CHAPTER 18 [Part A]

Teenage Dream
Please Subscribe to read the full chapter

CHAPTER 18

 

PART A

 

 

Changmin tidak terbiasa bersiul-siul, bahkan menggumamkan lagu saja jarang, tapi saat ini baginya adalah momen yang tepat. Sebuah perayaan. Merayakan kekalahan Yunho yang menjadi kemenangannya.

Sejak awal Changmin mengiyakan dengan berat hati Mochi-kun tercintanya itu ikut kompetisi. Kemarin pun berharap setengah mati semoga kalah dan ternyata dikabulkan. Dengan begini Yunho tak perlu melanglang buana ke negeri asing meninggalkannya. Egois ya?

Changmin memeriksa detil wajahnya di cermin. Cih…seakan aku peduli saja dengan hal seperti itu.

Acara Changmin mematut diri di depan cermin sebelah TV itu lalu terdistraksi oleh Yunho yang melenggang di belakangnya. Lewat pantulan cermin, dia bisa melihat Yunho memakai celana super pendek dengan oversize t-shirt buluk kesayangannya, yang juga disukai Changmin dengan alasan lain, mondar-mandir santai di jam yang sudah cukup siang.

"Kamu masih di rumah?" tanya Changmin heran yang dibalas dengan wajah tanpa dosa oleh Yunho. "Bukannya sudah kubilang aku libur? Aku otomatis dapat jatah libur seminggu tepat selesai kompetisi."

"Hah? HAH?! Kapan kau bilang begitu?!"

"Dulu sih. Lupa kapan…tapi seingatku belum lama…"

"Kenapa tidak mengingatkanku?!"

"Lupa..hehehe….aku saja juga lupa kalau kemarin tidak diberitahu hyung. Ya, soalnya kepastian libur kan tergantung eliminasi di babak mana jadi aku tidak terlalu memikirkannya. Ternyata sekarang jadi ya sudahlah."

"Haish…hyung! Seharusnya kamu mengingatnya jauh-jauh hari."

"Wae?"

Changmin rasanya ingin melilitkan dasinya ke leher Yunho lalu mencekiknya. "Aku kan ingin liburan denganmu ke luar negeri! Haish…aku harus menghubungi hyung nih," rutuk Changmin panik yang mengulaskan senyuman pada bibir Yunho. Bukan sengaja, dia memang benar-benar lupa hal ini.

"Sebaiknya kamu wacanakan saja setelah 3 hari ke depan karena nanti sore aku mau ke pulang ke Gwangju mengantar ibu. Lalu aku akan kemping di gunung bersama teman-teman lama."

“Lalu aku?”

“Kamu? Kenapa memangnya?”

“Apa namaku tidak ada dalam list-mu liburan?”

“Menurutmu?”

"APA?! Tega! Kamu kenapa setega itu padaku setelah semua ini?!"

"Salah sendiri membuatku marah." Yunho menjulurkan lidahnya usil. Melihat Changmin kesal begitu memang menyenangkan karena biasanya dia yang makan hati sendiri. "Sudah cepat berangkat sana. Sampai jumpa beberapa hari lagi ya ganteng~"

Changmin protes didorong Yunho untuk segera pergi. "Aku pasti akan mendapatkan hari libur itu dan kita liburan! Kalau perlu aku akan menjemputmu dan menyeretmu!"

"Ara…ara…" Yunho merasa seperti emak-emak mendorong anaknya yang ngambek agar mau berangkat sekolah. Tapi mana ada kan anak-anak yang sekarang malah mencium bibirnya sebelum membuka pintu untuk keluar.

Mungkin karena kangen belum tuntas jadi sekarang Changmin malah menyudutkan Yunho di dinding, membayar lunas yang kemarin-kemarin. Menciumnya sepenuh hati dengan hangat dan nyaman. Yunho mendesah nyaman dan melingkarkan lengannya di tengkuk Changmin. Menguncinya dalam rasa intim milik berdua. Rasanya terlampau lama tak begini.

Tapi beberapa saat kemudian Yunho merasakan sesuatu yang janggal sehingga melepas ciuman mereka. "Kamu tambah tinggi?" matanya begitu menyelidik.

Changmin memandangi dirinya sendiri kemudian Yunho lalu mengendikkan bahu. "Apakah itu masalah?"

"Nggak juga sih."

Yunho menarik dasi Changmin dan berciuman lagi, mumpung belum ada panggilan telepon dari manajer.

