Negeri Tirai Bambu

Paza Vesnica (WonKyu Vers)

to YOU who wrote this..

from WKS:
[ Yaelah tulisan begini doang aja songong banget lu thor. Tulisan amatiran gini, lagaknya udah kayak author pro. Pake nyuruh readers "Smart" and "Good", memang situ smart and good author? Beh, masih jauh thor. ]

thank you-

its hurting me so much!

 

and more thankfull to anothers who still believe and supporting me to continuing this story..

.

.

.

PAZA VESNICA

.

.

 

Choi Siwon!"

Suara itu! apa aku mulai mengigau di tengah sekaratku? Hingga diri ini berhalusinasi segila itu.

"Choi Siwon!"

Jemari panjangnya mengulur pada benda berat yang hampir menyentuh karang laut. Tangan besar itu ditariknya ke atas menuju permukaan. Sekuat tenaga pemuda itu mengayuhkan tangan kanannya agar terangkat ke atas. Sementara tangan kirinya memegang erat jemari kokoh yang nyaris tak bernyawa.

Aku bersumpah akan mengutuk diriku sendiri jika kau tak terselamatkan, Tuan Choi! Kumohon bertahanlah!

Kyuhyun mengepakkan kakinya sekuat tenaga. Menerjang gelombang air agar dapat naik ke permukaan. Dingin yang menusuk tulangnya tak lagi diindahkan. Bahkan air yang masuk ke dalam kerongkongannya sudah tak ia pedulikan lagi.

Cahaya apa itu? Begitu hangat menyambut tanganku. Silau. Makin lama cahaya itu makin menarikku. Apa ini yang dinamakan gerbang kematian?

.

.

.

Silau. Benda bulat putih bersinar terang ketika sepasang mata indah itu membuka. "Ouch!" pria itu mengerang memegangi kepala belakangnya yang terasa berdenyut. "dimana ini?" ia mengedarkan pandangannya. Lampu gantung, plafon, jendela kaca, tembok putih. Oh yang jelas ini bukan alam baka. Terakhir, ia mendapati sosok pucat bertubuh malaikat tengah tertidur pulas di pinggiran ranjang tempatnya terbaring.

"kau menyelamatkanku lagi, eh?" tangan besar dan panjang miliknya mendarat lembut di puncak kepala sosok bermata bulat yang tengah tidur pulas sambil memegang tangan kiri seorang Paza yang baru terjaga.

"eungh!" buru-buru pria itu memejamkan matanya kembali ketika menyadari ada pergerakan dari sosok ringkih itu. Mungkin ia juga mulai terjaga. Lama Siwon merasakan keheningan di ruangan itu. Apa anak itu tertidur kembali? Entahlah, ia tak dapat melihatnya.

Chu~

Sebuah benda kenyal dan lembut mendarat di keningnya. Hati Siwon berdesir hebat. Ia sangat tidak menyangka mendapat perlakuan seperti itu. Buru-buru dikuncinya pemikirannya agar tak terbaca oleh pemuda ini. Ia tak ingin mati konyol karena kedapatan pura-pura tidur seperti anak kecil.

"suhu tubuhmu sudah menurun, Tuan Choi, kuharap kau cepat sembuh. Aku sangat mencemaskanmu!"

Siwon mendengar gumaman lembut. Entah mengapa, baginya perkataan yang terlontar dari mulut Kyuhyun pagi ini bagaikan lantunan lagu yang mengalun merdu.

"maafkan aku karena telah membawamu dalam masalah besar!" tubuh itu menjauh, derap langkahnya terdengar mendekati pintu keluar. Siwon membuka mata ketika pemuda itu dirasa benar-benar telah lenyap dari hadapannya.

"aku tak akan mundur, noa Cho!" gumamnya lemah.

.

.

.

Hangat, sepasang tangan besar melingkar erat di pinggang milik seorang pemuda. Menempelkan dada bidangnya di punggung pemuda ini ternyata menjadi hal baru yang digemari Choi Siwon. Subuh tadi pria itu mengendap-endap masuk dalam salah satu kamar yacht yang sedang ditumpanginya. Sangat nyaman berada di posisi seperti ini, sehingga tak sengaja ia juga ikut terlelap di samping si pemuda pucat. Merasakan aroma shampoo yang menguar dari rambut pemuda ini memberikan sensasi kenyaman tersendiri di indra penciumannya. Di kecupnya lembut pundak mulus yang tanpa sengaja terlihat saat pemuda itu terlelap.

Cho Kyuhyun nama pemuda itu, mata bulatnya membuka terpaksa. Sulit sekali mendapatkan kesadaran seutuhnya. Ia menggeliat dan merentangkan tangannya, tidur selama empat jam ternyata belum membuatnya puas untuk mendapatkan energi yang prima di pagi ini. Ditambah kantung mata yang melingkar di sudut bawah matanya, sukses membuat cibiran kecil keluar dari bibir indahnya. Tiba-tiba perutnya terasa terdesak. Ia baru menyadari ada sepasang tangan yang melingkar manja dari belakang. Kyuhyun memang terbiasa tidur dalam posisi miring. Aroma maskulin yang sangat kuat namun lembut masuk ke indra penciumannya. Pria itu lagi-lagi mengejutkannya dengan pelukan dari belakang. Pemuda itu tak dapat menolaknya. Malah ia menginginkannya. Berada dalam posisi seperti ini sedikit melupakannya dari persoalan hidup yang kian rumit. Sebentar saja, biarkan begini.

