chapter 3

Distance
Please log in to read the full chapter

H-2 menuju pernikahan

Kang Ma Ru POV

Aku mengamati seorang pria yang sedang berada di ladang dari dalam mobilku. Tangan pria tampak sibuk dengan tanaman gandumnya yang sebentar lagi akan masuk masa panen. Sesekali terlihat senyuman di sudut bibirnya, mungkin hasil panennya akan memuaskan kali ini. Aku mengamatinya terus meski kadang ada rasa sesak di dadaku ketika melihat bulir keringatnya turun membasahi wajah sisa ketampanannya yang sudah berganti menjadi keriput.

"Ma Ru, whoaaahhh..lihat dirimu kau semakin tampan seperti ayahmu dulu." Pria itu adalah ayahku. Ia mengamatiku dengan seksama lalu menepuk-nepuk bahuku.

" Duduklah." kami berada di kedai arak yang tak jauh dari ladang tempat ayahku bekerja tadi.

Ayahku meminum arak langsung dari botolnya. Dia terlihat jauh lebih kurus dari terakhir kali aku melihatnya sebulan yang lalu. Iya-iya kalian tak perlu mengingatkanku tentang kebencianku pada ayah. Aku memang membenci ayahku tapi sebagai seorang anak aku kadang hanya ingin melihatnya, walaupun itu selalu aku lakukan diam-diam dari balik kaca mobilku. Dan baru sekarang aku berani menampakkan wajahku di depannya.

"Kau masih minum dengan caramu, kau sudah tua bisakah minumnya pelan-pelan saja?" aku mengambil botol yang sedang dia tenggak.

Ayahku melongo. "Ada apa kau menemuiku sekarang?"

Aku meminum arakku.

"Semua baik-baik saja?" tanya ayahku lagi. Matanya menatapku. Aku lihat ada kecemasan di bola matanya.

Aku menggeleng pelan.

"Kau akan menikah besok, kalau kau ingin restu dariku tentu saja aku akan merestuimu. Ayah senang kalau kau akhirnya menemukan wanitamu." 

Aku gantian menatap ayahku, "darimana kau tahu aku akan menikah besok?"

Ayahku tersenyum, "bukankah kau akan menikah dengan direktur utama Tae San? Apa kau lupa kalau Tae San adalah perusahan no 1 di Korea? Semua koran memberitakannya, Ma Ru."

Aku diam saja.

"Kang Ma Ru...maafkan ayah." suaranya bergetar saat mengatakan hal itu.

Aku menatap ayahku. Aku lihat badannya sudah bergetar, meskipum sekarang dia menunduk aku tahu matanya mulai memerah dan basah. Aku tak tahu harus bersikap apa. Air mataku juga mulai menggantung di sudut mataku siap untuk turun.

"Aku harus pergi." aku beranjak pergi dan meninggalkan sejumlah uang di meja.

"Ma Ru..." panggil ayahku.

Aku mencoba menghapus air mataku dan berbalik ke arah ayahku. Tapi mataku tak berani memandang sosok ayahku. 

"Jangan pernah menjadi sepertiku! Larilah dari tempat itu selagi kau bisa!" katanya sambil meraih tubuhku. Dia terisak.

Aku terkejut dengan pelukannya. Aku merindukan ini selama belasan tahun. Aku merindukan pelukan ayah. Aku merindukan ayahku. Air mataku sudah tak kuasa aku bendung. Aku membalas pelukannya, "Ayah..."

Aku berada di mobilku sekarang menuju rumah So Eun Ri. Dia tadi mengirimiku pesan untuk segera ke sana. Pertemuan dengan ayahku, pelukan ayahku masih bisa aku rasakan. Benci itu entah sudah menguap ke mana. Rupanya berdamai dengan masa lalu itu membuat hidupku jadi lebih nyaman. 

"Baguslah kau sudah datang, Kang Ma Ru." kata So Eun Ri begitu melihatku datang. Dia tampak terburu-buru.

"Kenapa kau memintaku datang? Dan kau mau ke mana?" 

"Eun Ri..." seseorang memanggilnya sambil memberikan sebuah dokumen ke tangan So Eun Ri. Seseorang yang mirip dengam So Eun Ri. 

"Kau terkejut, Kang Ma Ru? Dia bukan aku. Dia saudara kembarku, So Eun Gi." 

Aku menatapnya. Ya, dia wanita yang ada pelukanku tadi malam. Wanita yang aku kira tunanganku, So Eun Ri.

"Tolong jaga dia selama aku pergi. Dia masih sakit, kau lihat wajahnya kan?" So Eun Ri melihat arlojinya. "Ya ampun, aku terlambat! Aku harus menyelesaikan pekerjaan ini dulu dengan pamanku, Kang Ma Ru." katanya panik sambil memperlihatkan dokumen yang ada di tangannya. "Aku akan menceritakan semuanya nanti saat makan malam. Bye So Eun Gi. Bye Kang Ma Ru." dia mengecup pipiku sekilas lalu pergi.

