Chapter 17

Hindrance
Please Subscribe to read the full chapter

“Okay, selesai.” Seru Dana setelah memoles kedua pipi Dahui dengan riasan. Ia menjauhkan jarak sembari berdecak kagum dengan hasil karyanya. Kepala gadis itu mengangguk puas, tak lupa membingkai parasnya dengan sebuah senyuman lapang. “Aku memang berbakat.” Pujinya pada diri sendiri.

Sementara Dahui yang sejak tadi tak berkutik hanya dapat memutar kedua bola mata. Ia menelengkan kepala ke arah cermin, mendapati dirinya tampak lebih hidup. Sama seperti saat sang Kakak mendandaninya pada hari di mana ia memercayai dirinya telah kehilangan keperawanan. Namun bedanya, kali ini Dana hanya memoles riasan tipis. Menurut pengalamannya, terlalu banyak riasan justru hanya akan memberikan kesan pertama yang buruk. Well, Dahui tak dapat melayangkan protes lantaran ia suka dengan apa yang dilakukan Dana pada tubuhnya.

Mereka memilih sebuah pakaian kasual yang tak terlalu menonjol. Sepotong dress putih selutut dengan lengan pakaian sebatas siku. Tungkainya didekorasi sepasang flatshoes berwarna senada. Surainya dibuat bergelombang dan dibiarkan tergerai begitu saja, memberi kesan feminim.

“Sebentar, aku akan memberikanmu sedikit parfum.”

Dana mencondongkan tubuh ke arah meja rias, lantas meraih salah satu wewangian berwarna merah muda dengan botol yang menyerupai bunga.

Alis Dahui serta merta mengerut. Ini memang bukan pertama kalinya ia mengenakan wewangian di tubuh, namun gadis itu sama sekali tak menyukai sesuatu yang berbau menyengat.

“Tenang saja, kau akan menyukai yang ini. Aku bukan orang udik yang tak bisa memilih parfum.” Cetus Dana, melihat raut penolakan dari Dahui. Dan tanpa memberikan aba-aba, ia segera mencuratnya ke permukaan tubuh Dahui. “Tidak menyengat, bukan?”

Dahui mengendus aromanya untuk beberapa saat, sebelum akhirnya mengangguk setuju. Ia hendak membalas ucapan Dana ketika telinganya menangkap sebuah suara familier yang berasal dari ruang tamu. Sekonyong-konyong jantungnya terjatuh ke dasar perut. Ia menelan saliva dengan susah payah sembari melempar tatapan memelas kepada Dana. Dahui benar-benar berharap bahwa kakaknya membantunya menghindari Baekhyun alih-alih membantu Baekhyun yang hendak mempermalukan dirinya di depan keluarganya. Tentu gadis itu akan berpikiran negatif jika ia mengambil kesimpulan dari apa yang telah Baekhyun lakukan terhadapnya selama beberapa bulan terakhir.

“Baekhyun sudah di sini. Ayo keluar!” ujar Dana bersemangat. Ia menarik pergelangan tangan Dahui, lantas menyeretnya menuju pintu kamar.

“Tentu saja kau harus mengenalkan Dahui kepada orangtuamu. Itu tindakan yang benar, Nak.” Ujar Nyonya Shin ketika kedua putri mereka tiba di ruang tamu.

Dahui mendapati Baekhyun tengah berdiri di ambang pintu, mengenakan kemeja ketat berwarna biru dan celana denim hitam. Sementara sepasang sneaker terpasang sempurna pada tungkainya. Ia tampak begitu sempurna. Sejatinya Dahui sempat terpana oleh penampilan Baekhyun sore ini, namun ia tentu dapat mengendalikan diri sesegera mungkin.

“Oh, Dahui sudah siap rupanya.” Ujar sang Ibu, menatap Dahui dengan senyuman lebar. “Kau tampak cantik.” Pujinya.

“Terima kasih.” Balas gadis itu lirih agak meringis.

“Kalau begitu kami pamit.” Putus Baekhyun tatkala Dahui telah berdiri di sisinya. Ia meraih kelima jemari gadis itu dan menggenggamnya dengan ketegasan. Sementara Nyonya Shin serta Dana tak mampu membendung senyum melihat si Bungsu kini hendak bertemu dengan Keluarga Byun.

“Jangan pulang terlalu larut dan menyetirlah dengan hati-hati.” Anjur Nyonya Shin.

