Hyuk Jae ketika mereka berada di luar tak jauh dari kamar tuan rumah.

"oh ya! Moza Fedora" sahut Moza tersenyum ramah sambil mengulurkan tangannya.

"Lee Hyuk Jae. Apa kau juga seorang, ummh, Paza Vesnica?"tanya Hyuk Jae sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, setelah menjabat tangan Moza tadi.

"haha! Ya, aku sama sepertinya. Omong-omong, aku baru kali ini melihatmu" Moza balik bertanya.

"sebenarnya beberapa tahun ini aku mengikutinya." Hyuk Jae tersenyum samar. Pria di hadapannya memandangnya tak mengerti. "yah. Aku mengurus beberapa perusahaannya"

"oh, aku mengerti. Jadi dia juga telah menjadi seorang businessman, eh? Hahaha!"

"sebenarnya hanya aku yang menjalankan. Choi Siwon itu malas sekali mengurus perusahaan, dia hanya ingin menutupi identitasnya saja."

"Choi Siwon? Apa itu nama barunya?"

"ya. Kau tidak tahu?"

"tidak. Sampai kau memberitahuku" Moza menunjuk Hyuk Jae dan tersenyum ramah. "tapi aku lebih suka memanggilnya El" mereka berdua tertawa renyah.

"apa kau dari Asia Timur, Hyukjae?"

"ooo.. kau tahu? Haha.. ya aku dari Korea Selatan, Moza"

"negeri ginseng eh? Aku juga memiliki nama lain disana, pemberian Lee Shin. Jung Yunho, well.. El sering sekali meledekku dengan nama aneh itu"

"hahaha"

"aaarrgghh! Itu sakit Myra" teriakan Siwon menghentikan tawa mereka, dengan cepat Hyuk Jae berhambur masuk ke kamar, diikuti Moza dari belakang.

"Siwon-ah" Hyuk Jae bergumam lirih, kini sahabatnya itu terbaring tak berdaya di atas tempat tidur sambil berteriak kesakitan saat Myra mengobati lukanya.

"Luka bakarnya sangat parah, karena terlalu lama diluar, akibatnya banyak bakteri yang masuk, kurasa kita perlu bantuan dokter, butuh waktu lama untuk menyembuhkannya, Tuan" jelas Myra pada dua pria yang baru masuk tadi, namun tatapannya lebih mengarah pada Hyuk Jae.

"lakukan yang terbaik" timpal Moza cepat. Siwon melemparkan tatapan tajam pada sahabatnya itu.

"tidak! Rahasia kita akan terkuak jika aku dirawat mereka. Pigmen kita berbeda dengan mereka, Moza!" Siwon membantah. Moza Fedora tercekat. Dalam hati, ia membenarkan perkataan sahabatnya. Sedari dulu, jika seorang Paza terluka, luka itu akan sembuh dengan sendirinya. Meskipun membutuhkan waktu yang lama.

"tapi gadis ini juga seorang perawat, El" Moza melembutkan suaranya.

"aku mempercayainya." Siwon menekankan ucapannya.

"huft, terserah kau saja, El. Kau tahu apa yang terbaik untukmu." Akhirnya Moza mengalah. Beradu argumen dengan pria ini berarti siap menerima kekalahan secara mutlak.

"dasar keras kepala" Hyuk Jae menjitak kepala Siwon. Ia tak senang melihat bocah ini membantah perkataan Moza. Walaupun tak sampai sejam ia mengenal pria itu, ia merasa lebih mudah mengakrabi Moza dari pada pemburu iblis di dekatnya ini.

"yaaak! Sakit Hyuk" Siwon berteriak sambil meringis kesakitan.

"kepala Tuan Choi terluka, Tuan Lee" seru Myra, mengkhawatirkan keadaan tuannya.

"jinja? Aiissh mianhe Siwon-ah, aku tak tahu. Joengmal mianhe" raut penyesalan tergambar di wajah pria itu. Ia benar-benar tidak tahu jika Siwon juga terluka di bagian kepala.

"sebaiknya kita tinggalkan Markus sendiri, bukankah dia butuh istirahat, nona?" Moza ikut bicara. Kini pertanyaannya ditujukan pada Myra, satu-satunya wanita di ruangan itu.