 

******************

 

Yunho sejak awal memang berencana mengantar pulang ibunya sampai depan rumah di Gwangju, tapi dengan kekalahan ini membuatnya sempat ragu. Jujur, malas saja bertemu ayah dalam keadaan kalah begini dan masih ada soal Changmin yang belum selesai. Rasanya belum yakin bisa sabar kalau disindir-sindir nanti. Namun semuanya demi ibu yang rela datang dan menghiburnya jadi apapun akan dihadapinya. Dipikirkan nanti saja lah kalau terjadi, begitu kan kata Changmin.

…dan memang tak terjadi apa-apa.

Luar biasa kalau di kamus Yunho.

Bukan suasana riang tapi setidaknya tak ada pertengkaran.

Ayah menyambut anak laki-lakinya itu tiba di rumah dengan tepukan hangat di punggung. Mengatakan sedikit penghiburan dengan intonasi kaku soal hasil kompetisi kemarin. Yunho terkesan dan terharu sebenarnya mendapat respon seperti itu namun mengurungkan niat memeluk balik ayahnya. Aneh saja rasanya. Karena memang sejak dulu mereka jarang menunjukkan afeksi. Mungkin ayah tak setuju soal Changmin ataupun dance tapi saat putranya sedih maka akan luluh juga.

Benar kata ibu, ayah tetaplah seorang ayah.

Yunho sendiri menghabiskan waktu di Gwangju sesantai dan sehening mungkin. Dia memang sudah lelah dan ini baginya sebuah terapi. Melakukan hal-hal yang tak mungkin dilakukan di Seoul dan menjelajahi alam. Pada dasarnya dia suka kegiatan alam dan olahraga, semacam hiperaktif, itu sebabnya jatuh cinta sepenuhnya pada dance.

Tapi Yunho melupakan total yang namanya dance selama di rumah. Tak ada gunanya membicarakan itu dengan ayah dan ibunya kalau hanya menimbulkan pertengkaran baru. Yunho merasakan dirinya jadi jauh lebih sabar dan mengerti untuk mengalah sejak bersama Changmin. Pembicaraan dengan ayahnya juga membaik meski tak berani menyinggung sedikitpun tentang Changmin atau tempat tinggalnya di Seoul. Hanya ibunya yang berinisiatif membuka pembicaraan soal Changmin, itu pun mungkin karena sudah banyak bertukar pandangan dengan Jihye selama menginap di Seoul.

“Ayahmu bilang apa soal Changmin?” tanya ibu sambil menata kimchi di dalam toples di dapur. Ini hari kedua berada di rumah dan matahar siang terasa begitu terik.

“Kami tidak membicarakannya,” jawab Yunho yang terhenti untuk meminum isi gelasnya. “Aku juga tidak ingin membicarakannya.”

“Kenapa? Kalian tidak serius bersama?”

“Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu?”

Oke, Yunho mengakui dirinya kali ini sengaja mengelak dan tampaknya ibunya tahu itu. “Karena ibu melihat dia serius denganmu. Makanya kali ini ibu nanya kamu, serius tidak?”

Yunho diam saja, berpikir bagaimana ibunya bisa dengan cepat menilai Changmin lewat pembicaraan singkat yang tidak serius seperti itu.

“Itulah insting seorang ibu dan wanita,” ucapnya langsung membaca kemana arah pemikiran putra satu-satunya itu.

“Aku tidak yakin. Bagaimanapun dia artis.” Untuk pertamakalinya Yunho menyuarakan isi hati sebenarnya. “Saat ini dia bisa sangat-sangat mencintaiku tapi kemungkinannya untuk berpaling terlalu besar. Mungkin hanya sesaat.”

“Takut kecewa?” tanya sang bunda dengan begitu pengertiannya. Yunho mengangguk tanpa kata. "Berarti dia sangat berharga."

“Karena hidupku hanya berisi dia dan dia, tidak ada yang lainnya, kalau aku ditinggalkannya mungkin aku tidak mau hidup.”

“Dia sudah mengajakmu tinggal bersama cukup lama dan semuanya baik-baik saja kan?”

Yunho mengangguk dalam diam. Sebenarnya dia merasakan banyak perubahan yang positif, pada diri Changmin juga, tapi soal komitmen itu beda lagi. Suddenly feel like longtime lovers.

 “Lalu kenapa ragu-ragu?"

“Karena dia artis dan aku cukup tahu busuk-busuknya kehidupan mereka. Changmin isn’t clean too. Reputasinya buruk soal seperti itu.”