“Kupastikan Dahui pulang dengan selamat, Bu. Sampai jumpa.” Ia membungkuk dalam sebelum akhirnya memutar tumit dan membawa Dahui ke arah Bugatti Galibier yang terparkir di depan pekarangan rumah. Bak seorang pria sejati, ia membuka pintu mobil untuk sang Kekasih, menjaga agar kepala gadis itu tak terantuk pada atap pintu, lantas menutupnya kembali. Dan untuk yang kedua kalinya, Baekhyun kembali membungkuk kepada Nyonya Shin dan Dana sebelum akhirnya ia masuk ke dalam kendaraan.

“Kau sudah siap?” tanyanya kepada Dahui sembari menaikkan kedua alis.

“Tidak sama sekali.” Balas gadis itu datar.

Baekhyun terkekeh lirih, memberi degupan hebat pada jantung malang Dahui. “Mereka tidak akan menggigitmu.”

“Tapi mereka bisa menghancurkan hidup keluargaku!” pekiknya tak mampu membayangkan apa yang sanggup dilakukan Keluarga Byun jika mereka tak menyukai Dahui.

“Well, ibuku menyukaimu.”

“Dan aku bukan hanya harus mengambil hati ibumu.”

Baekhyun membisu untuk beberapa jenak. Ia memperhatikan Dahui yang tampak begitu cemas, namun sama sekali tak mengurangi kecantikan parasnya. Sebuah senyuman samar terpatri pada wajah Baekhyun. Ia menarik napas dalam, lantas mengembuskannya dengan cepat. “Ini terasa seperti nyata.” Gumamnya.

Kepala Dahui lantas meneleng dan menatap Baekhyun dengan kedua alis menyatu. “Apa maksudmu?”

“Seakan-akan kita memang benar-benar berpacaran dan aku hendak membawamu ke orangtuaku untuk membuktikan bahwa hubungan kita serius.”

Napas gadis itu lantas tertangguh di tenggorokan. Kedua matanya membelalang lebar, baru menyadari bahwa yang dikatakan Baekhyun memang benar. Namun alasan utama mengapa ia merasa cemas di sini adalah lantaran ia tak ingin Keluarga Byun mengusik hidup keluarga kecilnya.

“Gunakan sabuk pengamanmu.” Ujar Baekhyun kemudian, sebelum Dahui sempat mengumpulkan kesadaran. Tak berselang lama, mereka pun tengah dalam perjalanan menuju kediaman mewah Keluarga Byun tanpa percakapan lebih lanjut. Tentu mereka selalu dalam kondisi canggung. Namun kali ini kecanggungan yang dirasakan Dahui telah berada dalam tingkatan yang berbeda. Ia tak mampu menjabarkan perasaan yang kini tengah berkecamuk dalam dada.

Setibanya di kediaman Keluarga Byun, hal pertama yang Dahui lakukan adalah membulatkan kedua mata kecilnya—tanpa disengaja. Ia tercengang hebat mendapati sebuah mansion yang kini berdiri kokoh di hadapannya. Di sepanjang jalan dari gerbang rumah hingga tiba di depan teras, tanah lapang tersebut didekorasi oleh berbagai macam tanaman yang tampak begitu terawat. Ia mendapati satu hingga dua orang tukang kebun yang tengah merapikan beberapa tanaman liar kendati mentari hendak kembali ke peristirahatan.

Baekhyun menghentikan laju kendaraan tepat di depan teras rumah sembari mengembuskan napas pelan. Ia menelengkan kepala untuk menemukan raut terperangah Dahui yang tampak dungu. Ia benar-benar terlihat udik dan Baekhyun tak mampu membendung senyum kecil yang mendekorasi paras rupawannya.

Lelaki itu kemudian memberikan dehaman guna menarik atensi gadis di sisinya. “Kita sudah sampai.”

Dahui terkesiap. Matanya mengerjap beberapa kali, lantas mengangguk begitu cepat setelah menyadari bahwa ia telah menjadi tontonan Baekhyun. “A-ah, sudah sampai,” gumamnya gelagapan. Belum sempat tangannya membuka pintu mobil, benda tersebut telah lebih dulu membuka dan memunculkan sesosok pria berseragam tengah tersenyum sopan ke arahnya.

“Selamat datang di kediaman Keluarga Byun.” Sapanya, tak lupa memberikan bungkukan kecil kepada Dahui. Pria tersebut kemudian merunduk dan menatap Baekhyun yang pula masih duduk di dalam kendaraan. “Selamat datang kembali, Tuan Muda.”

Baekhyun mengangguk. “Terima kasih, Pak Kim.” Balas lelaki itu ramah. Ia pun keluar dari kendaraan, diikuti oleh Dahui yang masih dibuat bingung oleh keadaan sekitar. Ia sendiri tak yakin tengah berada dalam dituasi seperti apa saat ini.