Kyuhyun merasa ada benda hangat yang lembut tertempel di pundakya. Ada yang bernapas disana. Bibir pria itu mengecup pundaknya. Apa dia masih tertidur? Atau memang semenjak tadi bibir itu terus menempel di pundak mulusnya? Pemuda itu tersenyum dalam hati mendapati tingkah pria yang selama ini selalu memasang tampang dingin dan angkuh bisa berbuat semanis ini. Dengan gerakan sangat pelan Kyuhyun membalikkan tubuhnya, menghadap langsung pada sosok yang diam-diam masuk dan tidur di sampingnya. Mata pria itu masih mengatup, napasnya sangat pelan namun teratur. Mata, hidung, bibir, rahang, semua tampak melekat sempurna menghiasi pahatan wajahnya. Ia seperti patung hidup.

Bisakah aku melihat wajah ini setiap saat mataku terbuka?

Entah setan apa yang merasuki pikiran pemuda itu sehingga membuatnya berani bergerak mendekati bibir tipis Siwon dan mengecupnya lembut. Siwon membuka mata mendapati sensasi panas menjalari bibirnya. Jantungnya berdentum keras mendapati wajah polos yang begitu dekat dalam jarak pandangnya. Pemuda pucat itu menutup matanya dengan bibir merah yang masih tertempel lemah di bibir Joker Choi Siwon. Siwon tersenyum dalam hati. Ditariknya tubuh pemuda itu agar lebih mendekat intim ke tubuhnya sendiri. Dilumatnya lembut bibir bawah si pucat, membuat Kyuhyun membuka matanya dan tak kalah kaget dengan ekspresi Siwon ketika terjaga tadi. Wajahnya memanas, tersirat dari rona pipinya yang memerah.

Sebentar saja seperti ini! Siwon meminta izin dalam hati. Tak ada jawaban, hanya ada kecupan-kecupan hangat dari perpautan kedua bibir itu. Kyuhyun menutup matanya menikmati sensasi romantika pagi yang diberikan pria abadi ini.

Kau tampak menggairahkan, nona Cho!

PLAKK!

"Ouch!" Siwon meringis setelah sebuah pukulan keras mendarat di kepalanya.

"yakk! Dasar pria mesum!" mata bulat itu melotot tajam pada pria yang tengah mengusap kasar kepalanya sendiri.

Siwon bersungut, kemudian cengiran lebar tergambar di wajah sempurnanya. Deretan gigi putih nan rapih itu berhasil membuat sebuah senyuman terukit tulus di wajah Kyuhyun. Ia tak jadi marah. Mudah sekali pria ini membalikkan moodnya.

"aku lapar!" ujarnya masih dengan cengiran lebar seperti anak berusia lima tahun yang meminta makan pada ibunya.

"bukankah makanan hanya formalitas bagimu?" Kyuhyun menatap heran atas permintaan aneh yang dilontarkan pria indah itu.

Anggukan ceria lagi-lagi membuat Kyuhyun tak habis pikir, ada apa dengan pria itu?

"aku ingin makan!"

"makan apa?"

"dirimu!"

PLAKK! Lagi-lagi pukulan keras berhasil mendarat di kepala Siwon. Pria itu tertawa keras mendapati wajah pemuda di hadapannya sudah seperti udang rebus.

"mudah sekali menggodamu, nona Cho" ujarnya di sela kikikan tak berujung. Kyuhyun menatap sadis padanya, namun tatapan itu berubah meneduhkan ketika mata indah itu mendapati pria di hadapannya tengah tertawa polos tanpa topeng datarnya. Tangannya seolah bergerak sendiri menarik tengkuk pria itu, menariknya dalam pelukan erat.

"maafkan aku telah membawamu ke dalam masalahku, Tuan Choi!" Siwon terdiam mendapati perlakuan mendalam dari pemuda ini. Guratan senyum ketulusan tergambar di wajah sempurnanya. Tak ada jawaban, namun elusan lembut di punggung si pemuda pucat tampaknya cukup menjadi jawaban akan kata hatinya. Pemuda ini tak akan pernah ia lepaskan lagi. Apalagi untuk diserahkan pada makhluk terkutuk yang haus akan kekuasaan dan pemujaan dunia. Ia tak akan pernah rela.

"aku tak akan membiarkanmu terjatuh ke laut untuk ketiga kalinya, Tuan Choi!" Siwon tersedak mendengar ucapan Kyuhyun yang sukses menciptakan petir di hatinya.

"apa maksudmu?" pria itu melepaan pelukannya dan menatap lekat di manik mata cokelat itu.

"aku melihat semuanya. Kenangan masa lalumu." Ujar Kyuhyun pelan. Siwon membuang muka, wajahnya memanas. Tak ada yang pernah mengetahui benar masa lalunya. Tapi kemampuan pemuda ini menyelami pikirannya membuatnya tak sengaja berbagi pikiran akan masa lalunya. Wajahnya kembali terbenam dalam pelukan ketika jemari-jemari panjang kembali menariknya.

"tak apa jika kau tak ingin menceritakannya. Aku akan menunggu! Jangan menyimpan kepedihanmu sendiri, Tuan Choi!" perkataan Kyuhyun suskes menohok uluh hati Siwon. Ia memang tak pernah mempercayai orang lain untuk berbagi kenangan masa lalunya.

.

.

PAZA VESNICA

.

.

Udara musim panas merasuki permukaan kulit putih pucat milik Kyuhyun. Di Cina musim panas ternyata datang lebih cepat. Mereka berdiri di anjungan kapal, menunggu kedatangan kerabat Choi Siwon. Kyuhyun mengetuk sepatunya pelan di lantai, sembari mnghembuskan napas kasar. Membuat poninya yang sedikit kepanjangan tersibak lemah. Siwon mencuri pandang pada anak manusia di sampingnya, ia terkikik geli dalam hati. Sejak kejadian tadi pagi Paza ini menutup jarak pikirnya agar pemuda itu tak dapat membaca pikirannya. Akan lebih baik begini. Terlalu banyak rahasia yang ia ketahui juga tidak begitu baik. Apalagi mengingat tak ada batasan di antara mereka.

