Chapter 05

Hindrance
Please Subscribe to read the full chapter

 

Selama dua menit setelah Dana menyeretnya masuk ke kamar gadis itu dengan dibuntuti Zi Tao yang Dahui yakin bahwa ia juga merasa penasaran terkait pristiwa beberapa saat lampau di depan rumah, tak ada satu kata pun yang meluncur dari mulut keduanya. Dana tengah melanglang ke sana dan kemari—tabiat turun-temurun di keluarga mereka ketika sedang gusar ataupun panik—sementara Dahui hanya dapat terduduk di sudut tempat tidur sembari melempar pandangan memohon kepada Zi Tao agar ia bersedia mengeluarkannya dari ruangan terkutuk ini. Dahui yakin bahwa Dana takkan melepaskannya sebelum ia mendapatkan jawaban yang diinginkan. Namun lelaki bermata panda itu hanya menghadiahkan senyum prihatin kepadanya.

Dahui memutar kedua bola mata, habis kesabaran. Ia mendengus keras, menarik perhatian sejoli tersebut dan lantas langkah kaki Dana pun terhenti tepat di depannya. Dengan mata memicing, ia menunjuk wajah sang Adik dengan raut menghakimi.

“Kau berpacaran dengannya, ‘kan?” tudingnya, sengaja merendahkan intonasi agar sang Ibu yang kini tengah memasak makan malam di dapur tak dapat mencuri dengar.

Dahui menggeleng cepat sembari mengibas-ngibaskan tangan. “Tidak!” tepisnya keras. “Mana mungkin aku berpacaran dengannya!”

“Sejak awal aku sudah mengira bahwa kalian memiliki sesuatu.” Dana tak menggubris ucapan Dahui. Ia berjalan mendekat dan kini membungkukan tubuh hingga wajah mereka setara. “Jika tidak, tak mungkin ia akan melakukannya.”

Gadis itu berdecak. “Jangan bicara sembarangan, Shin Dana.”

Napas keras terhela dari celah bibir Dana sebelum akhirnya ia kembali menegakkan tubuh. “Aku tahu kau malu mengakuinya. Dan memang lebih baik untuk menyembunyikannya dulu dari Ayah dan Ibu. Tapi setidaknya kalian bisa menahan diri untuk tidak berciuman di tempat publik. Mulut ibu-ibu kompleks selalu selalu bergerak lebih cepat dari kereta eskpres dan mereka juga suka melebih-lebihkan cerita sebenarnya. Jika sampai ketahuan, maka keluarga kita—”

“Shin Dana, hentikan!” pekik Dahui, merasakan suhu panas yang kini menjalar ke ubun-ubun kepala. Ia yakin bahwa kedua pipinya bahkan lebih merah dari tomat matang. Sementara telinganya menangkap kekehan tersendat dari Zi Tao yang tengah berupaya membenamkan raut gelinya di balik telapak tangan.

Ia malu setengah mati. Terlebih, dituding menjalin hubungan dengan si Byuntae Baekhyun. Tak sekelumit pun terbersit dalam benaknya bahwa ia akan berada dalam situasi seperti ini. Dana takkan merubah apa yang telah menjadi pemahamannya. Gadis itu cukup keras kepala kendati apa yang ia percaya saat ini bukanlah kenyataannya.

“Tidak apa-apa, Dik,” ujarnya sembari menepuk bahu sang Adik. Dahui meringis mendengar panggilan menjijikan itu. “Aku dan Zi Tao dulu juga menyembunyikan hubungan selama beberapa bulan sebelum memberitahukannya kepada Ayah dan Ibu. Itu akan lebih mudah saat kau benar-benar yakin bahwa ialah yang terbaik untukmu. Jadi tak perlu menutup-nutupinya dariku karena aku mengerti situasimu saat ini.”

Dahui menepis tangan Dana dan membuang diri ke atas tempat tidur. Ia menenggelamkan wajah dengan bantal dan berteriak sekencang mungkin guna menyalurkan kefrustasian. Berbicara dengan Dana hanya akan membawanya ke jalan buntu. Terkadang Dahui akan menyalahkan Nyonya Shin yang mewariskan sifat keras kepalanya kepada sang Kakak.