“Nyonya sudah menanti sejak tadi, silakan masuk.” Ia mengulurkan tangan ke arah pintu mansion mewah yang kini keadaannya sedang terbuka lebar.

“Oh, tentu saja.” Baekhyun terkekeh sembari menggelengkan kepala. Ia lantas meraih tangan Dahui dan menggenggamnya dengan erat seakan-akan hal itu adalah sesuatu yang lumrah. Apakah ia tidak tahu bahwa jantung Dahui saat ini nyaris saja memecahkan rongga dadanya? Entah gugup lantaran hendak bertemu dengan keluarga Baekhyun atau gugup karena perlakuan Baekhyun terhadapnya.

“Wah, kupikir ini adalah istana.” Gumam Dahui tanpa sadar saat mereka memasuki kediaman Byun.

“Ini rumah, dasar kolot.” Celetuk Baekhyun sembari menusuk pipi kanan Dahui dengan jemari telunjuknya.

“Aku tidak kolot! Keluargamu saja yang membangun rumah terlalu berlebihan.”

Kedua bola matanya berputar jengah. “Keluargaku punya uang dan mereka bisa membangun rumah jenis apa saja sesuai yang mereka inginkan.”

Dahui mendengkus. “Tentu saja.”

Selanjutnya, ia tak lagi berkomentar. Baekhyun menuntunnya menuju dapur di mana sang Ibu tengah menanti kedatangan mereka. Agaknya wanita paruh baya tersebut tengah mempersiapkan segala sesuatunya untuk memasak bersama Dahui.

“Bu, kami datang.” Sapa Baekhyun, menghampiri sang Ibu. Ia melepaskan genggaman tangannya dari Dahui, lantas memeluk tubuh lampai Nyonya Byun dengan erat.

“Senang sekali akhirnya kalian tiba. Ibu sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Dahui lagi.” Nyonya Byun meleraikan pelukan dan kini pandangannya bertambat pada sosok Dahui. Senyum terkembang kepalang lebar pada paras cantiknya. Ia merentangkan kedua tangan, siap menyambut Dahui dalam sebuah lekapan hangat. “Apa kabarmu, Nak?” sapanya tepat di sisi telinga kiri gadis itu.

“Sangat baik. Bagaimana dengan Ibu?” ia berjuang begitu keras untuk tak nampak gugup di hadapan Nyonya Byun kendati sejatinya kedua tungkai tersebut sudah tak sanggup menopang beban tubuh.

“Oh, aku selalu merasa baik setelah bertemu denganmu. Kau tahu, aku sangat senang karena ini pertama kalinya Baekhyun mengenalkan seorang gadis kepada kami. Dan barangkali untuk yang pertama kalinya ia menjalani hubungan serius dan bukan hanya untuk main-main.” Nyonya Byun mengerlingkan mata jenaka sembari tergelak.

Sementara Dahui merasakan sesuatu yang mengganjal berat dalam hatinya selepas mendengar ucapan Nyonya Byun. Ia benar-benar merasa bersalah atas segala kebohongan yang tengah dilakukannya bersama Baekhyun. Jika saja wanita paruh baya tersebut tahu bahwa hubungan mereka adalah palsu, maka Dahui yakin kekecewaan luar biasalah yang akan ia rasakan.

Maniknya melirik Baekhyun yang tengah berdiri di sisinya, namun tak ada raut kuatir pada wajahnya. Ia tampak tenang dan tersenyum begitu lebar melihat kebahagiaan sang Ibu. Apa yang salah dengan lelaki itu? Bagaimana mungkin ia tak merasa bersalah telah membohongi ibunya? Sementara Dahui merasa seakan-akan ia tengah memikul beban yang begitu berat. Gadis itu telah membohongi orangtuanya dan orangtua Baekhyun.

“Jadi, kau siap untuk memasak denganku sore ini?” ujar Nyonya Byun tiba-tiba sembari menyatukan kedua tangan di depan dada. Gerak-geriknya tampak begitu bersemangat. “Kemarilah, aku sudah menyiapkan bahan-bahannya.” Ia menarik Dahui menuju meja dapur, lantas berseru kepada Baekhyun. “Kau bisa keluar dari dapur dan lakukan apapun yang kau mau.”

