Chapter 10

Hindrance
Please Subscribe to read the full chapter

 

Tak perlu dipertanyakan lagi bahwa sejak Dahui mengenal Byun Baekhyun, hidupnya bak mengarungi lautan bara. Keberuntungan tidak lagi berpihak padanya, dan segalanya menjadi lebih buruk. Entah siasat seperti apa yang harus ia kerahkan untuk mengembalikan hidup normalnya. Gadis itu sudah sesat akal.

Malam ketika Baekhyun mengantarnya pulang, Dahui lantas dibombardir dengan beragam pertanyaan oleh Dana. Mereka tiba di kediaman Keluarga Shin pukul delapan malam. Matahari sudah sepenuhnya terbenam dan langit benar-benar gelap. Dan saat kubilang benar-benar gelap, itu diartikan secara harfiah; tak ada bulan, tak ada bintang. Hanya kepulan awan pekat yang menggantung di atas sana. Agaknya alam memahami betul perasaannya.

Sepanjang perjalanan, tak satu patah kata pun terlontar dari mulut keduanya. Dan kendati Dahui tak merasa nyaman dengan atmosfer di sekitar mereka, namun ia pula bersyukur bahwa ia tak perlu bertukar kata dengan lelaki yang tengah mengemudi di sisinya. Ia masih dibuat bingung dengan perasaan membuncah dalam hatinya. Tentu Dahui butuh waktu untuk merenung dan tak ingin semuanya dibuyarkan oleh perdebatan sengit mereka.

Baekhyun tetap membisu meski kendaraan sudah berhenti di depan rumah gadis itu. Ia tak mematikan mesin mobil dan meminta Dahui turun tanpa memalingkan tatapan dari lintasan di depan sana. Well, ia pula tak ingin berlama-lama duduk di dalam kendaraan mewah Baekhyun. Terasa seakan-akan bokongnya menduduki ribuan serpihan kaca kendati kenyataannya itu adalah tempat duduk ternyaman yang pernah ia duduki. Dan parahnya lagi, Nyonya Park—tetangga depan sekaligus si Penyebar Gosip di lingkungan kompleks mereka—menyaksikan seluruh adegan tersebut. Mungkin ia tak dapat melihat paras Baekhyun lantaran kaca mobilnya terlampau gelap. Namun Dahui yakin bahwa berita mengenai dirinya yang turun dari sebuah kendaraan mewah pada petang hari akan tersiar luas keesokan harinya. Jika ia beruntung, barangkali ceritanya takkan dilebih-lebihkan.

“Shin Dahui,” panggil sang Ibu tatkala ia menjejakkan kaki di atas lantai rumah rumah. “Kau habis dari mana?” salah satu alisnya berjingkat dengan kedua tangan yang terlipat di atas dada. Oh, ia berada dalam masalah.

“Ha-halo, Bu,” sapanya tergagap, tak menemukan alasan untuk menjawab pertanyaan wanita paruh baya tersebut.

Nyonya Shin berdecak. “Kutanya, dari mana saja kau?”

Dahui menggigit bibir bawah sembari menyasap tengkuk. Ia menyunggingkan senyum kikuk tatkala mata Nyonya Shin memicing.

“Shin Dahui, katakan yang sejujurnya. Siapa yang mengantarmu pulang?”

Dan saat itulah Dahui merasa seakan-akan jantungnya berhenti berdetak. Dengan mata membeliak, ia tampak berjengit di tempatnya berdiri. Udara seolah terisap keluar dari kedua paru-parunya. Ia berharap bahwa ibunya pula takkan mengira bahwa Baekhyun adalah kekasihnya. Cukup Dana yang beranggapan demikian. Ia tentu tak ingin berada dalam situasi yang lebih sukar lagi.

Dahui mengumpat dalam hati. Sepatutnya ia bersikeras untuk tak menuruti perintah Baekhyun. Jika lelaki itu tak mengantarnya pulang, maka kejadian seperti ini takkan ia lalui.

“Masuk dan duduk. Kita perlu bicara.” Ujar Nyonya Shin kemudian sembari menghela napas keras. Ia menunjuk sofa di ruang tamu tanpa memalingkan tatapan sengitnya dari manik si Putri Bungsu. Dan setelah Dahui mendudukan diri di sana, maka Nyonya Shin mulai melangkahkan tungkai ke kanan dan ke kiri. Ciri khas keluarga Shin jika dalam keadaan cemas, panik, ataupun marah, ingat?