Wanita itu mengangguk pelan. "istirahatlah Tuan, jangan terlalu banyak bergerak." Myra merapikan tempat tidur Choi Siwon yang tadi agak berantakan karena pria itu meronta kesakitan. Moza dan Hyuk Jae tersenyum sambil menepuk bahu Siwon pelan. Tanda peduli.

Saat pintu tertutup, pria itu memejamkan matanya. Lelah sekali. Dan luka ini, begitu menyakitkan. Ah! Mungkin aku harus tidur untuk menguranginya. Batin Siwon. Perlahan, direbahkannya kembali tubuhnya ke tempat tidur. Selang beberapa detik, ia telah terlelap ke alam mimpi.

Waktumu semakin dekat Markus. Pergi. Pergi Markus!

Hosh. Hosh. Hosh. Kyuhyun terbangun dari tidurnya. Mimpi itu lagi. Banyak sekali bayangan samar di mimpi itu. Siapa Markus? Kenapa suara itu menyebutkan nama itu terus?

"akh! Choi Siwon!" Cho Kyuhyun. Pemudaitu beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas menuju kamar pria yang dinantinya semalam suntuk, sampai-sampai pemuda itu tak menyadari bahwa ia lupa memakai sandalnya.

Cklek! Pintu kamar terbuka sedikit. Sepasang bola mata indah mencuri pandang ke dalam ruang megah itu. Disana, di atas tempat tidur, seorang pria tengah terlelap. Sosok pengintai itu berjinjit masuk, tak ingin menimbulkan suara yang dapat membangunkan pria dingin itu. Kini jarak mereka sangat dekat. Kyuhyun dengan bebas dapat memandangi setiap inci lekuk tubuh pria yang tengah berbaring, wajahnya tampak lebih damai saat tidur dibanding ketika ia terjaga. Wajahnya yang datar memberikan kesan dingin dan angkuh.

"Tuhan! Dia tampan sekali" Kyuhyun memekik dalam hati. Baru kali ini ia benar-benar memperhatikan wajah Siwon. Ternyata pria itu memiliki wajah yang luar biasa tampan. Hidungnya yang bangir, rambutnya yang panjang dan hitam, serta kulit tan itu, kenapa semua yang melekat pada diri pria itu sangat menarik perhatiannya?

"akh! Aku pasti sudah gila!" Kyuhyun memukul-mukul kepalanya sendiri. Berusaha menghilangkan rasa kagumnya pada sosok kelewat sempurna di hadapannya.

Entah angin apa yang membawa pemuda itu, sehingga kini ia menarik sebuah kursi santai tak jauh dari perapian mendekat ke ranjang Siwon. Ditatapnya lekat-lekat pria itu. "aarrgh" pria itu mendesis kesakitan. Kyuhyun tersentak melihat reaksi pria itu. Ah! Dia hanya ngelindur rupanya, apa dia sakit? Diperhatikannya dengan seksama pria itu dari ujung kaki hingga ujung rambut.

"ya Tuhan!" Kyuhyun menutup mulutnya. Pria ini terluka. Dirabanya pinggang sebelah kanan Siwon. Ada luka bakar yang tak diperban. Dibiarkan saja seperti itu, karena masih basah. Kyuhyun meraba rambut panjang Siwon, di balik rambut lebat itu ada perban yang menutupi sebuah luka.

"Tuan Choi" bisik Kyuhyun lirih. Setetes buliran bening jatuh dari pelupuk matanya. Disusul kemudian dengan buliran-buliran lain yang jauh lebih deras dari sebelumnya. Pemuda pucat itu terisak, berusaha agar tangisnya tidak terdengar.

Kenapa aku sangat sedih melihatnya seperti ini? Tuan Choi, paboya!

Tangannya tak kuasa untuk tidak menggenggam jemari pria itu. Digenggamnya erat tangan Siwon, kemudian jemarinya bergerak menuju luka bakar yang menganga, yang dilumuri oleh ramuan dedaunan. Kyuhyun yakin, Myra lah yang melakukannya. Diletakkannya tangannya tepat di atas luka itu. Matanya menutup dan mulutnya bergerak, bergumam pelan.

Tuhan! Entah apa yang membawaku kemari dan mempertemukanku dengannya. Tapi kumohon! Sembuhkanlah pria ini. Aku tak ingin dia terluka.