 

X.x.X

 

Waktu telah menunjukkan pukul setengah tujuh malam tatkala makanan dihidangkan di atas meja makan. Tak dapat dipungkiri bahwa Dahui menikmati saat-saat ia memasak bersama dengan Nyonya Byun di dapur. Wanita paruh baya tersebut sangat ramah dan cerewet. Mereka membicarakan masa kecil Baekhyun, dan Dahui pula menceritakan masa kecilnya. Nyonya Byun pula memberi tahunya mengenai awal pertemuan dirinya dengan ayah Baekhyun. Dan menurutnya itu adalah kisah cinta paling romantis yang pernah ia dengar.

Ada lebih dari lima hidangan yang tersaji di atas meja makan saat ini. Sementara Dahui hanya dapat tersenyum puas menyaksikan kreasinya bersama Nyonya Byun. Sungguh, ini adalah pengalam pertama baginya untuk memasak hidangan sebanyak dan selezat ini.

“Kau bisa menelepon Baekhyun untuk datang ke meja makan.” Ujar Nyonya Byun sembari merapikan letak piring-piring di meja. “Tentu ia takkan mendengar jika aku berteriak dari sini. Kamar Baekhyun ada di lantai dua.”

“Oh, baiklah.” Dahui segera mencari nama Byuntae Baekhyun di kontak ponselnya, lantas menempelkan benda tersebut ke telinga kanannya. Tak sampai tiga detik, Baekhyun telah menjawab pangilannya. “Makanan sudah siap.” Ujar Dahui tanpa basa-basi.”

“Aku akan segera turun.” Jawab lelaki itu singkat, lantas memutuskan sambungan.

“Kau mau duduk di sebelah mana?” tanya Nyonya Byun.

Dahui tampak berpikir sejenak, namun ia sama sekali tak dapat memutuskan. “Hm, aku akan duduk di samping Baekhyun.”

Nyonya Byun terkekeh. “Tentu saja demikian.”

Beberapa menit kemudian, sosok Baekhyun muncul dan ia lantas menghampiri ibu dan kekasihnya. “Ternyata tidak selama yang kubayangkan.”

“Kaupikir Ibu dan Dahui sebodoh itu dalam hal memasak? Kau akan menyukai semua yang kami masak.”

Belum sempat Baekhyun membalas ucapan sang Ibu, dua sosok lain muncul menyambangi mereka. Napas Dahui lantas tercekat di tenggorokan. Ia sama sekali tidak asing dengan sosok keduanya. Tentu demikian lantaran Dahui pernah melihat mereka di foto yang dipajang Baekhyun di dalam kamarnya.

“Baekhyun, kau sudah di sini!” ujar Tuan Byun sembari memberi rangkulan pada anak bungsunya.

“Apa kabar, Yah?”

“Tentu saja baik. Dan kau juga sudah pasti baik, ‘kan, setelah ada seseorang yang mengurusmu kali ini.” Tuan Byun memainkan alisnya jenaka sembari menyeringai lebar. Sementara Dahui tengah berjuang keras untuk tak menunjukkan semburat merah di kedua sisi wajahnya.

“Hai, Baek,” kini sang Kakaklah yang menyapa Baekhyun. Ia mengulurkan tangan dan berjabat dengan cara mereka sendiri. Keduanya tampak dekat dan sama sekali tak ada persaingan. “Jadi ini gadis yang berhasil menaklukkan hati seorang Cassanova?”

“Well, seperti yang kaulihat.” Jawab Baekhyun, acuh tak acuh.

“Hai, aku Baekbeom.” Kini tangan kekar tersebut terulur ke arah Dahui.

Dan dengan kegugupan yang begitu hebat, Dahui pun menyamb

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
baeksena #1
Chapter 18: Udah setahun aja, kakak belum update lagi??
baeksena #2
Chapter 18: Masih setia nunggu ka??
baeksena #3
Chapter 18: Ayo ka,di lanjut???
baeksena #4
Baca ulang kak,soalnya lagi kangen sama cerita ini
little_petals
#5
Chapter 18: Level kedekatan BaekHui semakin uwuuuwww Tetap semangat lanjutinnya ya Thor, walaupun ngaret gpp deh
baeksena #6
Chapter 18: Semoga Makin deket aja,yuhuuuu
baeksena #7
Chapter 18: Seneng deh liat perkembangan hubungan baekhyun san dahui
baeksena #8
Chapter 18: Makasih kak,udah update
little_petals
#9
Chapter 16: Makin adem yak hubungan baekhui, bikin gemes :) Semangat kak ;)

Woww Selamat yaaaa yg udah engaged, semoga jadi keluarga yang bahagia dan damai kakak~ ?
baeksena #10
Chapter 17: Masih setia sama hindrance kak. Suka sama perkembangan hubungan Baekhyun dan Dahui