Lalu kemudian langkahnya terhenti, dan ia berdiri tepat di hadapan Dahui, dipisahkan oleh sebuah meja rendah. “Sekarang katakan semuanya padaku. Dari mana saja, kau? Siapa orang yang mengantarmu? Demi Tuhan, kau masih tujuh belas tahun dan kau sama sekali tak meminta izinku untuk pulang malam. Bukankah latihan untuk acara ulang tahun sekolah sudah selesai?”

Dahui tampak menggeliat tak nyaman dalam duduknya. Ia ingin menjawab, namun tak tahu pertanyaan mana yang harus dijawabnya terlebih dahulu. Dan lagi, gadis itu pula takut jika ia keliru memberikan jawaban, maka perkaranya akan berakar semakin dalam.

“Jika dalam hitungan ketiga kau tak menjawab pertanyaanku, jangan salahkan aku jika uang jajanmu kupotong dua pekan.”

Sontak kepala Dahui terangkat dengan raut teror yang terpasang di wajahnya. Dipotong tiga hari saja ia tak sanggup, bagaimana mungkin gadis itu mampu bertahan hidup jika uang jajannya dipotong selama dua pekan?

“Satu,” Nyonya Shin mulai berhitung. “Dua,” ia mencongak marah. “Ti—”

“Akan kujawab!” pekik Dahui cepat.

Nyonya Shin mengangguk, meminta sang Putri untuk kembali membuka suara.

“A-aku… baru saja dari pulang dari penthouse orang itu—”

“Orang itu siapa?” sela Nyonya Shin.

“Orang yang mengantarku pulang.”

“Dan dia laki-laki?”

Dahui menelan saliva dengan susah payah, sebelum akhirnya mengangguk kaku.

“Apa yang kaulakukan di penthouse-nya?” intonasi Nyonya Shin meninggi.

“A-aku hanya mampir untuk mengambil ponsel.”

“Sejak kapan kau pergi?”

“Mm… sejak pukul lima sore?”

“Sampai jam delapan malam?”

“Alamatnya cukup jauh dari sini.”

“Lagipula, kenapa ponselmu bisa tertinggal di sana?”

Sungguh, Dahui hendak menerangkan segalanya kepada Nyonya Shin. Ia nyaris membuka mulut untuk mengatakan bahwa Chanyeol-lah yang menitipkan ponselnya kepada Baekhyun dan selama ini lelaki itu telah memberinya banyak kesukaran di sekolah. Ia ingin mengadukan seluruh hal keji yang pernah dilakukan Baekhyun kepadanya. Namun niat tersebut terurung saat Dana tiba-tiba muncul dan berlaku seakan-akan ia adalah pahlawan penyelamatnya.

“Bu, bukankah wajar jika ia meninggalkan barang di rumah kekasihnya sendiri? Aku bahkan sering melupakan ponselku di rumah Zi Tao.” Ujarnya enteng sembari berjalan menghampiri sang Ibu.

Napas Dahui tercekat di tenggorokan. Dengkingan melengking nyaris meluncur dari mulutnya. Ia ingin menerjang Dana dan merobek mulut gadis itu dengan kesepuluh jemarinya sendiri. Sementara air muka Nyonya Shin sontak berubah pucat. Tentu saja demikian lantaran sejak ia melahirkan Dahui tujuh belas tahun yang lalu, tak pernah sekali pun wanita tersebut mendapati teman laki-laki putrinya. Ia tak pernah membicarakan mereka, tak pernah menunjukkan ketertarikan, dan penampilannya pula takkan membuat lelaki mana pun tertarik padanya. Namun sekarang, bagaimana mungkin ia mendapati kabar bahwa putri bungsunya sudah memiliki kekasih? Nyonya Shin nyaris terkena serangan jantung mendadak.

“A-apa?!”

Dana mengangguk, meyakinkan sang Ibu bahwa ia tidak salah dengar. “Dahui sudah punya pacar.”