Pemuda itu tetap memejamkan matanya. Cahaya kehijauan terpancar di telapak tangannya. Cahaya yang hangat mengitari luka bakar Choi Siwon. Kyuhyun ingat betul, saat berumur 13 tahun, ketika ayahnya terkena siraman air panas, dia dapat menyembuhkan luka itu hanya dengan memohon kepada Tuhan. Namun ayahnya sangat shock dan menuduhnya sebagai penyihir. Kyuhyun juga tak tahu pasti, ia hanya mengikuti nalurinya, dan tiba-tiba ayahnya telah sembuh. Sama dengan saat ini, perlahan luka bakar di pinggang kanan Siwon perlahan kering dan mulai menutup. Kyuhyun membuka mata, dilihatnya luka itu sedikit demi sedikit menutup, senyuman tulus terukir diwajahnya. Ia lelah. Matanya mulai berat, rasa kantuk berlebih kini menyerangnya. Pemuda itu tertidur di samping ranjang Siwon. Kepalanya bersandar di pinggiran ranjang, sementara tangannya tetap berada di atas luka pria itu.

Deng. Deng. Deng. Jam besar di menara kastil berdentang kuat sebanyak tiga kali, pertanda telah melewati dua per tiga malam. Seorang pria yang tak bisa lagi dikatakan muda terjaga dari tidurnya. Perlahan dibukanya kelopak matanya, kepalanya berdenyut. Rasa sakit itu kembali menyerang. Pandangannya masih agak kabur hingga beberapa detik ia telah sepenuhnya sadar. Ditatapnya langit-langit kamar, entah mengapa rasanya begitu damai tertidur hanya beberapa jam. Benar kata Moza, dengan beristirahat akan mengurangi sakit di pinggangku.

Sakit? Hei! Aku tidak merasakan sakit lagi di pinggangku! Siwon meraba pinggang kanannya dengan hati-hati, takut tersentuh lukanya yang masih basah itu. Eh? Didapatinya jemari panjang tepat berada di atas luka bakarnya. Dipegangnya sekali lagi, memastikan jika ia tidak sedang mengigau. Masih sama, ada tangan lembut dan mulus disana. Siwon menoleh ke kanan, betapa kagetnya ia saat yang ditemuinya pertama kali adalah sosok ringkih yang ditemukannya beberapa hari lalu tengah tertidur pulas di pinggiran ranjangnya.

Kau menungguiku semalaman, eh? Batin Siwon. Tangannya mengelus puncak kepala jamur itu. Rambutnya begitu halus dan harum. Tanpa sadar, ia tersenyum bahagia.

Choi Siwon! Apa yang kau lakukan, mencari kesempatan saat bocah ini tidur? rutuk Siwon dalam hati.

Terkutuklah kau Choi Siwon! Apa yang terjadi denganmu sebenarnya? Kenapa kau bisa menggilai seorang pria. Dia bukan seleramu bung? Kembali Siwon bergumul dengan pikirannya sendiri, namun hatinya membawanya untuk terus menyentuh surai cokelat itu. Ditatapnya kembali jemari panjang yang tergeletak di atas luka bakarnya. Hangat. Tapi bukan hangat yang menyakitkan. Ia menyukai kehangatan ini. Digenggamnya tangan itu dan dialihkannya dari atas luka bakarnya.

Hei! Luka ini menutup? Siwon mengusap-usap matanya, takut salah lihat. Benar! Kini lukanya menutup sempurna. Bukankah beberapa jam lalu luka itu masih menganga dan basah? Myra juga mengatakan butuh waktu lama untuk dia pulih kembali. Bocah ini-

Siapa kau sebenarnya?

"eungh!" Kyuhyun menggeliat sementara matanya masih terpejam. buru-buru Siwon menarik tangannya dari puncak kepala jamur itu. Ditutupnya kembali matanya, bergaya seakan ia belum sadarkan diri.

"kau belum sadar juga, Tuan Choi" ujar Kyuhyun saat ia mendapatkan kesadaran sepenuhnya, pria di hadapannya ini masih terpejam dengan damai. Diletakkannya punggung tangan pucat itu ke atas dahi Siwon, merasakan suhu tubuh pria itu. "syukurlah kau tidak demam. Luka itu tidak membuatmu infeksi, eh?" Kyuhyun tersenyum samar.

