chapter 19

Distance
Please log in to read the full chapter

Park Shi Hoo POV

Aku terbaring sakit di kamarku. Tak ada yang tahu. Tak ada yang peduli padaku. Aku menatap langit kamarku. Teringat ayahku. Teringat apa yang ku temukan di meja kerjaku. 

Seseorang dengan sengaja memberikan itu padaku, siapa? 

Aku bangun menuju lemari. Aku buka brankas di dalamnya. Kukeluarkan amplop coklat yang  kubawa dari kantorku.

"Ayah, benarkah kau melakukan ini semua?" Aku berteriak histeris.

Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Haruskah aku menyerahkan bukti ini ke polisi agar ayah mempertanggung jawabkan semua perbuatannya? Atau haruskah aku pura-pura diam tak tahu?

Ponselku berbunyi. Sebuah nomor yang tak ku kenal.

"Halo, siapa ini?"

"Park Shi Hoo...kau sudah menerima hadiahku? Apa kau menyukainya?"

Aku tercengang, "siapa kau?!"

Orang di seberang telepon tertawa, "kau sekarang tahu kan seperti apa ayahmu sebenarnya!"

"Siapa kau?!" aku mencoba menggertaknya lagi.

"Apa yang akan kau lakukan pada ayahmu? Tunggu sebentar...." dia terdiam. "Aakhh...aku yakin kau tidak akan berani melaporkan ayahmu, kau tahu kenapa? Karena kau seorang pengecut, Park Shi Hoo!!"

Darahku mendidih mendengarnya. Tapi aku sedang mencoba menerka pemilik suara di seberang telepon.

"Kau terlalu mencintai ayahmu! Kau tutup mata dengan semua kejahatan yang dilakukan ayahmu! Kau memang anak yang baik dan patuh, pasti ayahmu sangat bangga denganmu." Lalu dia tertawa mengejek.

"Diam kau!! Siapa kau sebenarnya?!" teriakku. Aku merasa sangat pusing dan tak berdaya.

Orang itu tertawa semakin keras.

Aku tidak tahan mendengar suara tawanya, kulempar ponselku dengan marah. Ponselku menabrak dinding dan hancur. Aku terduduk lemas. Aku remas amplop coklat di tanganku. Mataku memerah, hatiku rasanya sakit sekali. Aku berteriak sekuat-sekuatnya menumpahkan segala kekesalanku dan kebimbanganku.

"Apa yang harus ku lakukan, ayah? Apa yang harus aku lakukan?" rintihku sambil menenggak minuman beralkohol langsung dari botolnya.

Seseorang menekan bel rumah. Aku enggan membuka pintu. Tapi orang di luar sana menekan bel terus-terusan memaksaku untuk membuka pintu. Aku meletakkan kembali amplop coklat ke dalam brankasku dan keluar menuju pintu depan. Aku melihat wajah sekretaris Han Hyo Joo di layar.

"Apa So Eun Ri yang menyuruhnya kemari?" tanyaku pada diri sendiri.

Aku menekan password rumahku dan pintu pun terbuka.

"Direktur Park." Han Hyo Joo membungkukkan badannya.

Aku membalasnya. Lalu dia memandangiku.

"Ada apa kau kemari? Direktur So yang memintamu?" tanyaku dingin.

Dia terperangah, tersadar dari pandangannya. "A, aku..." dia menunjukkan barang yang dibawanya. Sekantong belanjaan berisi sayuran. "A, anda lapar kan? Aku akan memasakkan sesuatu."

Aku menatap dingin wanita di hadapanku, "Pergilah."

"Hah? A, apa?" 

"Aku bilang pergilah. Aku tidak lapar. Aku sedang tidak ingin diganggu. Dan aku...juga tidak menginginkanmu di rumahku."

Aku tahu Han Hyo Joo terluka dengan kata-kataku. Aku bukannya tidak tahu kalau Han Hyo Joo mencintaiku. Aku hanya tak mau tahu. Selama ini aku bersikap dingin pada wanita karena aku menunggu cinta pertamaku kembali dan lalu menikah dengannya. Aku ingin So Eun Gi menjadi wanita pertama dan terakhirku. Tapi melihat kenyataan bahwa So Eun Gi jatuh cinta pada Kang Ma Ru membuatku hilang harapan. Aku tidak akan pernah bisa memilikinya.

"Di mana dapurnya?" 

Aku tersadar dari lamunanku. Melihatnya berkeliaran di rumahku membuatku sangat marah.