“Se-sejak kapan? Kenapa tidak memberitahuku?” ia menatap kedua putrinya bergiliran dengan raut kecewa, merasa dikhianati.

“Bu, bukankah Ibu sendiri tahu kalau Dahui sedikit tertutup? Aku bahkan tidak akan tahu jika tak menangkap basah mereka di depan rumah sedang—” ia lantas menghentikan kalimat saat menyadari bahwa ia nyaris membeberkan hal memalukan tersebut kepada ibunya. Maniknya melirik Dahui dan mendapati kini air mukanya tak kalah pucat.

“Sedang?” tanya Nyonya Shin, penasaran.

“Sedang berbicara.” Ujarnya cepat. “Baekhyun baru saja mengantarnya pulang sore itu.”

Nyonya Shin tampak termenung. Ia menatap lantai di bawah pijakannya, tak yakin harus bersikap seperti apa pada kabar mengejutkan ini. Haruskah ia marah kepada Dahui karena sudah menyembunyikan hal ini darinya? Well, tentu ia tahu seperti apa perangai si Putri Bungsu. Nyonya Shin dapat memakluminya, namun ia pula tak dapat memungkiri perasaan kecewa karena Dahui tak ingin berbagi hal sepenting itu dengannya.

“Bu,” Dana memegang bahu sang Ibu. “Dahui sudah besar. Biarkan dia menikmati masa remajanya.”

Dan dengan demikian, ibu dan kakaknya mengenal seorang Byun Baekhyun sebagai kekasihnya. Mengapa hidupnya begitu memilukan?

 

X.x.X

 

Agaknya Senin benar-benar menjadi hari sial bagi Dahui. Ketika ia tiba di sekolah, berjalan di sepanjang koridor menuju kelasnya, sekonyong-konyong kedua maniknya menangkap sosok angkuh Baekhyun dari kejauhan. Ia berdiri sembari menyandarkan punggung pada dinding di sisi pintu kelas. Kepalanya merunduk, mengabaikan tatapan para gadis yang berusaha menarik atensi lelaki tersebut.

Dahui mematung dengan mata membeliak. Pertama-tama, ia sempat mengagumi fisik sempurna Baekhyun. Surai kokoa kelam yang terarah rapi dengan kulit putih mulus tanpa cela. Seperti biasa, matanya dibingkai celak. Ia menendang-nendang udara dengan sepatu Adidas hitamnya. Lalu kemudian kening Dahui mengernyit saat menyadari bahwa tak sepatutnya ia mengagumi manusia cabul seperti Byun Baekhyun. Terlebih, apa yang ia lakukan di depan kelasnya? Baekhyun takkan sudi menginjakkan kaki di area kelas sebelas dan sepuluh.

Perasaan panik lamat-lamat mulai merambat menudungi hatinya. Ia tahu bahwa sesuatu yang buruk tengah menanti di depan sana. Dahui menarik napas dalam, berusaha menenangkan debar jantung. Sebelum Baekhyun menangkap sosoknya, gadis itu ingin segera angkat kaki dari sana. Membolos sehari pun takkan mempengaruhi nilainya, ‘kan? Ia bisa meminjam catatan Bina atau teman sekelasnya yang lain.

Diam-diam, Dahui memutar tumit. Ia hanya berharap bahwa tak ada yang memanggil namanya. Berharap jika Baekhyun tak mengangkat kepala sampai ia benar-benar keluar dari koridor ini. Namun seluruh harapan tersebut terempas kuat tatkala suara nyaring Baekhyun menyerukan namanya. Sendi-sendinya sontak berkarat. Dahui membatu dalam posisi memalukan. Kaki kanannya tengah berjinjit sementara kaki kirinya sedikit tertekuk.

“Mau ke mana?” tanya Baekhyun, berjalan menghampiri gadis itu. Ia menarik pergelangan tangannya hingga kini wajah mereka bersehadap.

“Le-lepas!” Dahui mengerahkan tenaga untuk melepaskan cengkraman Baekhyun, namun berbuah nihil.

“Kau malu?” ia menaikkan kedua alis. “Semuanya juga sudah tahu kalau kita memiliki sesuatu.”

