Kris mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, sedangkan Luhan agak ngeri juga dengan gaya menyetir Kris yang kini menyetir dengan kecepatan di atas 110 km/  jam.

Dan begitu sampai di rumah sakit, ia menjumpai kakaknya tengah menunggu di luar ruang operasi.

"Sebenarnya ada apa, jie ? ibu kenapa ?" Kris panik sambil berusaha mengatur nafasnya.

"Ibu...ibu tadi terjatuh di kamar mandi, dan kepalanya terbentur. Dokter mengatakan terjadi pendarahan di otak kecilnya, dan sekarang dokter sedang mengoperasi ibu "

Kakak kris itu menangis di bahu adiknya, namun sesaat kemudian, matanya menangkap sosok Luhan yang sedari tadi ada di belakang kris.

"Kau..kalian..masih bersama ?"

Kris mengangguk.

"Yifan, kau tidak membenci ibu karena dia tidak merestui kalian kan ?"

"Tentu tidak, jie. Ibu itu adalah orang yang melahirkan aku, melahirkan kita, mana mungkin aku membencinya, ibu memang agak kelewatan, tapi bagaimanapun ibu itu adalah ibuku "

"Selama ini kalian tinggal di mana ?"

Luhan dan kris saling berpandangan.

"Tenanglah, aku tidak akan menentang kalian lagi, aku juga sudah lelah dengan semua  ini. Kalau  ibu sembuh nanti, kami akan segera pergi dari rumahmu, Luhan. Dan kau dan Yifan bisa kembali ke sana. Jangan terus bersembunyi seperti ini "

Luhan menggeleng cepat,  "Tidak, bukan begitu, jie. Kalian bisa tinggal di sana selama yang kalian mau, kalian sudah kuanggap kakak juga ibuku sendiri "

Pei Ci tersenyum, wanita cantik itu terharu akan kebaikan Luhan. Dia dan ibunya telah jahat padanya namun Luhan tetap saja baik padanya.

"Kurasa kau tidak salah memilih calon pendamping, Yifan-ah " bisiknya pada sang adik, sedangkan kris hanya bisa tersenyum malu seraya menggaruk lehernya yang tidak gatal.

Dokter Li, dokter yang mengoperasi ibu kris sudah keluar dan memberi tahu bahwa Kris dan