02. Pink Syndrom
Teenage DreamChangmin mulai merasa yakin dirinya terserang sindrom pink.
Dia ingat mengalami kegelisahan akut tapi gampang bahagia saat mengalami cinta pertama saat awal SMA. Sekarang rasanya juga sama persis. Tapi kenyataan bahwa itu terjadi untuk Yunho membuat Changmin semakin gelisah dan malah berujung uring-uringan.
Galau.
Kegalauan itu pun mempengaruhi latihan Changmin seiring dekatnya waktu comeback.
Comeback kali ini sangat penting untuk masa depan Changmin. Untuk pertama kalinya ia akan memulai karir sebagai artis solo. Tekanan yang tinggi ditambah galau benar-benar paduan sempurna membuat Changmin jutek dan berimbas pada sekitarnya. Termasuk Yunho.
Saat latihan Yunho dibuat bingung walau ia sering diingatkan semua staff kalau Changmin itu punya mood swing yang fenomenal. Selama 3 bulan kerja bareng Yunho tak pernah merasa mood Changmin sangat buruk dan bersikap menyulitkannya, namun kali ini beda. Tiba-tiba saja Changmin datang telat, baru latihan sejam sudah minta selesai, tidak mau melakukan kontak mata saat mendengar arahannya dan mengulang kesalahan lebih banyak dari biasanya.
Sekarang Yunho sudah tidak tahan lagi.
Dia dikejar deadline. Hidup matinya. Jika gagal dia harus gantung sepatu dan struggle mencari tempat baru. Lagipula ini kesempatan pertamanya masuk tim koreografer utama di agensi paling besar di Korea. Gagal atau setengah-setengah tidak ada dalam opsi hidupnya saat ini. Nasibnya esok hati tergantung Shim Changmin jadi ini harus segera diselesaikan.
“Changmin, aku mau bicara sebentar denganmu.”
Changmin mengekor Yunho dengan malas untuk masuk ke bilik kecil di pojok studio latihan. Dia sudah tahu saat seperti ini akan tiba. Dia sadar mood swing-nya akhir-akhir ini memang parah.
Bilik itu hanya seluas ruang ganti baju di mall, karena memang difungsikan demikian alias darurat. Changmin menahan nafasnya ketika Yunho menutup tirai bilik itu hingga sepenuhnya terhalang dari keramaian studio yang dipenuhi back dancer dan beberapa staff. Berdua dengan Yunho yang hanya berjarak kurang dari 30 senti dengan dirinya membuat Changmin merasa campur aduk. Ingin lari tapi juga ingin menyentuhnya. Jadi dia memilih memasukkan kedua tangannya ke kantong celana, yang membuat Yunho semakin sebal.
“Sebenarnya ada apa? Hari ini latihan terakhirmu tapi kenapa malah berantakan? Besok kamu sudah syuting MV,” Yunho mengatakannya dengan nada selembut mungkin namun serius. “Atau kamu sedang tidak enak badan?”
Changmin ingin sekali menyuarakan memang dia sedang “sakit” dan penyebabnya adalah yang bertanya!
“Aku memang capek sekali. Tidak sakit, tapi memang sulit konsentrasi.”
“Kamu masih bisa bertahan kan? Berusahalah fokus.”
“Entah….”
Kedua tangan Yunho tiba-tiba memegang kepala Changmin dan mengarahkan pandangan itu tepat di depan matanya. “Please, bertahanlah hari ini saja. Mari kita saling membantu. Oke?”
Changmin membeku dengan kontak fisik di luar dugaannya itu dan mengangguk seperti robot. Saat itulah Yunho baru tersadar dengan apa yang dilakukannya. Matanya membulat, terkesiap kaget.
“Maaf! Aku tidak sengaja! Maafkan aku,” ucap Yunho keras karena panik sambil menarik tangannya. “Aku benar-benar minta maaf.”
Changmin tersenyum geli melihat Yunho yang jadi salah tingkah karena merasa bersikap kurang ajar. “Kwenchana hyung. Tidak apa-apa kalau itu kamu,” mata Changmin membentuk bulan sabit yang asimetris.
“Ayo kita latihan lagi saja. Pasti aku tadi sudah membuang banyak waktu.”
Yunho sesaat terkesima melihat senyum membuatnya lega itu, tapi Changmin tak menyadarinya karena sibuk menata perasaannya sendiri. Berusaha tak menyentuh pria itu dengan alasan apapun. Tapi cukuplah kontak fisik sesaat ini lebih dari cukup membuat moodnya secerah langit setelah hujan. Tiba-tiba ia seperti terlahir dengan energy baru ketika keluar dari bilik dan berhasil membuat kaget semua yang ada di studio.
“Ngapain kalian semua? Ayo latihan lagi!”
***********
Latihan yang sempat diwarnai prahara itu akhirnya selesai juga menjelang tengah malam. Yunho lega semuanya lancar dan kemungkinan sepatunya dilempar ke luar gedung berkurang drastis. Tapi entah kenapa dia masih merasa tak enak telah bersikap semabarangan pada Changmin.
“Changmin-shii.”
“Aish! Kenapa masih saja memanggilku –shii? Changmin-ah juga tidak apa-apa hyung.”
Yunho hanya nyengir kering sambil menatap Changmin membereskan tasnya. “Setelah ini kamu mau kemana?” akhirnya dia memberanikan diri bertanya.
“Wae? Mau mengajakku keluar?”
“Iya sebenarnya.”
Changmin kaget sendiri. Apa dia baru saja menyelematkan nyawa kucing? Hari ini dia dua kali dapat jackpot. Tentu saja kesempatan ini disanggupinya. “Makan? Kamu traktir kan hyung?”
Comments