Aku melirik sekilas wanita yang bernama So Eun Gi. Dia sedang melambaikan tangan, wajahnya sedikit memerah.

Apa dia memerah hanya karena melihat sebuah ciuman kilat di pipi, pikirku.

Oh ya tentang semalam rupanya So Eun Gi lah yang akan menjadi kejutanku. So Eun Ri ingin mengenalkanku dengan saudara kembarnya yang sudah lama berpisah dengannya. Tapi kejutan itu rupanya tak berjalan mulus karena kembarannya itu jatuh pingsan. So Eun Ri panik dan dia belum menceritakan detail tentang kejutannya itu. Dia hanya mengatakan sekilas sambil berkaca-kaca bahwa kembarannya itu tidak sesehat dirinya. Apa wanita yang bernama So Eun Gi ini juga yang dimaksud Park Seong-Yeoul tentang rahasia keluarga So? Sesuatu yang bagi Park seong-Yeoul bahkan lebih kecil dari batu kerikil?

Aku terjaga dari lamunanku. Wanita bernama So Eun Gi sudah menghilang dari pandanganku.

"Kau sudah makan? Aku tadi memasak." suara lembut dari ruang makan mengagetkanku.

Aku duduk di kursi yang berseberangan dengan So Eun Gi. Makanan sudah lengkap di atas meja dan entah kenapa tiba-tiba aku merasa lapar. Aku makan tanpa basa-basi. Ini lezat. Sungguh lezat.  Mengingatkanku akan masakan ibuku. Dan kemudian aku menyadari wanita bernama So Eun Gi itu sedang menatapku dengan tajam. Rasanya aneh, tadi aku baru saja melihat tunanganku pergi lalu tiba-tiba di depanku muncul wanita yang mirip dengam tunanganku sedang menatapku dengan tajam. Tubuh yang sama--sedikit lebih kurus dari So Eun Ri, wajah yang sama, rambut yang sama, mata yang sama--tidak So Eun Gi memiliki sorot mata yang jauh lebih tajam. Sorot mata yang mampu menaklukan lawan jenisnya dengan mudah.

Aku meletakkan sumpitku. Aku mengeluarkan pesonaku dengan senyum mautku, "jadi apa kau juga tertarik denganku So Eun Gi?"

*******************************************************************

Park seong-Yeoul POV

"Bagaimana keadaanya sekarang? Apa ada perubahan?" tanyaku pada sang dokter begitu keluar dari ruangan. Sekilas aku melihat wanita di ruangan itu sedang duduk sambil memeluk kedua kakinya. Wanita itu sudah menghabiskan beberapa jam ini bertahan di posisinya yang seperti itu terus. 

"Keadaannya masih sama, Tuan Park. Tapi setidaknya dia sudah jarang mengamuk akhir-akhir ini kan Tuan Park?" tanya sang dokter memastikan.

Aku mengangguk, "berikan dia yang terbaik."

Sang dokter mengangguk lalu beranjak pergi.

Aku masuk ke ruangan wanita itu. Dia tak bergeming. Sepertinya dia tak sadar bahwa aku datang. Tidak! Bahkan jika itu gajah atau harimau pun yang masuk dan mendekatinya dia juga tidak akan sadar. Wanita yang ada di ruanganku gila! Iya, dia gila. Dia tidak mengenali siapapun, bahkan dia sendiri tidak ingat siapa dirinya! Aku mendekatinya, duduk di sebelahnya. Dia tetap secantik biasanya, meskipun usia tetap tidak mau berkompromi dengan manusia karena aku dengan jelas bisa melihat ada kerut-kerut halus di sudut mata dan bibirnya tapi dia tetap wanitaku. Wanita yang tidak pernah bisa kumenangkan hatinya.

"Kau cantik." aku sedikit memaksa memegang wajahnya a

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
nisaananda #1
Chapter 20: Ditunggu karya selanjutnya
nisaananda #2
Chapter 19: Update soon author
superherocan #3
Chapter 19: Baru aja mau komeng kurang panjang eh udah mau tamat LOL....bikin cerita baru lg dong thor
nisaananda #4
Chapter 18: Cieee eunmaru.....
nisaananda #5
Chapter 17: Siapa yg nusuk kang ma ru?
nisaananda #6
Chapter 16: Hikssss tambah sedih ajaaaa.update terus yaaa
nisaananda #7
Chapter 15: Ayoooo eun gi selamatkan mr.kang
nisaananda #8
Chapter 14: Semakin menegangkan.
superherocan #9
Chapter 13: Gomawo udah update lagi authornim
nisaananda #10
Chapter 13: Akhirnya update.makasihhhhh