Demi apapun yang menguasai malam, tangannya halus sekali! Ujar Siwon dalam hati. Masih berpura-pura tidur.

Kau sudah sadar?

Tidak! Aku belum sadar.

"yakk! Tuan Choi! Aku medengarmu" Kyuhyun memukul pinggang Siwon tepat di atas luka bakarnya.

"aww! APPO!" teriak Siwon. Ia tak bisa berpura-pura tidur lagi, karena itu sakit sekali.

"aiiisssh. Lihatlah dirimu! Berpura-pura tidur seperti anak kecil" Kyuhyun melemparkan pandangan mengejek pada pria yang tengah meringis kesakitan di hadapannya. Siwon tidak menjawab, ia terus memegangi pinggangnya dan meringis menggambarkan rasa sakitnya. Raut wajah Kyuhyun berubah ketakutan, ia khawatir telah membuat pria ini menderita kesakitan.

"apa itu sakit Tuan Choi? Maafkan aku, aku tak-"

"kau mencemau, nona?" Siwon mencegah tangan Kyuhyun yang hendak meraba bekas lukanya, kemudian menggenggamnya posesif. Senyuman khas tergambar di wajahnya.

"tentu saja! Semalam kau mengigau kesakitan!" Kyuhyun menaikkan nada bicaranya, menutupi rasa gugupnya saat ini. Jujur saja, semenjak ia sadar betapa mempesonanya pria dihadapannya ini, setiap kali bersentuhan seperti ini membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

"aah! Aku sangat berterima kasih sekali, seorang nona manis berwajah polos sepertimu mengkhawatirkan pria paling tampan di dunia sejak beberapa abad terakhir." Siwon berkata lembut, sok manis sekali, dengan wajah dibuat-buat seperti anak kecil.

Sial! Wajah Kyuhyun bersemu merah melihat perubahan air muka Siwon.

"dan aku juga berterima kasih jika kau mau mengakui pesonaku secara langsung" tambah Siwon, senyuman kemenangan berkembang di wajahnya, membuat Kyuhyun menatap sadis ke arahnya.

"lepaskan tanganku Tuan Mesum. Sudah berapa kali kukatakan aku ini pria!" ujarnya penuh penekanan.

"hei! Aku bukan pria mesum!"

"benarkah? Well, apa namanya jika di tengah kegelapan, ditempat yang kotor dan berbau saat tengah bersembunyi dari kejaran makhluk-makhluk aneh itu kau mencuri ciuman pertamaku?" Kyuhyun mencibir, mengungkit kejadian beberapa hari lalu.

"yakk! Kau-" Siwon menghentikan ucapannya. Ia tak dapat membela diri, yang ada sekarang wajah pria itu bersemu merah.

"maafkan aku. Yang ada di pikiranku saat itu adalah mengamankanmu bagaimanapun caranya" tambahnya pelan. Tapi itu enak sekali!

"yakk! Benar kan! Kau-, kau menikmatinya" ujar Kyuhyun frustasi. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri, kemudian berlalu meninggalkan kamar Siwon sambil menghentak-hentakan kaki seperti anak kecil. Sudah lama ia tidak bersikap seperti ini.

"oh Tuhan! Mengapa kau menghukumku seperti ini? Apa salah dan dosaku hingga kau merenggut semua mimpi indahku, mimpi yang kurajut sejak kecil! Bertemu gadis cantik, menikmati kemolekan tubuhnya, memberikan segala cinta, jiwa dan raga untuknya, aaaaaakkkhhh!" Kyuhyun terus bersungut, menuntut penjelasan dari Tuhannya, seraya menuruni anak tangga. Ia ingin memakan apapun. Apapun yang dapat melampiaskan rasa frustasinya saat ini, hingga tak sadar ketiga pasang mata memperhatikannya sejak tadi.

"Myra noona! Berikan aku apapun untuk bisa di makan. Aku kesal sekali!" ucapnya pada Myra yang menatapnya dengan wajah bingung.

"ummh, ada di lemari pendingin" jawabnya singkat. Mengikuti langkah Kyuhyun menuju dapur.