Kyuhyun berdecak pelan melihat tingkah pria di sampingnya. Baru tadi pagi ia mendapati tingkah manis dan polos dari manusia abadi ini, namun sekarang tabiatnya yang begitu acuh dan dingin kembali menyelimuti tubuhnya. Tak bisakah pria ini bertindak alami lebih lama lagi? Kenapa dia suka sekali menatap orang dengan pandangan dingin dan datar seperti itu?

"YAKK!" teriakan keras mengalihkan fokus Kyuhyun dari sungutannya. Seorang pria manis dan lagi-lagi sangat tampan melambaikan tangan di kejauhan. Tangan satunya menggenggam erat jemari seorang wanita yang mengekor di belakangnya. Mereka sedikit berlari kecil.

"Elden Eldson, cintaku!" ujarnya sambil merentangkan tangan siap menerima pelukan dan tersenyum ceria dengan mata tertutup.

"yakk! Cepat peluk aku!" ujarnya kemudian ketika apa yang diinginkannya tak kunjung datang. Siwon berdecak kasar melihat tingkah mantan Paza satu ini.

Melihat tak ada gerakan pasti dari pria bertubuh tinggi dengan tatapan luar biasa kosong, tangan besar milik Lee Donghae, pria bermata hijau zamrud, menariknya paksa agar masuk ke dalam pelukannya. Siwon tersedak karena pelukan yang terlalu erat dari sahabat lamanya, sementara wanita yang ada di belakang pria Cina itu hanya terkekeh.

"kau tampak pucat, El!" Donghae menatap lekat Paza yang sudah dianggapnya keluarga sendiri. Baginya Siwon jauh lebih pucat sejak pertemuan terakhirnya sebulan lalu. Detik berikutnya matanya beralih pada seorang pemuda bertubuh ringkih dengan rambut cokelat bergelombang melayang lembut di pundak belakangnya akibat terpaan angin laut.

"Cho Kyuhyun" ucap Siwon datar seolah mengetahui apa yang dipikirkan sahabatnya.

"dia-" ucapan Donghae terputus melihat senyuman getir terpancar di wajah pucat sosok itu.

"Hae-ah! Sebaiknya kita lanjutkan di rumah saja. Kurasa tamu kita ini pasti lelah melakoni perjalanan jauh!" perkataan Ce Ling membuat Donghae berbalik menatap istrinya. Ia membenarkan perkataan itu dan tersenyum pada Siwon dan Kyuhyun.

"benar! Kalian pasti lelah!" tangannya mengayun ringan mempersilahkan kedua insan dari negeri Chichester itu mengikutinya di belakang, menuju lapangan parkir tempat ia dan Ce Ling memarkirkan mobil.

.

.

"namamu Kyuhyun?" ujar seorang wanita bertubuh mulus dengan lekukan sempurna melekat pada dirinya ketika mengantar tamunya ke dalam kamar yang ada di lantai satu rumah berdesain oriental di kawasan Gwang Zhou, Cina.

"ummh" pemuda yang di panggil hanya mengulum senyum yang makin membuat wajahnya terlihat manis. Mereka duduk di pinggiran ranjang ketika koper kecil milik Kyuhyun berhasil diletakkan di pinggir bawah ranjang.

"kau, apa kau berasal dari Korea? Tapi wajahmu tak mencerminkan namamu!" Ce Ling menelisik seluruh yang melekat pada diri Kyuhyun penuh minat.

"nama pemberian ibu angkatku" lagi-lagi Kyuhyun tersenyum manis. Ce Ling cukup gemas dengan pemuda di sampingnya.

"istirahatlah, kau harus merehatkan tubuhmu setelah perjalanan jauh."

"tunggu! Dimana Tuan Choi?" Kyuhyun mencegah Ce Ling yang ingin berlalu.

"dia bersama suamiku" suara Ce Ling begitu lembut merasuk di indra pendengaran Kyuhyun. Lagi-lagi ia hanya bisa tersenyum manis, pemuda ini mengagumi kecantikan oriental milik istri Lee Donghae.

.

.

.

"bodoh! kenapa itu bisa terjadi?" Donghae menggebrak meja yang ada di ruang kerja rumahnya. Pria di hadapannya hanya menatap sendu jendela kaca yang terbuka di lantai dua.

"aku belum bisa mengatasi traumaku"

"kau tahu El, kau telah melakukan sesuatu yang sangat membahayakan keselamatanmu sendiri!"

"lautan itu seolah menarikku!"

"sudah kuperingatkan jangan pernah menyebrangi lautan lagi. Tapi kau melakukannya, bahkan bertarung dengan iblis di tempat yang begitu menguras tenagamu. Oh El! Apa yang ada di pikiranmu berbuat senekad itu?" Donghae terus menuntut jawaban berlebih dari Siwon yang sedari tadi masih menatap jendela tak berminat. "apa karena pemuda itu?"

Perkataan Donghae sukses membuat air muka Siwon berubah. Donghae mencelos. "aku tak menyukai dia!"

"kau menyukainya, El! Secara tak langsung kau mengakuinya terang-terangan di depanku."

Siwon membuang muka. Ia sangat membenci perkataan Lee Donghae yang membawanya pada kenyataan tentang dinding tebal yang menghalanginya dengan Kyuhyun.

"aku tak mungkin jatuh cinta, dan tak akan pernah!"

"El!" Donghae menatap penuh kasih pada pria di seberang tempat duduknya.

"aku tahu apa yang terbaik untukku, Hae!"

"lalu kenapa kau sampai mempertaruhkan traumamu demi anak itu?" pria ikan itu sedikit membentak. Sudah lama ia menekan perasaan khawatirannya tentang pria yang sebenarnya sangat rapuh di seberangnya.

"aku hanya ingin melindunginya, Hae!" Siwon tertunduk lemah. Donghae tak dapat melihat sorot mata sahabatnya yang biasa terpancar kosong dari retinanya.