Sayup-sayup, tawa Zi Tao terdengar kian jernih, membuat Dahui jengah. Ia melempar bantal yang sedianya berada di atas wajahnya ke arah Zi Tao, sukses menimpa sisi kepalanya.

“Diam atau aku akan memotong lidahmu!” ancamnya, mengacungkan telunjuk kepada laki-laki berdarah Cina tersebut.

“Hei, jangan berbicara seperti itu pada kekasihku!” protes Dana, membela sang Kekasih.

“Terserahlah, aku mau keluar.” Ujar Dahui seraya bangkit berdiri dari tempat tidur Dana.

“Berpacaranlah yang sehat. Aku belum ingin mendapatkan keponakan.” Cibirnya saat Dahui menarik kenop pintu.

Gadis itu mau saja membalas, namun setelah dipikir-pikir ulang agaknya akan lebih baik jika tetap mengabaikan cemoohnya. Ia tak ingin menciptakan keributan hingga memancing atensi Nyonya Shin dan pada akhirnya ikut memercayai tafsiran Dana. Dahui tentu tak ingin menghadapi dua orang keras kepala dalam satu waktu.

 

X.x.X
 

“Jadi sekarang Dana dan Zi Tao mengira bahwa kami berpacaran. Ini benar-benar kacau. Mungkin aku akan segera menghuni rumah sakit jiwa dalam waktu dekat!” ujar Dahui malam itu, menumpahkan seluruh kekesalan kepada Bina saat ia memutuskan untuk bermalam di rumahnya. Dan untungnya ini adalah akhir pekan, jadi mudah baginya untuk beralibi agar terhindar dari Dana yang tak henti-hentinya melemparkan tatapan penuh arti. Ugh, Dahui benci mengakuinya, namun sungguh gadis itu ingin menyiram wajah sang Kakak dengan air raksa.

Kini ia sudah merasa jauh lebih tenang setelah membuang seluruh ganjalan hatinya kepada Bina. Kendati ancaman si Lelaki Cabul tersebut masih membuat jantungnya berdegup dua kali lipat lebih cepat setiap kali ia mengenangnya.

“Apakah kau sudah mencoba untuk menjelaskannya?”

Dahui menatap Bina seakan-akan gadis itu mengatakan sesuatu yang tidak mampu diterima nalar. “Kau tahu seperti apa Dana.”

“Perlu kubantu menjelaskannya?” tawar Bina dengan kedua alis terangkat.

Dahui terkekeh kecut sembari menggeleng frustasi. “Percuma saja. Ia tidak akan memercayainya. Dan mungkin penjelasanmu hanya akan membuat segalanya menjadi semakin pelik.”

Bina menghela napas berat, merasa buruk lantaran ia sama sekali tak dapat membantu sahabatnya. Selama ini Dahui sudah menolongnya dalam banyak hal—kendati tak jarang pula ia menempatkannya dalam kesukaran. Dan Bina hanya ingin melakukan hal yang sama seperti yang kerap Dahui lakukan padanya. Terlebih masalahnya saat ini terbit akibat ia ingin melindungi Bina dari kuntitan Baekhyun.

“Lalu apa yang bisa kubantu?” tanya gadis itu kemudian.

Dahui tampak bimbang. Ia menatap Bina sesaat, lantas memalingkan manik menuju kesepuluh jemarinya yang saling bertautan. Dehaman kecil meluncur dari mulutnya guna mengenyah kegugupan. Sungguh, Dahui tak sanggup menyampaikan permintaan Baekhyun. Itu artinya ia harus mencampakkan Bina ke sarang musuh hanya untuk menghindarinya dari malapetaka.

“Dahui? Ada yang ingin kausampaikan?” tanya Bina sekali lagi, menyadari bahwa sahabatnya tengah membendung sesuatu.

“Bina,” panggil Dahui lirih.