"siapa dia?" Moza melongo memandangi bayangan tubuh pemuda pucat yang hilang di antara sekat rumah.

"Cho Kyuhyun. Pemuda yang dilindungi Siwon" ucap Hyuk Jae sambil menampakkan gummy smilenya.

"jadi itu alasan kenapa ada tabir pelindung di sekitar Clianta?" Hyuk Jae hanya mengangguk. Saat Moza hendak bertanya lebih jauh, mereka mendengar derap langkah tegas menuruni anak tangga. Siapa lagi kalau bukan si empunya kastil megah ini, Choi Siwon.

"Siwon-ah! Kau sudah sadar?" pekik Hyuk Jae gembira.

Moza ikut berdiri ketika Hyuk Jae, pria asal negeri ginseng itu sudah lebih dulu menggelayut di lengan Siwon. Seperti, errr- monyet!

"hoooaaaaah! Moza, lihatlah! Lukanya sudah menutup!" Hyuk Jae membuka mulutnya lebar, sementara pria yang dipanggilnya tadi ikut berhambur pada pria yang baru turun dari lantai atas. Memeriksa keadaannya, memperhatikannya secara seduktif dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"bagaimana bisa, El?" ujar Moza tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Siwon hanya tersenyum tipis. "kita belum sempat bicara Moza. Yakk! Apa-apaan kau Hyuk? Cepat lepaskan tangan baumu itu dari lenganku!" pria itu berkata lembut pada Moza, dan mendadak berteriak ketika menatap Hyuk Jae. Dasar Hyuk Jae! Kalau aku jadi dia, pasti sudah sangat tersinggung. Tapi lihatlah pria bodoh itu, alih-alih tersinggung, ia malah tersenyum lebar, membuat kedua matanya hilang. Moza menatap geli pada kedua makhluk di depannya ini. Ia merasa senang, Elden Eldson, sahabat yang ditemukannya saat Siwon, nama pria itu sekarang, bangkit dari kematiannya dan memilih jalan hidup sebagai Paza Vesnica, dapat berteriak keras dan menunjukkan ekspresinya pada orang lain di sekitarnya. Sejak berabad-abad lalu belum pernah dilihatnya Elden dapat tertawa renyah dan berteriak-teriak seperti anak kecil. Ia selalu menutup diri dan memasang tampang dingin tanpa ekspresi. Hingga membuat orang-orang segan mendekatinya. Dalam hati, Moza merasa bersyukur, akhirnya selama kehidupan mereka yang panjang dan membosankan, Elden menemukan sahabat seperti Lee Hyuk Jae. Pria bertampang bodoh namun memiliki otak cerdas dan berhati emas.

"duduklah" ujar Siwon pada pria yang lebih tua darinya. Meski begitu tubuh itu tak menampakkan guratan tua sedikitpun, saa seperti dirinya, abadi. Wajahnya pun tampan luar biasa. Apalagi ketika ia tersenyum, lesung pipinya membuat ia semakin terlihat berkharisma.

"tssk! Kenapa gaya bicaramu berbeda saat bersamaku dan Hyuk Jae?" Moza Fedora, nama pria itu. Ia menjitak kepala Siwon dengan gulungan koran yang ditemukan tadi pagi di atas meja makan. Sengaja dibawanya, karena belum sempat dibaca.

"yakk! Beruang!" bentak Siwon, ia bersungut sambil membenarkan rambutnya. Tak rela ketampanannya akan hilang setelah dengan sukses pria di hadapannya itu mendaratkan pukulan di kepalanya.

"haha! Kau terlihat lebih hidup, El" ujar Moza tenang. Senyuman tersungging di wajah teduhnya.

Siwon menatap sesaat pada Moza, kemudian beralih menatap tirai jendela yang tersibak akibat hembusan angin. Senyuman tulus tergurat di wajahnya. Bukan senyuman berupa seringaian mengejek yang selama ini selalu ia tunjukkan pada setiap orang.