“Tapi dia berubah jadi lebih baik kan sejak bersamamu?” pertanyaan itu tepat menancap di hati Yunho, seolah-olah baru ini mendengarnya meski beberapa orang pernah mengatakan ini sebelumnya. “Tidak ada orang yang suci, setidaknya kalian menjadi lebih baik saat bersama itu jauh lebih penting.”

“Ibu rasa, ayahmu juga berpendapat demikian tapi tidak bisa mengatakannya karena belum bertemu langsung.” Ibu Yunho kemudian berhenti sejenak setelah merapikan toples berisi kimchi ke dalam lemari. “Tapi kurasa sebentar lagi akan bertemu.”

Yunho menatap ibunya dengan tatapan bingung. “Changmin bilang ke ibu kalau mau ke sini?”

“Tidak.” Jawab ibu yang dirasakan Yunho memang jujur. “Ibu hanya menebak dan jika memang benar maka akan kulepas anak ibu yang tampan ini padanya dengan tenang.”

Yunho tersenyum ketika ibunya mencium pipinya dan mengusap rambut seperti saat ia masih kecil. “Aigoo…siapa sangka anak biang masalah sepertimu ini akhirnya menikah dan hidup tenang.”

Entah kenapa Yunho tak berminat meralat kata “menikah” yang biasanya membuatnya alergi itu. Ia membenamkan wajahnya di pelukan ibunya, lama juga tidak merasakan kehangatan rumah yang biasanya jadi tegang kalau ia pulang. “Mianhe omma,” ucapnya lirih sekali.

“Minta maaf kenapa?”

“Aku tidak bisa memberimu cucu.”

“Ah tenang saja….masih ada Jihye. Untung ibu masih punya anak perempuan.”

Akhirnya pembicaraan itu beralih ke Jihye dan Yunho merasa lega beliau setuju dengan Jang Woo Hyuk. Baru kali ini merasa begitu bersyukur memiliki orangtua yang tidak terlalu rumit. Pembicaraan itu pun berlangsung menyenangkan tanpa disadari Yunho bahwa ayahnya mendengarkan dengan seksama di ruangan sebelah.

 

 

***************

 

 

Yunho berencana menghabiskan liburannya tanpa berpikir esoknya mau melakukan apa. Plan A adalah akan di rumah 3 hari saja kalau suasana jadi tak nyaman, plan B jika damai maka akan dihabiskannya jatah break selama seminggu di rumah. Untunglah yang terjadi opsi kedua.

Menghabiskan hari dengan mengunjungi teman-teman sekolah yang masih stay di Gwangju, lalu berkumpul dan menyempatkan camping atau bersepeda. Satu kali sempat diajak ayahnya ke perkebunan milik teman. Semula khawatir ditanya aneh-aneh tapi anehnya ayahnya tidak membicarakan hal sensitif. Walau terasa agak kaku tapi Yunho merasa santai diajak berbicara tentang tanaman, mengelola perkebunan, peternakan dan soal lingkungan lainnya. Dia sudah tahu sejak lama ayahnya tertarik dengan perkebunan dan sebenarnya Yunho berpikir ingin ikut mewujudkan impian itu.

Anehnya, Yunho merasa kecewa kenapa ayahnya tak bertanya soal Changmin.

Tapi sisi hati lainnya bersyukur itu tak ditanyakan.

Galau banget lah.

Yunho memutar-mutar cincin di jarinya. Memang benar kata ibu, mungkin aku memang sepengecut itu. Tapi kenapa bisa begitu?

Changmin yang masih ingat kondisi terakhir Yunho pulang dari Gwangju bertemu ayahnya dulu membuatnya terus menghubunginya sejak berangkat. Mengkhawatirkan ada piring terbang atau semacamnya, namun untunglah tidak terjadi. Yunho sendiri sebenarnya sedang ingin break tanpa dikontak sehingga terlampau irit membalas Changmin, membuatnya ketar-ketir sendiri.

“Kapan kamu pulang?”

“Besok kan. Belum berubah, masih tetap naik kereta siang.”

Tak ada balasan lagi. Yunho sebenarnya ingin bertanya apakah Changmin berminat menjemputnya tapi urung dilakukannya. Biarlah galaunya ia telan sendiri menjelang kembali ke Seoul. Toh, belum tahu akan bersikap bagaimana kalaupun Changmin datang.