"El, aku tak ingin kau berakhir sepertiku. Tapi aku juga tak ingin melihatmu mengingkari perasaanmu, dik!"

"sudah kubilang aku tidak mencintai siapapun. Tidak juga dia!"

Lee Donghae, pria Cina itu menatap nanar pada sahabatnya. Makhluk abadi yang memiliki hati batu. Bahkan ketika hati itu mulai melunak ia tetap tak ingin mengakui bahwa dirinya memiliki hati. Pria yang sejatinya penyayang dan penuh perhatian berubah menjadi pria dingin yang tak membiarkan siapapun memasuki relung hatinya sejak dua ribu tahun silam. Cinta yang membuatnya seperti ini, cinta yang membuatnya menderita seumur hidup, cinta jugalah yang membawanya pada kematian. Mengapa cinta begitu tidak berpihak kepadanya?

"Hae" lama mereka terdiam, lebih memilih bergelut dengan pikiran masing-masing, hingga akhirnya pria asal negeri Chichester itu membuka pembicaraan.

"hem,"

"tentang kalung itu, apa kau sudah menemukan titik terang?"

"kurasa, tapi kita harus memastikannya!"

Siwon menghadap pada Lee Donghae dengan penuh minat. Ia tahu keputusannya membawa Kyuhyun ke Guang Zhou, Cina, adalah keputusan yang benar, meskipun di perjalanan ia salah langkah. Chichester, negeri itu sudah tak aman lagi untuk mereka, maksudku, pemuda itu. Lee Donghae beranjak dari kursi malasnya menuju ruangan yang dibatasi sekat kecil di arah timur ruang kerjanya. Tanpa perlu disuruh, Siwon mengekor di belakangnya.

Ruangan itu tak terlalu besar dibanding ruang utama tempat pria dengan senyum termanis yang pernah ku lihat itu bekerja. Ruangan gelap yang hanya disinari oleh cahaya temaram berwarna hijau dari lampu dinding yang berjejer di sekelilingnya. Siwon melirik pria yang lebih pendek darinya itu kini tengah membuka lemari kaca berisi buku-buku tebal yang tersusun rapi.

Peperangan Alam Mimpi. Siwon mengeja tulisan yang terteran di sampul sebuah perkamen kulit kambing yang tersusun di etalase kecil dekat lampu dinding pintu masuk.

"hati-hati dengan benda itu! Mereka rapuh!" celetuk Donghae ketika tangan besar Siwon berusaha meraih benda kremasan kulit kambing tersebut.

"darimana kau mendapatkan benda-benda aneh ini?"

"hei hei hei! Aku hidup jauh lebih lama darimu, Bung! Tidak sia-sia aku mengambil benda-benda menarik aneh milik para perompak dan penjahat negara itu. Ternyata, mereka benar-benar menarik!" Donghae tersenyum bangga mengenang masa-masa kejayaannya dulu. "dan kau harus berterima kasih pada gegemu ini karena dengan mereka aku mendapatkan titik terang masalahmu dan anak itu!" lanjut Donghae tajam. Sebuah buku bergelayut manja dalam genggamannya. Siwon lagi-lagi mengekor di belakang Donghae. Mereka duduk di sofa bulu yang ada di tengah ruangan gelap itu.

"apa itu?"

"buku"

PLAKK! Sebuah pukulan kecil mendarat ria di puncak kepala Lee Donghae. Pria itu menatap tajam pada Siwon, satu-satunya makhluk berdosa yang tega menodai kepalanya.

"aku tahu itu buku, bodoh!"

"lalu kenapa bertanya?"

"yakk! Aku butuh penjelasan lebih!"

"tak ada penjelasan lebih lanjut, El!" Siwon mengerutkan keningnya tak paham dengan ucapan pria ikan di hadapannya.

"buku ini milik bangsa Orela, ku ambil dari perompak yang kita kalahkan seribu tahun lalu. Kurasa mereka tengah mencari harta karun yang tertulis di buku ini"

"lanjutkan!"

"kini aku berubah pikiran. Mereka sepertinya bukan mencari harta karun, melainkan pusaka paling berbahaya seumur dunia!"

"jadi-" Siwon meneguk ludahnya kasar, tangannya bergerak membuka kulit tebal yang disinyalir terbuat dari kulit rusa jantan itu.

Putih. Polos tak bernoda. Buku itu nyaris tak memiliki celah hitam sedikitpun di atasnya. Siwon mengernyitkan dahi, membuat kedua alis tebalnya saling berpaut. Donghae mengedikkan bahunya dengan bibir sedikit mencibir. Pertanda bahwa ia juga tak mengetahui maksud buku kuno itu.

"lalu darimana kau tahu benda ini milik bangsa Orela?"

"lambang di depannya. Guratan itu menandakan kemurnian dan kesucian air bertuah yang tercurah dari sari dewa." Siwon kembali melihat sampul depan buku itu, merabanya pelan. Ada guratan-guratan kasar yang timbul di atas perkamen kulit rusa itu. Gambarannya nyaris tak terlihat jika saja tak ada goresan timbul di atas perkamen itu.

"air bertuah?" bisik Siwon lirih.

"hem. Menurut legenda air murni itu menjadi simbol dari bangsa Orela. Rahmat dari langit yang menjadi pelindung dan penawar segala penyakit yang ada di muka bumi.

"BATU ITU!" kedua pria itu saling berpandangan. Mereka tersentak dengan ucapan masing-masing.

"benar! Air yang mengkristal dan tetap melindungi bangsa Orela sampai akhir.!" Donghae terpekik puas dengan buah pemikirannya. Siwon berlari keluar ruangan, mencari pintu kamar. Dia melesat cepat menuruni anak tangga menuju lantai bawah.