"dia pria aneh, Moza" Moza mengernyitkan dahi, tak paham. "seperti monyet yang selalu mengikutiku dan berjanji akan selalu setia padaku sampai akhir. Padahal dia tahu siapa aku sebenarnya, tapi tak ada sedikitpun rasa takut di wajahnya. Kau tahu? Haha! Ketika pertama kali mendengar bahwa aku adalah makhluk abadi, wajahnya sangat terlihat bodoh. Haha! Entah setan apa yang merasukiku hingga membawanya kemari dan mempercayakan sebagian hartaku untuk dijadikan aset perusahaan yang didirikannya di seluruh penjuru Inggris. Kau tahu? Itu sangat menggelikan. Dia bermaksud melindungiku, eh?!" Moza memperhatikan setiap gerak-gerik Siwon saat menceritakan pria yang kini tengah berdendang ria di kebun depan kastil.

"menikahlah dengannya" goda Moza.

"aissh!" Siwon menerjang Moza, hingga kursi yang diduduki pria itu terpental beberapa meter. Moza Fedora, hanya tertawa bahagia sukses membuat sahabat lamanya ini marah.

"lalu, apa yang membuatmu kemari ?" tanya Siwon, kembali tenang dan memasang wajah serius.

"Dave Cliff, menikah"

"APA?" Siwon tersentak. Sudah lama ia tak mendengar kabar pria itu.

"hem" Moza tersenyum getir.

"manusia? Oh tidak! Dia tak boleh melakukan itu. Dia akan lebur, Moza!"

"aku sudah memperingatkannya. Tapi sepertinya cinta telah membutakannya."

"dasar ikan bodoh!" Siwon mengumpat. Sebenarnya ia sangat takut jika pria yang kini tengah mereka bicarakan itu akan selamanya menghilang dari pandangannya. Selain Moza, Dave adalah sahabat terbaiknya. Meskipun mereka bertiga terpisah jarak, namun persahabatan itu tak akan pernah pupus.

Moza Fedora, seorang Paza Vesnica dari negeri Atlantis. Sedangkan Choi Siwon menetap di Chichester, kota kecil bagian Inggris Raya. Dave Cliff sangat jauh meninggalkan mereka, ia tinggal di daratan Cina beberapa puluh tahun ini. Mereka memang tak boleh berdekatan dalam jumlah banyak, karena Paza Vesnica di bumi ini jumlahnya sangat sedikit. Hanya ada 20 mungkin, ditambah lagi beberapa di antara mereka telah lebur karena menyalahi aturan. Mereka jatuh cinta dan menikah dengan manusia biasa. Membuat penguasa malam murka dan memusnahkan mereka.

Kedua pria itu saling diam. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Siwon menatap nanar tirai jendela yang melambai-lambai diterpa angin. Ia tak akan pernah rela Dave Cliff menerima takdirnya, lebur. Bukankah itu sangat menyakitkan? Lebih sakit dibanding kematian.

"kau bodoh, Dave" geram Siwon, kepalan tangannya meremas kuat celana denim yang saat ini dikenakannya.

"cinta membutakan segalanya, El. Dan kuharap kau-"

"aku tak akan pernah jatuh cinta, Moza! Dan kau tahu itu!" tatapannya tajam. "tidak, setelah aku bangkit dari kematian" Siwon mendengus keras. Ia berusaha menghilangkan luka lama yang tanpa sengaja terpancing oleh Moza.

"maafkan aku, El. Aku tak bermaksud mengingatkanmu tentang-"

"sudahlah. Aku sudah cukup shock dengan kabar Dave, jangan kau tambah dengan membuka memori kelamku." Lagi-lagi pria itu memotong ucapan sahabatnya.

"ah! Baiklah, lupakan!" ujar Moza pada akhirnya. Mereka kembali diam dalam kecanggungan, seolah ada dinding tebal yang menghalangi mereka. Moza merasa dia begitu jauh dengan Siwon. Ia tak dapat merengkuh pria ini dalam pelukannya, hanya untuk sekedar berbagi keperihan. Memang penyakit hati itu tak ada obatnya dan dia yakin, Lee Hyuk Jae tak tahu akan hal ini. Sedekat apapun Siwon dengan orang lain, ia tak akan pernah membicarakan tentang masa lalunya. Pria itu, selalu memakan rasa sakitnya sendiri.

"yakkk! Kau tak boleh pergi dari tempat ini, Cho Kyuhyun!" teriak Hyuk Jae dari bawah, membuat dua pria ini saling pandang dan berlari menuju balkon kastil. Di luar sana, Hyuk Jae berusaha mencegah seorang pemuda yang meronta ingin pergi dari tempat itu.