Salah satu alisnya berjingkat, meminta Dahui melanjutkan kalimat.

“Sebenarnya kau hanya bisa membantuku dengan satu cara.”

“Apa itu?”

“Terimalah tawaran duet Baekhyun untuk mengisi acara ulang tahun sekolah.”

“Kau bercanda?!” pekiknya dengan mata membeliak. Selama ini Bina selalu berusaha untuk menjauhi Baekhyun. Jika ia menyetujui tawaran duetnya, maka kemungkinannya ia harus berjumpa dengan lelaki tersebut setiap harinya untuk berlatih.

“Maafkan aku, Bina.” Dahui sontak menyatukan tangan di depan wajah sembari memasang raut memelas. “Aku sebenarnya tidak mau menyetujuinya, tapi ia mengancamku.”

“Siapa yang mengancammu?”

“Baekhyun.” Jawabnya setengah hati, tak sudi menyebutkan nama lelaki itu dengan lidahnya sendiri. “Dia akan memberikan kertas ulangan sejarahku ke orangtuaku jika dalam kurun waktu tiga hari aku tak berhasil membuatmu menerima tawarannya. Bukan hanya itu yang kucemaskan. Ia juga bisa mengatakan hal macam-macam ke Ibu atau Ayah. Sungguh, berurusan dengan Dana saja sudah cukup bagiku.”

Bina terpekur selama beberapa saat, mencerna ucapan Dahui sebaik mungkin. Kendati ia tak menyukai Baekhyun, namun gadis itu pula tahu bahwa hanya inilah satu-satunya cara untuk menjamin keselamatan sahabatnya. Inilah saatnya bagi Bina untuk beraksi. Ia tentu tak dapat berdiam diri dan menerima segala kebaikan yang telah dilakukan Dahui untuknya selama ini. Barangkali dengan demikian, Bina dapat membayar segala pertolongan yang pernah diberikan Dahui.

Ia menghela napas keras. Dadanya terasa begitu berat. Kalimat persetujuan telah menggantung di ujung lidah, namun begitu sukar untuk dilafalkan. Rasanya seperti paku-paku tajam tengah menusuk dinding tenggorokanmu setiap kali kau hendak membuka suara. Demi Tuhan, Bina tak ingin berurusan dengan Byun Baekhyun.

“Bina? Kau mau menerima tawarannya, ‘kan?” tanya Dahui yang masih setia menanti persetujuan dari gadis itu.

Tanpa sadar, Bina menggigit bibir bawah. Ia tak sanggup mengeluarkan suara. Maka hanya anggukan lemahlah yang mampu ia berikan.

Lantas senyum lapang terkembang di paras Dahui. Matanya berbinar cerah dan segera gadis itu memeluk tubuh lampai sahabatnya.

“Aku janji aku tidak akan meninggalkanmu berdua dengan Baekhyun. Terima kasih, Kang Bina!” ujarnya bersemangat.

 

X.x.X
 

Dua pekan waktu yang tersisa hingga hari ulang tahun sekolah tiba. Pagi itu, sebelum bel tanda pelajaran dimulai, Dahui serta Bina bertandang ke kelas Baekhyun. Dan kabar baiknya, hanya ada Chanyeol di sana.

Berperan sebagai ketua kelas, Chanyeol acap kali tiba lebih pagi dari murid lain. Dahui bersyukur bahwa ia mengetahui fakta tersebut. Akan lebih baik jika memberitahu perihal kesetujuan Bina untuk ikut serta dalam mengisi acara ulang tahun sekolah kepada Chanyeol. Dahui sedang tidak ingin bertemu dengan lelaki cempreng tersebut setelah ia mengancam dan menempatkannya dalam situasi pelik beberapa hari lampau. Dana masih berkeras pada asumsinya bahwa Baekhyun dan Dahui saat ini tengah berkencan diam-diam. Ugh, bahkan memabayangkan dirinya bersama Baekhyun saja gadis itu tidak sanggup.