"dimana kamarnya?" tanya Siwon ketika tak sengaja berpapasan dengan Ce Ling yang hendak membawakan cemilan dan minuman hangat pada kedua pria tampan di atas.

"disana!" jawabnya polos. Wanita itu masih melongo melihat bayangan Siwon yang telah hilang beberapa detik lalu ketika tangan kurusnya menunjuk kamar di ujung lorong barat ruang tengah.

Cklek! Pintu kamar terbuka. Sepasang bola mata berwarna sehitam malam menatap sosok yang tertidur pulas di atas ranjang kayu berukuran besar di dalam kamar.

"bangun!" ujar Siwon datar. Tangannya menjawil kaki pemuda itu dengan malas. Tak ada respon, sosok itu masih asyik terbenam dalam tidurnya.

"aisssh! Hei bangun, nona!" Siwon mulai tak sabar. Ia mengguncang bahu Kyuhyun kasar. Masih tak ada respon. Hanya geliatan kecil yang ditunjukkan tubuh itu, pertanda ia protes tidurnya di ganggu.

"aiisshh jangan salahkan aku!" Siwon bergerak lebih dekat, tangannya beringsut ke bawah tubuh pemuda itu, menggendongnya ala bridal style.

"eungh!" Kyuhyun mengucek kedua matanya. Ia merasa sedang terbang dalam mimpinya. Tubuhnya melayang ringan, hingga matanya terfokus sempurna pada sosok yang ada di hadapannya.

"Tuan Choi!" pemuda itu terpekik melihat manusia abadi yang memasang wajah masam kali ini. "yak! Turunkan aku! Apa yang kau lakukan, eh?" keterkejutannya makin bertambah ketika menyadari tubuhnya berada dalam gendongan pria dingin bertubuh kekar itu.

DUAGH!

Tak ada jawaban, melainkan tendangan yang sukses dilakukan Paza itu pada sebuah pintu kamar di lantai dua. Masih tak bergeming, ia membopong tubuh Kyuhyun ke dalam ruangan yang lebih kecil dalam kamar itu. Lee Donghae tersentak melihat pemandangan yang baru saja diciptakan Siwon di hadapannya. Setengah menahan tawa pria itu berdiri dari tempat duduknya.

"aku membawakan batu itu, Hae!" ujar Siwon santai, namun tak sesantai deru napasnya yang kini tersengal karena membopong tubuh pemuda yang tak bisa dikatakan ringan.

Kyuhyun bersungut ketika berhasil menapaki lantai berlapis ambal bulu dengan kakinya sendiri. Lee Donghae yang melihat itu terkekeh. Tangannya melambai pada pemuda itu, menandakan ia menginginkan pemuda itu lebih dekat padanya. Kyuhyun memegangi rambutnya yang berantakan akibat ulah Siwon yang dengan seenaknya membawanya kemari dengan cara seperti tadi.

"duduklah, Kyuhyun!" ujar Donghae lembut. Jujur saja, Kyuhyun terkesiap menatap mata pria Cina yang sangat memukau itu, Lee Donghae begitu tampan dan bersahaja.

"maaf, sejak tiba disini, aku belum berbicara langsung seperti ini denganmu!"

"ahahaha, Dave Cliff. Tapi sekarang namaku Lee Donghae, semenjak aku tinggal di Cina.

"ummh, Joneun Cho Kyuhyun imnida, bangapsimnida!" Kyuhyun membungkuk ramah. Selang berikutnya, ia menutup mulut mengingat ia memperkenalkan diri dalam bahasa hangul.

"hahahaha, ne ne aku mengerti bahasamu!" Kyuhyun melongo menatap pria dingin yang duduk di sampingnya.

"kau lupa? Dia juga mantan Paza. Kami memiliki banyak keistimewaan, nona!" ujar Siwon sambil menyunggingkan bibirnya. Kyuhyun mengangguk polos.

Lucu sekali! Pikir Siwon. Kyuhyun mendelik tajam, membuat senyumnya memudar.

"ada apa kalian membangunkanku tengah malam begini?"

"kalung itu!" tunjuk Donghae pada benda bulat tak sempurna yang bergelayut manja di leher jenjang Kyuhyun. "sepertinya dapat menjadi titik terang baru"

Kyuhyun memandang tak paham pada dua pria di hadapannya secara bergantian. Pemandangan yang sangat kontras. Satu dengan tatapan teduh dan penuh kelembutan, sedang yang satunya nyaris tak berekspresi dan memberikan aksen dingin di wajahnya. Pemuda pucat itu menggigit bibir sintalnya sambil memilin bandul batu yang menggantung di lehernya.

"tapi-"

"tapi apa?" Donghae menimpali perkataan Kyuhyun yang terputus. Siwon mengernyitkan dahi.

"bagaimana caranya? Aku sama sekali tak mengerti apa yang harus kulakukan untuk mencari tahu kebenaran benda ini"

Lee Donghae menghela napas. "sudah jelas sekali dalam beberapa buku kuno dikatakan bahwa kalung itu adalah milik bangsa Orela, penyihir dan peramu mulia. Hanya keturunan langsung bangsa Orelah lah yang memiliki batu hijau itu, Kyuhyun. Benda itu pula lah yang akan membawamu pada dua pusaka lainnya."

"tapi untuk apa? Bukankah aku juga akan mati saat batu ini menghitam sempurna?!"

Kyuhyun tersenyum getir terhadap apa yang baru saja diucapkannya. Lee Donghae mencelos, sedangkan Siwon menatap sengit padanya. "tak ada yang akan mati!"

"percuma, Tuan Choi! Waktuku tak banyak!"

"akan kita temukan dalam dua purnama!" Kyuhyun menatap lemah pada sosok yang sangat kukuh dengan opininya. Tatapan pria itu begitu menusuk dan terasa perih di hatinya.