"lepaskan aku, hyung! Ayahku sedang sakit keras. Aku tak bisa berdiam diri disini!" Kyuhyun berusaha sekuat tenaga melepaskan cengkeraman Hyuk Jae dari tangannya.

"mengertilah Kyu, berkeliaran di luar sangat berbahaya bagimu! Jebaal! Kajja, kita kembali ke dalam" bujuk pria itu selembut mungkin. Siwon yang melihat hal itu dengan cepat terjun dari lantai tiga tempatnya dengan Moza berada. Ah tidak! Lebih tepatnya melayang. Ketika telah mendarat dengan sempurna di tanah, ditatapnya tubuh ringkih itu dengan intens. Mereka saling pandang dalam diam. Raut wajah Siwon tetap tenang dan datar.

"Tuan Choi, lepaskan aku, biarkan aku pergi, kumohon!" mata kucing itu memerah, berusaha membendung air matanya yang sebentar lagi akan keluar.

"mengertilah, nona" sahut Siwon dingin. Pandangannya kosong, tanpa ekspresi.

"ayahku. Hiks. Ayahku sedang sekarat, aku tak bisa membiarkannya sendiri. Hiks" Kyuhyun menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Bahunya berguncang, ia tak kuasa menahan tangis. Isakannya membuat Hyuk Jae melemas, pria ini tak bisa melihat tamu barunya itu menangis. Entah mengapa, makhluk pucat indah di hadapannya ini telah mencuri rasa sayang dari dirinya.

"Kyuhyun-ah" lirih Hyuk Jae.

"darimana kau tahu?" ujar Siwon masih tak kalah dingin dari sebelumnya.

"dari mimpiku. Mereka- Makhluk itu mendatangi rumahku dan menyakiti ayahku." Jawab Kyuhyun sambil tersengal menahan guncangan tubuhnya sendiri.

"mimpi. Hanya mimpi? Dan kau percaya itu?" Siwon tertawa mengejek. "mimpi hanyalah bunga tidur, nona!"

"aku yakin itu bukan bunga tidur, Tuan Choi!" bentak Kyuhyun, Siwon dan Hyuk Jae tersentak mendapat reaksi seperti itu. Begitupun dengan Moza yang sedari tadi memperhatikan mereka dari atas balkon kamar. Meskipun Kyuhyun sering berteriak-teriak tak jelas, tapi wajahnya tak pernah semengerikan saat ini. Apa ia benar-benar serius? Entahlah!

"sebaiknya kau temani dia, El" ujar Moza, melayang rendah, menghampiri mereka dan tersenyum pada Kyuhyun setelah berhasil mendarat dengan sempurna.

Siwon memandang ke arah Moza, begitu pula dengan Hyuk Jae dan Kyuhyun. Pria itu sekali lagi tersenyum, "kurasa ia perlu memastikan mimpinya".

Senyuman mengembang di wajah Kyuhyun. Ia berbalik menatap Siwon. Menuntut jawaban darinya. Hyuk Jae menepuk pundaknya, pertanda ikut meyakinkan usulan Moza. Siwon hanya menghela nafas, dan itu berarti ia menyetujuinya. Kyuhyun menghambur dalam pelukan Hyuk Jae. Membuat pria itu sedikit kaget namun kemudian tertawa renyah.

Hei! Kenapa malah memeluk si monyet itu? Aku yang mengizinkanmu pergi, nona! Umpat Siwon dalam hati tak rela melihat pemandangan di hadapannya.

"karena dia baik! Tidak sepertimu" Kyuhyun melayangkan tatapan membunuh pada Siwon. Lagi-lagi pria itu merutuki dirinya sendiri. Ia lupa bahwa pria ini dapat membaca pikirannya. Satu lagi hal misterius yang belum mendapat jawabannya.

"bersiaplah, satu jam lagi kita berangkat." Ujar Siwon setenang mungkin. Wajahnya kembali dingin, dan melenggang masuk ke dalam kastil. Moza hanya tersenyum, sebelum akhirnya mengikuti jejak Siwon berjalan menuju kastil.

"tunggu!" suara Kyuhyun menghentikan langkahnya.