"Apa yang kau lakukan, hah?! Aku sudah menyuruhmu pergi!" aku menarik tangannya. Kantong belanja di tangannya terjatuh dan menghamburkan isinya.

"Lihat itu, kau membuat rumahku berantakan! Sekarang, cepatlah pergi dari rumahku!" bentakku tak terkontrol.

Aku melihat mata Han Hyo Joo mulai berair. Entah kenapa ada perasaan bersalah di hatiku.

"Ma, maaf. Aku akan merapikan semuanya." Han Hyo Joo memunguti sayuran yang berantakan di lantai. Diam-diam dihapusnya air mata yang mengalir di pipinya.

Aku merasa tidak enak, aku membantunya memunguti sayuran. Saat aku mau mengambil paprika, tangan Han Hyo Joo juga mau mengambilnya. Tangan kami bertemu. Kami sama-sama mendongak. Wajah kami begitu dekat. Aku bisa merasakan hangat uap nafasnya di wajahku. Aku teringat dengan apa yang akan aku lakukan pada So Eun Gi di depan kantor polisi, menciumnya. Wajah Han Hyo Joo berubah menjadi wajah So Eun Gi. Ini pasti karena aku terlalu banyak minum tadi.

Aku menarik wajah Han Hyo Joo dengan kasar, aku lumat bibirnya dengan kasar. Aku merasa tubuh Han Hyo Joo berusaha memberontak. Semakin berontak, aku semakin ingin menguasainya. Aku menarik tubuh Han Hyo Joo semakin dekat denganku. Aku jamah dan aku gigit semua detail bibirnya. Han Hyo Joo akhirnya takluk pada permainanku, dia menuruti dan ikut bermain. Aku rebahkan tubuhnya dengan lembut di lantai marmer yang dingin. Aku ingin bermain lebih jauh dengannya. Aku menginginkannya untuk menghibur kegalauan dan kesedihanku. Tapi tiba-tiba dia berhenti dan mendorongku.

"Direktur, a, aku tidak bisa." air matanya turun.

Aku mengalihkan pandanganku darinya. Aku tersinggung karena penolakannya tapi aku sadar aku juga tidak boleh memperlakukan Han Hyo Joo seperti ini.

Tanpa sadar aku meraih tubuhnya dan kubenamkan wajahnya di dadaku. Han Hyo Joo menangis.

"Kau jadi memasak untukku?" tanyaku setelah tangisannya agak mereda.

Malamnya, saat aku sedang menikmati masakan buatan Han Hyo Joo, seseorang membuka pintu rumahku. Aku dan Han Hyo Joo saling berpandangan.

Hanya aku dan ayahku yang tahu password rumah.

"Kau di sini saja." kataku setengah berbisik.

Aku melangkah pelan-pelan menuju ruang depan, berusaha tidak menimbulkan suara apapun. Han Hyo Joo rupanya takut sendirian jadi dia mengikuti persis di belakangku. Jarinya memegang erat lenganku.

"Ayah?!" aku terkejut ketika melihat ayahku sedang berjalan menuju ruang kerjanya 

Ayahku juga sama terkejutnya. Dia melihatku lalu melihat Han Hyo Joo, "kau sedang bersenang-senang rupanya." 

Han Hyo Joo segera melepas pegangannya padaku.

"Direktur." Han Hyo Joo segera membungkukkan badannya.

"Lanjutkan, aku tidak akan menganggu kalian." ayahku masuk ke ruang kerjanya dan menutup pintunya

"Ayah!" aku berlari menyusulnya.

******************************************************************

Park Seong-Yeoul POV

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
nisaananda #1
Chapter 20: Ditunggu karya selanjutnya
nisaananda #2
Chapter 19: Update soon author
superherocan #3
Chapter 19: Baru aja mau komeng kurang panjang eh udah mau tamat LOL....bikin cerita baru lg dong thor
nisaananda #4
Chapter 18: Cieee eunmaru.....
nisaananda #5
Chapter 17: Siapa yg nusuk kang ma ru?
nisaananda #6
Chapter 16: Hikssss tambah sedih ajaaaa.update terus yaaa
nisaananda #7
Chapter 15: Ayoooo eun gi selamatkan mr.kang
nisaananda #8
Chapter 14: Semakin menegangkan.
superherocan #9
Chapter 13: Gomawo udah update lagi authornim
nisaananda #10
Chapter 13: Akhirnya update.makasihhhhh