"El, jangan terlalu keras padanya!" celetuk Donghae membuyarkan pandangan Siwon pada Kyuhyun. "nah Kyuhyun, boleh aku pinjam kalungmu?"

Kyuhyun melepas benda yang menggantung di lehernya dan menyerahkannya pada tangan pucat yang hangat.

Hangat dan bening. Dua kata itu yang muncul pertama kali saat benda keras hijau itu mendarat dalam genggaman pria tampan dari negeri tirai bambu ini. Lee Donghae, namanya sekarang, dapat melihat bayangannya sendiri dari pantulan benda bening itu. Batu hijau yang agak gelap itu seperti bersinar dengan cahaya aneh, di tengahnya terdapat titik hitam yang bergerak hidup, seperti kepulan asap yang sangat kecil. Beberapa detik pria itu terkesiap dengan keanggunan benda bulat di tangannya.

"El!"

"ummh?"

"apa selanjutnya?" tanya Donghae polos.

"yakk! Ku kira kau tahu apa yang harus dilakukan, ikan!"

Mendekat! Mendekatlah Markus!

"Ouch!" Kyuhyun memegangi kepalanya yang tiba-tiba berdenyut. Siwon yang hendak memukul kepala Donghae mengurungkan niatnya ketika tiba-tiba pemuda di sebelahnya memekik kesakitan.

Mendekatlah! Bawa ar Leith pada Gulliver, Markus!

"akkh!"

"nona Cho! Apa suara itu datang lagi?" air muka pria dingin itu memucat. Ia memegangi kedua pundak Kyuhyun dengan kuat, takut jika sewaktu-waktu tubuh rapuh itu akan terkulai lemas.

"Tuan Choi, bawa ar Leith pada Gulliver!" Kyuhyun terbata mengucapkan kalimat yang terus dilontarkan oleh suara-suara aneh yang kerap muncul dalam mimpi maupun sadarnya.

"Gulliver? Hae, letakkan bandul itu di atas buku polos tadi!" Siwon memastikan bahwa benda yang dimaksud oleh Kyuhyun adalah bandul kalung dan perkamen polos tak bernoda yang baru saja menjadi perbincangan hangat mereka.

Lee Donghae mengangguk paham, ia berlari mencari perkamen polos yang telah diletakkannya kembali dalam etalase buku koleksinya. Mengambil sembarang, dan bergegas duduk kembali di kursi malas dekat Siwon.

Aneh! Mereka seperti magnet yang saling menarik! Batin pria Cina ini, kedua benda yang masing-masing berada dalam genggaman kedua tangannya memberikan tekanan yang kuat, saling menarik. Diletakkannya batu hijau bening itu di atas perkamen polos tanpa noda setitik pun. Sesekali pria ini mencuri pandang pada sahabatnya yang menatap penuh minat pada kedua benda itu.

"dia bereaksi!" ujar Siwon datar, genggamannya terlepas dari pundak Kyuhyun. Membuat pemuda itu mau tak mau juga mulai menatap benda yang terletak di atas meja.

Kyuhyun membulatkan mata, menyadari batu hijau itu memancarkan cahaya keemasan tepat di atas perkamen. Perlahan sesuatu bermunculan di atas kanvas kulit itu, terangkai membentuk tulisan. Tak hanya pemuda itu, Siwon pun terperangah mendapati kejadian ini, sementara Donghae malah sudah menelan air liurnya sendiri.

"latin, eh?"

Seolah mengerti apa yang diucapkan sahabatnya, Donghae perlahan lebih mendekatkan jaraknya pada kedua benda itu, semoga saja ia bisa menerjemahkan apa yang hendak disampaikan tulisan tersebut.

Matahari terbenam meninggalkan biasnya

Mawar berguguran meninggalkan tangkainya

Gajah mati meninggalkan gadingnya

Manusia mati meninggalkan hasratnya

Hasrat, asa, dan ambisi berbaur jadi satu

Menelusup dalam pembuluh darah Adam

Pilihan mana yang kau tuju?

Batu karang di pinggiran lautan atau

Buih di tengah samudera

Jika kau tak dapat memilih

Gumpalan hasrat itu akan memakanmu sendiri

Menjadikanmu satu dengan apa yang ada di dasar bumi

Jika kau memilih

Kau tak akan pernah mengenal panasnya bara api

Lelehan perak yang membatu membawamu pada satu kata

Darah

Tetesan darah campuran sungguh menggiurkan

Membuat air liur mereka menetes ingin menenggelamkanmu dalam hasratnya

Kemurnian bercampur kilatan hasrat untuk membela kebenaran akan membuahkan kedamaian

Pilihanmu membawamu ke dunia lapang

Dimana hanya kau yang akan mengetahui kemana kau akan kembali

Lee Donghae mengernyitkan dahinya. Kata-kata yang tertulis di buku itu sungguh menyulitkannya. Tak mungkin ia salah menerjemahkan rangkaian huruf indah namun menyimpan sejuta misteri itu.

"Yakk! Jangan berpuisi di hadapanku, Hae! Apa artinya semua ini?" Siwon membentak sahabatnya yang sedari tadi seolah bicara sendiri.

"ini seperti permainan kata, El. Ada makna tersirat dalam setiap kalimat, kurasa" Pria bermata hijau zamrud itu meringis memegangi kepalanya yang baru saja mendapat pukulan hangat dari tangan Paza berdarah dingin di depannya.

Siwon kembali meminta sahabatnya mengulangi membacakan arti dari kalimat yang tertera di lembaran perkamen usang itu. Mereka nampak sangat serius menyimak kata perkata yang diucapkan Lee Donghae.

Batu karang di pinggiran pantai atau buih di tengah lautan? Apa maksudnya? Mungkinkah?

Siwon menatap pemuda di sebelahnya penuh minat. Apa kau percaya pada takdir?