"terima kasih telah membantuku. Tapi, ummh, aku baru kali ini melihatmu" ujar Kyuhyun sambil tersenyum kekanakan. Moza tersenyum geli melihat tingkah pemuda ini. Bagaimana mungkin ia tidak menyadari keberadaan Moza yang sejak semalam telah berada di tempat ini.

"Moza Fedora, sahabat Elden. Ah, kau keturunan Korea kan, nama lainku Jung Yunho" ucapnya ringan.

"Elden?"

"Choi Siwon" bisik Hyuk Jae menerangkan.

"hei! Jadi namanya Elden atau Choi Siwon?"

"keduanya, nona" lagi-lagi Moza tersenyum lembut pada pemuda itu, membuat Kyuhyun merengut. Tak heran jika El memanggil si rambut jamur ini nona.

"ummh, ah ya! Cho Kyuhyun. Senang berkenalan denganmu. Sebaiknya aku memanggilmu apa, tuan?"

"senyaman mungkin yang kau rasakan." Untuk terakhir kalinya Moza tersenyum, sebelum melenggang kembali masuk ke kastil.

"kau menyukainya eh?" goda Hyuk Jae sambil menyenggol bahu Kyuhyun.

"dia tampan, hyung. Aku iri" jawab Kyuhyun sambil senyum-senyum sendiri melihat sosok yang kini telah hilang dari pandangannya.

"huft, kurasa itu tak boleh Kyuhyun-ah" Hyun Mi menatap tak mengerti dengan ucapan Hyuk Jae barusan. Pria itu pergi tanpa memberikan penjelasan lebih padanya.

jangan lupa vote dan comment nee ^^ . .

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
junne7 #1
Chapter 19: Semangat ya thor...pembaca baru nih
junne7 #2
Chapter 19: Semangat ya thor...pembaca baru nih
indira407
#3
Chapter 3: Hhaaa... Dr aq jaman SMA epep ini aq baca. Smpai skarang anak 1 maah jgaa suka baca ini epep. Hahaha
Cynthiagrace #4
Chapter 23: Daebaaaaak author-nim. maaf baru ninggalin jejak di part terakhir. soalnya seru bgt si jd penasaran pingin tau lanjutan nya. terim kasih udah bikin cerita yg unik n menarik ini. semoga author nim tetap menulis kisah2 wonkyu, mengingat byk penulis lain yg berubh haluan ataupun nyerah di tengah jalan...hehehe. ok, last but not least...sekali lagi thank u
novemberist #5
Chapter 1: Author, boleh copast jalan ceritanya buat di remake gak? mau bikin pair member Exo...Boleh gak Thor?
Gammeiwatari #6
Chapter 23: Bagus banget author-nim !!! .. ceritanya nga pasaran ... gaya penulisannya juga rapih .. bahasa yang digunakan juga halus .. totally aku suka banget sama ceritanya .. alurnya keren .. detailnya juga dapet banget !! Thank you for this amazing story .. nulis fantasy story itu nga gampang .. tapi author-nim bener bener berhasil menulia dengan luar biasaaaa
choianakyu #7
Chapter 23: ceritanya keren thor. bikin penasaran. walaupun baca sampai mata pedes. kekasih sepenggalah kapan di lanjut ..
meeKayla #8
Chapter 23: yaah bnr2 happy end.
donghae juga baik2 aja.
kyu juga ternodanya cuma ama siwon.
ditunggu ff wonkyu nya yang lain ya #ngarep.
suka bgt genre action romance bgni.
btw ternyta siwon dulunya jatuh cinta ma istri orang
kyuniiee88 #9
Chapter 23: Yeeaahhh happy ending ^^

Ditunggu next ff nya author^^
Guixian98 #10
Chapter 23: wohooooo happy end!!
hmm, ntah kenapa pas di akhir itu kok aku berasa kayak baca 'kekasih sepenggalah' ya.. wqwq
karna serius, sifat siwon yang suka ngatain kyu sama kyu yang lamban tuh sifat mereka di 'kekasih sepenggalah' banget wakakak
syukur deh ini happy end ya. gak nyangka bgt endingnya begini. padahal uda mikir yang gak2 soal hubungan wonkyu. di tunggu cerita selanjutnya~