Yunho membereskan tas yang dibawanya balik besok. Dulu kebiasaannya mengepak dadakan tapi Changmin selalu menegurnya karena pasti ada yang kelupaan jadi akhirnya berubah.

Yunho tersenyum samar mengingat itu dan berusaha tidur senyenyak mungkin.

Kangen kamu juga ternyata.

 

 

***************

 

 

“Changmin?”

Yunho merasa jantungnya jatuh ke lantai saat membuka pintu rumah dan mendapati Changmin berdiri dengan pakaian rapi dengan senyuman nervous, "Hai..."

“Kenapa tak memberitahu dulu? Bagaimana kamu tahu rumahku?”

“Aku tanya Jihye,” jawab Changmin singkat masih terlihat menenangkan dirinya. Yunho menebak pasti sekarang dia gugup parah karena terus membasahi bibirnya. “Apakah aku datang di saat yang tidak tepat?”

Sebelum Yunho sempat menjawab terdengar ibunya bertanya dari dalam, “Siapa itu Yunho?”

Ibu Yunho tersenyum terlalu lebar ketika mengenali Changmin yang buru-buru membungkuk 90 derajat. Saat mengajak Changmin masuk ke dalam, Yunho melihat sorot mata penuh kemenangan sang ibu kepadanya.

Apakah ini berarti benar-benar serius?

Yunho mengekor dalam diam saat ibunya terlalu antusias bertanya panjang lebar, membuat Changmin kewalahan menjawab tapi itu membuatnya jadi lebih rileks, merasa diterima.

“Saya ke sini mau menjemput Yunho hyung.”

“Hyung?” tanya ibu Yunho dengan nada menggoda sangat kent

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
KathYunChang #1
Chapter 20: Beautiful ♥♥
Bigeast88 #2
Chapter 2: Aku suka gaya bahasanya.. n alurnya menarik, jd pgn lanjut baca terus. *lanjut baca xixixixi
bambimax
#3
Chapter 4: Aduh.. Ini hot bgt!! Ini baru yg namanya :) lebih suka ff mereka yg kayak gini ketimbang yg uke nya agak kecewek"an hehehehe, lebih terasa nya :))) Ini yunho yg jd ukenya ya? Wkwkwkwkwk, gapapa yunho aja uke nya (?) suka bgt sama ceritanyaa, makin lama makin bikin penasaran
only_u #4
Halo aku reader baru...woah..suka bgt sama ceritanya-so gay bgt..bener-bener kaya menggambrkan kisah pasangan sejenis ..cowo yg simpel tapi dalem dan serius...serius suka bgt..
Ini ada di ffn juga yah..kok ini bru sampe 19, tapi di ffn udah 22...ceritanya sih sama.....hehe...garnet-san semangat yah..ditunggu <3
dongbangified #5
Chapter 16: Nagih! xD
Alurnya bikin penasaran sampe gabisa berenti baca di pertengahan chapter. Ceritanya gabertele-tele, tapi juga ga maksa. Simpel tapi ngena.
Suka sama penggambaran Yunho-nya disini. Jujur aja aku gabiasa baca Uke!Ho tapi gara-gara fanfic ini jadi berubah pikiran :")
Keren deh pokoknya! One of the best MinHo's bahasa ffs I've ever read! xD Looking forward for the next chapter!
dongbangified #6
Chapter 16: Nagih! xD
Alurnya bikin penasaran sampe gabisa berenti baca di pertengahan chapter. Ceritanya gabertele-tele, tapi juga ga maksa.
Suka sama penggambaran Yunho-nya disini. Adorbs banget huhu ;; (Jujur aja aku gabiasa baca Uke!Ho tapi gara-gara fanfic ini jadi berubah pikiran :")
Keren deh pokoknya! One of the best MinHo's bahasa ffs I've ever read! xD Looking forward for the next chapter!
LovelySpringBreeze #7
Chapter 16: Omonaaaa.. so sweet yet so sad.. bnr2 berharap hepi ending.. and couple ring!! yaaaay!!!!
LovelySpringBreeze #8
Chapter 13: Baguuus banget.. br aja selesai baca... makin lama makin ga bisa berhenti keinginan buat nerusin bacanya.. konflik dan penyelesaianny bnr2 kerasa real, deep dan ga berbelit2.. suka bangeet.. bisa ikud ngerasain proses hub.an mereka.. berharap bakal diterusin cerita ini...
UknowMi
#9
hwaaaa i want to read this, can u make an english version of this? TT^TT