Kyuhyun yang tiba-tiba saja mendengar ada yang mengajaknya bicara dalam hati sontak menoleh ke arah Siwon. Ia hanya mengangguk.

Lalu takdir mana yang kau pilih?

Ne?

Jika kau percaya takdir, lalu takdir seperti apa yang kau inginkan?

Aku? Eummph.. tentu aku menginginkan yang terbaik untukku dan untuk orang yang ada di sekitarku

"kalau begitu buatlah dirimu hidup!"

"ya?" Donghae mendongak memandang sahabatnya yang tiba-tiba saja memecah kesunyian.

"dia" telunjuk panjang Siwon menunjuk ke arah pemuda pucat di sampingnya. "sudah memutuskan untuk bertahan hidup. Kau harus percaya bahwa takdirmu itu berumur panjang, Nona! Bukan dikendalikan oleh para iblis jahanam yang menakut-nakuti akan menjemput nyawamu itu!" tatap Siwo intens. Donghae yang sedari tadi tidak mengerti apa yang terjadi hanya mengedikkan bahu.

"sebenarnya apa yang sedang kau bicarakan, El?"

"Batu karang di pinggiran pantai artinya kokoh. Meskipun diterpa ombak yang datang silih berganti dia akan tetap kokoh berdiri. Tak akan mudah aus apalagi lebur. Sedang buih di tengah samudra adalah orang berhati kecil yang mudah terombang ambing terbawa arus. Tak punya pendirian. Jika kau berteguh hati kau akan menemukan titik terangnya."

"seperti apa titik terangnya?" Tanya Donghae antusias pada penjelasan saudara lamanya ini. Namun Siwon menunduk lemah. Gelengan kecil menandakan pria itu juga belum tahu maksud selanjutnya. Donghae mencelos. Kembali ia menyenderkan punggungnya ke Sofa empuk di belakangnya.

"itu-"

Seketika kedua pria dengan ketampanan luar biasa itu menolehkan pandangannya pada suara lembut milik pemuda bermata kucing yang sedari tadi menggigiti buku-buku jarinya.

"apa bisa diartikan sebuah pisau atau pedang?" tunjuk panjangnya mengarah pada tulisan yang tertera di perkamen usang.

Pedang..

Sontak kedua mata pemuda itu membulat. "benar juga! Lelehan perak yang membatu!" ujar Donghae girang

"dan menghasilkan darah!" tambah Siwon tak kalah antusias. Tanpa disengaja mereka berpelukan. Bersorak kegirangan.

"lalu dimana kita bisa menemukan pedang itu?" tambah Donghae dengan senyuman mematikan yang tergurat di wajah sempurnanya.

"dimana, nona Cho?" kini Siwon malah melempar pertanyaan itu pada pemuda pucat yang masih saja menggigiti buku jari mungilnya.

Kyuhyun bersungut. "mana aku tahu."

Kembali kedua pria itu terduduk lesu. Mereka baru saja hampir menemukan titik terang pusaka kedua, tapi kembali pupus.

"Yakk! Hae! Apa tak ada petunjuk lain?" bentak Siwon pada sahabatnya. Melampiaskan kekecewaannya pada satu-satunya orang dengan wajah menyebalkan saat ini, menurutnya.

"kenapa kau malah memarahiku?" sanggah Donghae tak terima

"Ouchh!" Kyuhyun memekik memegangi kepalanya.

Markus, kau pemuda yang kuat nak! Seperti namamu. Teruslah tumbuh dan berkembang menjadi bunga abadi. Bunga yang lembut namun mematikan.

Suara itu datang lagi. Membuat kepala Kyuhyun berdenyut kesakitan.

"apa suara itu datang lagi? Apa yang ia katakan?" desak Siwon. Namun kentara sekali ia sangat menghawatirkan pemuda itu.

"dia selalu menyebutkan Markus." Bisik Kyuhyun lemah, masih memegangi kepalanya.

"Bunga Abadi?" ujar Donghae polos.

Siwon mencelos. Apalagi ini? Apa hubungannya bunga abadi dengan semua ini? Apa benda pusaka itu adalah sebuah bunga?

"jangan memaksakan diri. Sebaiknya ku antar kau ke kamar. Kau harus beristirahat sekarang!" nada Siwon terdengar memerintah dan tak ingin ada penolakan. Ia memapah pemuda itu, membantunya berdiri dan hendak beranjak keluar ruangan. Sekilas pria dingin itu menoleh ke arah sahabatnya seolah mengisyaratkan aku akan segera kembali.

"pelan-pelan" Paza dari negeri Chichester itu merebahkan Kyuhyun dengan hati-hati di kasur empuk yang sudah disiapkan Ce Ling, istri Donghae. Ditariknya selimut sampai ke dada pemuda itu. Tanpa sengaja tangannya bersentuhan dengan tangan Kyuhyun. Dingin dan bergetar. "Kau takut?"

Sosok yang dipanggilnya hanya mengangguk lirih. Jujur saja ia memang benar-benar ketakutan dan kesakitan. Hal yang menimpanya beberapa waktu ini telah merubah semua pandangan dan harapan hidupnya. Belum sempat ia mengenang kembali kepahitan yang baru-baru ini menerpanya, sebuah tangan besar telah menariknya dalam dekapan hangat. Kyuhyun mengenal betul aroma ini. Aroma Cytrus yang entah mengapa sangat dirindukannya belakangan ini. Penjaga abadi bernama Choi Siwon itu telah membaringkan tubuh tepat berada di sampingnya. Berada dalam satu selimut yang sama. Memelukknya erat dalam dada bidangnya.

"apa ini cukup menghangatkanmu?" entah mengapa suara pria kurang ajar ini begitu merdu di telinga Kyuhyun.

