Satu Hari (Jangan Pernah Pergi)
Remaja“Tetep sama aku ya?”
Hitomi membuka mata. Air matanya siap jatuh kapan saja—mungkin, beberapa detik dari sekarang, sebab suara Chaewon yang pecah berhasil meruntuhkan pertahannya.
“Aku tahu kamu takut,” gadis itu berkata lagi, dengan senyum tipis yang terkembang, dan kedua tangan yang menggenggam jemari Hitomi. Gadis itu bertekuk lutut di depannya, “Aku tahu kamu takut dan aku pernah bilang, kalau emang kamu mau pergi, aku nggak akan nahan kamu di sini. Tapi… aku boleh egois ‘kan?” ada jeda, sebab gadis itu terlihat kesusahan memuntahkan kata-kata
“Sama aku terus ya, Hitomi?”
“Stop panggil namaku dengan nada suara gitu,” Hitomi bahkan kaget mendengar suaranya sendiri—pasrah, putus asa, frustasi, “Kamu tahu aku nggak suka kalau kamu manggil namaku kayak gitu. Terakhir kamu manggil namaku kayak gitu, kamu mau ngelepasin aku. Aku nggak mau, Chaewon,” ia merasakan pipinya basah—lalu hangat jemari Chaewon berpindah ke pipi; sebelah tangan gadis itu menangkup pipinya, menghapus air mata.
“Aku ‘kan minta kamu sama aku terus,” gadis itu berujar, “Aku minta kamu tetep sama aku, Hitomi. Aku juga nggak mau hubungan kita selesai setelah apa yang kita lalui sama-sama.”
Itu saja yang Hitomi butuhkan untuk melempar tubuhnya ke arah Chaewon—kedua l
Comments