“A-apa yang kaukatakan? Lepaskan tanganku sekarang juga.” Pinta Dahui lirih. Maniknya menyapu ke penjuru koridor dan baru menyadari bahwa mereka tengah menjadi tontonan gratis. Beberapa gadis memberinya delikan tajam dan beberapa murid laki-laki melempar tatapan merendahkan. Seakan-akan ia adalah salah satu gadis jalang yang sudah pernah dijamah oleh Baekhyun.

“Hei, tenang,” lelaki itu meleraikan cengkramannya, tetapi kini justru ia memegang bahu Dahui dengan kedua tangan—memaksa agar manik mereka terhubung satu sama lain. Sebuah senyum manis tersungging pada paras rupawannya, nyaris membuat Dahui terambau.

Sial, hatinya terlampau lemah untuk menangkis pesona Byun Baekhyun. Lagipula, sejak kapan gadis itu beranggapan bahwa Baekhyun begitu menawan? Bukankah selama ini tak ada yang mampu mengalahkan ketampanan Park Chanyeol?

“Tenang, oke?” ujar Baekhyun lagi. Ia menceluk saku celananya dengan tangan kanan dan mengeluarkan sebuah benda mungil berwarna putih dari sana.

Mata Dahui membeliak untuk yang ke sekian kalinya dalam kurun waktu sekian menit. Ponselnya masih ada dengan Baekhyun. Ia tak membuangnya. Ia tak perlu mengucapkan selamat tinggal pada ponsel berharganya. Ia merasa begitu lega dan bahagia di saat yang bersamaan. Tanpa sadar bibirnya membentuk kurva panjang hingga nyaris menyentuh kedua telinganya.

“Ponselku!” pekik Dahui bersemangat. Tangannya terulur guna merenggut benda tersebut dari tangan Baekhyun, namun dengan sigap ia mengangkatnya tinggi-tinggi. “Hei, kembalikan!”

“Bagaimana mungkin kau melupakan barang penting seperti ini di penthouse-ku?” satu alisnya berjingkat, dan Dahui dapat mendengar napas tercekat dari beberapa murid perempuan. Tak perlu diragukan lagi, kini mereka pasti akan beranggapan bahwa ia telah melakukan sesuatu di penthouse Baekhyun.

“Aku tidak meninggalkannya di penthousemu!” bentak gadis itu, masih melompat-lompat guna merebut ponsel tersebut.

Baekhyun berdecak. “Aku tahu kau menikmati permainanku, tapi melupakan barang sepenting ini sama sekali tidak baik. Aku jadi tidak bisa menghubungimu selama akhir pekan.”

Rahang Dahui nyaris terjatuh ke atas lantai. Ia kehabisan kata-kata. Kini namanya sudah benar-benar tercoreng oleh ucapan Baekhyun. Well, ia tahu bahwa reputasinya tak lagi baik setelah peristiwa ‘pelembab bibir vanila’, tapi apakah harus Baekhyun menjatuhkannya berkali-kali seperti ini?

Lelaki itu meraih tangan Dahui, lalu meletakkan ponselnya di atas telapak tangannya yang terbuka lebar. Ia kemudian menepuk puncak kepala Dahui, sebelum akhirnya berlalu dari hadapan gadis itu. Tak berselang lama, ponsel tersebut berdering, memeranjatkan Dahui dari keterkejutannya. Ia menatap layar ponsel, mendapati nama si Penelepon. Namun yang membuatnya bingung, nama itu tampak asing baginya. Ia tak pernah menyimpan nomor seseorang dengan nama ‘Tampanku’.

Dengan perasaan ragu, Dahui pun menjawab panggilan tersebut. “Ha—”

“Mulai sekarang jangan pernah menolak panggilanku, atau kau tahu apa konsekuensinya.”

Lantas sambungan pun terputus. Dahui masih menempelkan ponsel di telinga kanan, berusaha mencerna apa yang baru saja ia dengar. Tentu gadis itu mengenal siapa si Pemilik Suara. Tapi ia masih belum dapat menerima kenyataan bahwa Baekhyun kini sudah mendapatkan nomor ponselnya. Ia tak dapat benar-benar menghindarinya. Baekhyun akan tetap meneror hidupnya, kecuali Dahui memutuskan untuk mengganti nomor. Namun hal itu bukanlah sebuah opsi. Kendati ia mengganti nomor pun, Baekhyun masih tetap bisa menemukannya. Mereka bersekolah di gedung yang sama, dan Baekhyun pula tahu di mana alamat rumahnya.