Bukannya menjawab, ia malah mempererat pelukannya pada pria yang sedang mendekapnya. Membuat sesuatu yang ada dalam diri Siwon kembali bergejolak. Pria itu menegang mendapat reaksi dari Kyuhyun. Ia tahu ia harus menahan hasratnya sekarang dan harus menyembunyikan dalam-dalam pikiran kotornya.

Tangan Siwon bergerak kaku menelusup ke belakang punggung Kyuhyun. Dielusnya pelan punggung itu, memberikan kehangatan dan kenyamanan padanya agar terbuai ke alam mimpi. Ia benar-benar berharap pemuda ini tidak mempererat pelukannya lagi, karena kalau tidak, Siwon tidak bisa menjamin apakah benteng pertahanannya mampu bertahan lebih lama lagi. Malam ini, sekuat tenaga ia melawan hasratnya sendiri pada sosok pucat yang selalu diteriakinya.

Sementara itu di ambang pintu, Lee Donghae tersenyum penuh arti memandangi dua insan yang tengah bergelung dalam selimut sutera, mencari kehangatan. "ck! Apanya yang akan segera kembali? Kau bahkan sedang mati-matian menahan hasratmu, El!" celoteh Donghae. Ia tak dapat menahan senyum melihat kemunafikan sahabat lamanya itu.

.

.

.

"bagaimana tidur kalian?" ujar Donghae sekenanya sambil menyeruput espresso paginya. Perkatanyaannya itu sontak mendapatkan tatapan membunuh dari Choi Siwon. Pria abadi yang lebih mengerikan dari iblis yang menjadi buruannya. Tak kalah heboh, Kyuhyun yang duduk di sebelah Ce Ling tersedak beberapa kali dan hampir saja memuntahkan isi makanan yang belum sempat melalui tenggorokannya. Ce Ling menepuk ringan punggung belakang pemuda pucat itu. Dalam hati, Donghae ingin sekali tertawa sekeras-kerasnya. "kau baik-baik saja Kyuhyun-ah?" tambahnya polos.

"ne" sosok yang dituju hanya mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali sambil berusaha menetralkan mulutnya.

Ini semua karena kau, Tuan Choi!

Siwon mendelik menatap Kyuhyun. kenapa aku?

Karena kau untuk kesekian kalinya dengan lancang meniduriku!

Yak yak yak! Apanya yang meniduri? Harusnya kau berterima kasih padaku karena membuatmu nyaman untuk tidur.

Cih! Mau berkelit eh? Jelas-jelas saat aku terjaga kau memelukku begitu kuat!

"kau!" pekik Siwon, membuat dua orang tuan rumah itu sontak menoleh ke arahnya. "aaaarrrgghhh!" lagi-lagi Siwon menggeram. Sedang pemuda pucat asal Wakfield itu tak kalah memasang wajah mengerikan menatap Paza yang terkenal tak punya hati. Dengan gebrakan kecil Siwon meninggalkan meja makan tempat sarapan mereka. Cho Kyuhyun, untuk beberapa saat membuang muka dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke dalam kamar.

Ce Ling memandang kedua tamunya tak percaya. Sebenarnya ini rumah siapa? Diliriknya suami yang akan menemaninya menua. Sama, Lee Donghae hanya memasang senyum polos andalannya, yang selama ini sukses membuat wanita Cina itu luluh hati.

 

maybe i'm Stupid author

but thanks to you guys who still support this story

please vote and comment..

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
junne7 #1
Chapter 19: Semangat ya thor...pembaca baru nih
junne7 #2
Chapter 19: Semangat ya thor...pembaca baru nih
indira407
#3
Chapter 3: Hhaaa... Dr aq jaman SMA epep ini aq baca. Smpai skarang anak 1 maah jgaa suka baca ini epep. Hahaha
Cynthiagrace #4
Chapter 23: Daebaaaaak author-nim. maaf baru ninggalin jejak di part terakhir. soalnya seru bgt si jd penasaran pingin tau lanjutan nya. terim kasih udah bikin cerita yg unik n menarik ini. semoga author nim tetap menulis kisah2 wonkyu, mengingat byk penulis lain yg berubh haluan ataupun nyerah di tengah jalan...hehehe. ok, last but not least...sekali lagi thank u
novemberist #5
Chapter 1: Author, boleh copast jalan ceritanya buat di remake gak? mau bikin pair member Exo...Boleh gak Thor?
Gammeiwatari #6
Chapter 23: Bagus banget author-nim !!! .. ceritanya nga pasaran ... gaya penulisannya juga rapih .. bahasa yang digunakan juga halus .. totally aku suka banget sama ceritanya .. alurnya keren .. detailnya juga dapet banget !! Thank you for this amazing story .. nulis fantasy story itu nga gampang .. tapi author-nim bener bener berhasil menulia dengan luar biasaaaa
choianakyu #7
Chapter 23: ceritanya keren thor. bikin penasaran. walaupun baca sampai mata pedes. kekasih sepenggalah kapan di lanjut ..
meeKayla #8
Chapter 23: yaah bnr2 happy end.
donghae juga baik2 aja.
kyu juga ternodanya cuma ama siwon.
ditunggu ff wonkyu nya yang lain ya #ngarep.
suka bgt genre action romance bgni.
btw ternyta siwon dulunya jatuh cinta ma istri orang
kyuniiee88 #9
Chapter 23: Yeeaahhh happy ending ^^

Ditunggu next ff nya author^^
Guixian98 #10
Chapter 23: wohooooo happy end!!
hmm, ntah kenapa pas di akhir itu kok aku berasa kayak baca 'kekasih sepenggalah' ya.. wqwq
karna serius, sifat siwon yang suka ngatain kyu sama kyu yang lamban tuh sifat mereka di 'kekasih sepenggalah' banget wakakak
syukur deh ini happy end ya. gak nyangka bgt endingnya begini. padahal uda mikir yang gak2 soal hubungan wonkyu. di tunggu cerita selanjutnya~