Well, pagi itu Chanyeol menyambut mereka dengan senyum sumringah, membuat jantung malang Dahui berpacu kencang di atas normal. Entah sudah berapa kali ia bersyukur bahwa ia sama sekali tak mengidap penyakit jantung. Dengan presensi Chanyeol yang kini kerap muncul di sekitarnya, Dahui barangkali sudah tewas berkali-kali jika jantungnya memiliki kelainan.

Dan hari ini—sesuai kesepakatan—mereka akan berlatih untuk duet dua pekan depan di salah satu studio musik milik ayah Chanyeol. Itu adalah salah satu keuntungan terlahir sebagai putra dari seorang CEO agensi hiburan kenamaan. Mereka tak perlu mengeluarkan biaya sewa studio untuk tempat berlatih. Meski mereka harus menyewa pun, Dahui pikir hal itu bukan sesuatu yang memberatkan. Hanya ia saja yang agaknya tak sanggup membayar.

“Kau yakin ini tempatnya?” tanya Dahui saat mereka berada di depan pintu studio.

Sekali lagi Bina menatap secarik kertas mungil dalam genggamannya, dan memastikan bahwa alamat yang tertera sesuai dengan lokasi mereka kini.

Perlahan-lahan kepalanya mengangguk. “Nomor dan nama jalannya sama.”

“Kalau begitu tunggu apa lagi?”

“Kupikir aku tidak siap.” Bina mengangkat wajah dan memberikan tampang memelas kepada Dahui. “Di dalam sana akan ada Baekhyun dan Jongdae. Mereka berdua benar-benar tidak membuatku nyaman. Kau tahu Kim Jongdae pun pernah ‘menembakku’ berkali-kali.”

Dahui mengembuskan napas keras. Ia paham dengan perasaan Bina saat ini. Kedua orang tersebut memang sedikit aneh. Seakan-akan mereka terobsesi dengan Kang Bina. Tetapi Dahui pula benar-benar tak ingin menerima ancaman Baekhyun. Orangtuanya tidak boleh tahu mengenai nilai ulangannya yang gagal. Terlebih, ia cakap dalam berlakon. Tentu Dahui tak ingin keluarganya justru mengira bahwa mereka tengah menjalin hubungan asmara. Oh, bisa-bisa ia diinterogasi selama sepekan penuh.

“Bina,” panggil Dahui, frustasi. “Kau harus membantuku. Kali ini saja. Kumohon…?” Ia menyatukan tangan di depan wajah, berharap Bina memahami keputusasaannya.

Gadis itu bergeming selama beberapa jenak. Keputusannya kerap berubah-ubah. Beberapa saat lalu ia bertekad untuk membebaskan Dahui dari jeratan Baekhyun. Dan kini ia mendapati dirinya masih merasa bimbang untuk menghadapi lelaki tersebut beserta teman-temannya.

“Kang Bina, aku janji aku akan mentraktirmu makan setelah aku mentraktir Chanyeol.”

Bina memutar kedua bola mata. Apakah mentraktir

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
baeksena #1
Chapter 18: Udah setahun aja, kakak belum update lagi??
baeksena #2
Chapter 18: Masih setia nunggu ka??
baeksena #3
Chapter 18: Ayo ka,di lanjut???
baeksena #4
Baca ulang kak,soalnya lagi kangen sama cerita ini
little_petals
#5
Chapter 18: Level kedekatan BaekHui semakin uwuuuwww Tetap semangat lanjutinnya ya Thor, walaupun ngaret gpp deh
baeksena #6
Chapter 18: Semoga Makin deket aja,yuhuuuu
baeksena #7
Chapter 18: Seneng deh liat perkembangan hubungan baekhyun san dahui
baeksena #8
Chapter 18: Makasih kak,udah update
little_petals
#9
Chapter 16: Makin adem yak hubungan baekhui, bikin gemes :) Semangat kak ;)

Woww Selamat yaaaa yg udah engaged, semoga jadi keluarga yang bahagia dan damai kakak~ ?
baeksena #10
Chapter 17: Masih setia sama hindrance kak. Suka sama perkembangan hubungan Baekhyun dan Dahui