Dahui rasa ia ingin segera menenggelamkan diri di tengah-tengah lautan luas. Apa yang harus ia lakukan agar dapat terhindar dari si Byuntae Baekhyun?

 

X.x.X

 

“Shin Dahui, kau tahu kenapa aku memanggilmu kemari?” tanya Pak Yoo—kepala sekolah SMA Chungdam. Ia menyentuh kepala separuh botaknya sembari menatap Dahui dengan kening mengernyit, tampak depresi.

Gadis itu mengangguk perlahan. Tentu saja ia tahu kesalahan apa yang telah ia lakukan hingga harus menghadap ke ruangan kepala sekolah. Meski itu bukan sepenuhnya kesalahan Dahui, namun tak ada alasan bagi pihak sekolah untuk memanggil Byun Baekhyun kemari. Entah apa yang telah dilakukan Tuan Byun hingga tak satu pun dari pihak sekolah yang berani mengganggu gugat putranya.

“Jika berita seperti ini terdengar sampai keluar lingkungan sekolah, maka dengan berat hati kami harus mengeluarkanmu dari sini.” Lanjut Pak Yoo sembari mengembuskan napas keras.

Sontak kepala Dahui terangkat, seakan-akan ia mendengar letupan dahsyat di dalam dadanya. Lidahnya tiba-tiba kelu hingga tak sanggup membela diri di hadapan Pak Yoo. Kendati ia mampu melakukannya pun, semua takkan membuahkan hasil. Pria berkepala pelontos itu tetap akan menyalahkan dirinya.

“Jika berita semacam ini terendus oleh orang luar, maka bukan hanya reputasi sekolah yang terancam, tapi juga reputasi Keluarga Byun. Kau tentu tahu sekolah kita memiliki hubungan yang sangat erat dengan Byun & Partners, ‘kan?” imbuh Pak Yoo, hanya mendapat anggukan dari Dahui.

Well, bagaimana dengan keluarganya? Yang akan tertimpa imbasnya bukan hanya sekolah dan Keluarga Byun, tetapi juga Keluarga Shin. Dahui pun tidak mau predikat jalang melekat di balik namanya. Dan jika sampai sekolah mengeluarkannya hanya karena ia memiliki hubungan yang tidak biasa dengan Baekhyun, sudah pasti para tetangga di sekitar kompleks akan menggunjingkan keluarganya.

“Ke depannya, aku tidak ingin mendengar berita seperti ini lagi mengenai hubunganmu dan Baekhyun.” Ujar Pak Yoo kemudian, mengusap kening yang berdenyut. “Sebagai hukuman, aku akan mengirimmu ikut dalam rekreasi kemah kelas dua belas pekan depan.”

“A-apa?!” pekik Dahui tak percaya.

“Kau akan menjadi sukarelawan.”

“Ta-tapi… apa Anda hanya menghukum saya saja?”

Pak Yoo berdecak jengah. “Kaupikir aku akan menghukum Baekhyu

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
baeksena #1
Chapter 18: Udah setahun aja, kakak belum update lagi??
baeksena #2
Chapter 18: Masih setia nunggu ka??
baeksena #3
Chapter 18: Ayo ka,di lanjut???
baeksena #4
Baca ulang kak,soalnya lagi kangen sama cerita ini
little_petals
#5
Chapter 18: Level kedekatan BaekHui semakin uwuuuwww Tetap semangat lanjutinnya ya Thor, walaupun ngaret gpp deh
baeksena #6
Chapter 18: Semoga Makin deket aja,yuhuuuu
baeksena #7
Chapter 18: Seneng deh liat perkembangan hubungan baekhyun san dahui
baeksena #8
Chapter 18: Makasih kak,udah update
little_petals
#9
Chapter 16: Makin adem yak hubungan baekhui, bikin gemes :) Semangat kak ;)

Woww Selamat yaaaa yg udah engaged, semoga jadi keluarga yang bahagia dan damai kakak~ ?
baeksena #10
Chapter 17: Masih setia sama hindrance kak. Suka sama perkembangan hubungan Baekhyun dan Dahui