01. Ah...It's You
Teenage DreamBagi Shim Changmin yang dia tahu hanyalah bekerja menjadi artis yang menghibur banyak orang dan merasa paling ganteng saat menyanyi, apalagi lagu sendu. Sebenarnya itu bermula karena skill dance-nya termasuk payah dibanding 2 member grupnya sehingga dia mencari zona aman dengan fokus di suara. Dia tergabung dalam boyband idol yang bernama…Changmin tak ingin menyebut nama itu lagi karena sekarang sudah bubar. Meninggalkan Changmin terduduk sendiri di kantor agensi mereka.
Walau mengaku sedih di depan kamera dan fans, Changmin sebenarnya lega dengan bubarnya grupnya itu. Sekarang dia tidak perlu kena darah tinggi kebanyakan bertengkar. Tentu saja dia lega karena tidak perlu lagi menari. Grupnya fenomenal karena tariannya yang maha sulit. Sekarang dia bisa menjadi solois sejati. Sempurna.
Mulanya pihak agensi ingin memberi lampu hijau sebagai penyanyi solo ballad karena suara Changmin lebih dari mumpuni soal menghayati lagu ditinggal kekasih dan semua orang pun tahu itu. Namun akhirnya mereka malah ngotot untuk memperbanyak porsi dance dengan alasan sedang trend lah, bisa menyita perhatian lah, terlanjut imej grup lah dan apapun itu yang kira-kira bisa dijadikan alasan masuk akal. Dasar Changmin, akhirnya ia hanya bisa manut saja saat disodori konsep dengan gerakan dance lebih gila dari sebelumnya.
Sebenarnya...benar-benar jujur ini....Changmin tetap ikhlas menerima keputusan seperti itu meski setengah mati protes karena tahu itu demi karirnya sendiri. Just that. Tapi tampaknya pengorbanannya itu mendapat balasan setimpal. Semacam kejatuhan segepok red ginseng dari langit langsung di tangannya. Setelah sekian lama agak menyisihkan Sang Pencipta dari kamus hidupnya, pada suatu hari Changmin benar-benar otomatis langsung berterima kasih pada Tuhannya.
Apa sikap yang lebih tepat dilakukan jika dipertemukan dengan seseorang yang pernah begitu dipujanya setelah sekian lama berpisah? Tentunya berterima kasih pada Tuhan kan?
Mulai sekarang Changmin bisa bertemu dengan orang itu saban hari. Indah sekali kedengarannya. Seindah saat orang itu mengulurkan tangan untuk bersalaman yang malah disambut dengan Changmin mematung bego. Saat orang berambut coklat gelap hampir menyentuh bahu itu mulai menurunkan tangannya karena salting, Changmin terkesiap dan menyambarnya mantab.
"Shim Changmin."
....
"Jung Yunho."
....
Changmin merasa senyumnya terlalu lebar. Ah, peduli setan.
*******
Changmin mengetahui, atau mengenal atau semacam itulah, sosok Jung Yunho ini saat masih di bangku SMP. Yunho adalah murid sekolah tetangga SMP yang dihuni Changmin. Namanya juga bocah puber yang katanya dalam masa pencarian jati diri, maka sekolah-sekolah itu juga punya murid bergelar preman yang hobi memalak anak-anak cupu demi eksistensi diri. Nah, Changmin termasuk kasta lemah yang kerap dipalak preman SMA tetangga sekolahnya itu.
Sejak masih sekolah dasar Changmin sudah sering dipalak jadi dia terbiasa, nyaris tak peduli asalkan tidak main fisik, namun saat SMP dia ketahuan menjadi trainee agensi sehingga perlakuan yang diterimanya lebih tidak menyenangkan lagi. Dia selalu ingat mereka memukulnya karena melawan saat dipalak dan berakhir membuatnya tidak bisa latihan selama seminggu. Sejak itu Changmin kembali diam agar tak dipukul. Namun diamnya dia saat itu bukan hanya karena itu saja, tapi karena ada sosok Yunho diantara pemalak sok gahar itu. Changmin selalu penasaran kenapa Yunho selalu diam saat teman-temannya memalak, padahal dia pernah lihat sendiri laki-laki itu bisa bersikap kasar dan menyebalkan pada yang lainnya.
"Ah, jadi kamu Shim Changmin yang itu?"
Changmin menganggukkan kepalanya setelah tadi ia mengingatkan Yunho siapa dirinya. Changmin jelas tidak terima kalau pria itu sampai tidak ingat. Kini Yunho tampak malu dan salah tingkah.
"Sudah kuduga, sejak awal aku melihatmu kamu itu bisa debut jadi artis,” Yunho mengusap tengkuknya tanda gelisah. “Sekarang aku jadi malu.”
"Itu bukan lips service kan?" goda Changmin yang akhirnya bisa membuat Yunho tersenyum lebih santai. "Kenapa harus malu? Kwencahana..."
"Seharusnya aku bersikap lebih baik lagi padamu....dulu.”
"It's okay. Hyung dulu yang paling baik padaku dibanding berandal-berandal itu. Kamu kan juga sempat membelaku," Changmin melihat ada ekspresi kaget di wajah Yunho. Mungkin tidak menyangka akan diingat begitu detil. "Eh, aku panggil hyung saja ya. Mulai sekarang kita kan partner."
Yunho hanya mengangguk dan sedikit tersenyum mendengar kata "berandal". Masa lalu yang menyebalkan, batinnya kecut. Takdir memang lucu.
"Tampaknya hyung sudah berubah banyak," Changmin memberanikan diri bertanya secara blak-blakan. Ia masih menatap Yunho karena merasa heran laki-laki itu kin
Comments