Chapter 15

Hindrance
Please Subscribe to read the full chapter

Jika ditilik lebih dalam lagi, sejatinya menjadi kekasih Byun Baekhyun memiliki sisi positifnya sendiri. Murid-murid lain enggan mengganggunya. Hidup Dahui bersalin aman dan terntram bila Baekhyun tak di sekelilingnya. Contoh, seperti saat ini; di mana ia memutuskan untuk melalap waktu rehat di ruang kesehatan. Suster Min—suster sekolah—cukup dekat dengan Dahui. Well, ia sempat keluar masuk ruang kesehatan saat kelas sepuluh dulu karena tubuh lemahnya. Kabar baiknya, sang Ibu telah menerapkan menu empat sehat lima sempurna yang wajib dikonsumsi Dahui setiap harinya sejak beberapa bulan belakangan. Meski ia membencinya, namun ia tentu tak bisa memrotes keputusan sang Ibu. Dahui sendiri sadar bahwa ia harus belajar untuk hidup sehat.

“Jadi, bagaimana rasanya menjadi pacar Byun Baekhyun?” tanya Suster Min sembari menyerahkan sebungkus roti kepada Dahui.

Gadis itu menerimanya sembari menggidikkan bahu. “Menyusahkan.” Balasnya.

Suster Min terkekeh. “Bukankah seharusnya kau senang? Kau berpacaran dengan murid paling berpengaruh di SMA Chungdam.”

“Aku menjadi pacarnya karena terpaksa. Sama sekali tidak menyenangkan.” Ujar Dahui dengan mulut penuh.

“Oh, kurasa ia sangat menyukaimu sampai harus memaksamu menjadi pacarnya. Keren sekali.” Pekik Suster Min dengan manik berbinar.

Dahui memutar kedua bola matanya dengan kesal. Berapa kali harus ia jelaskan kepada orang-orang tentang hal ini?

“Baekhyun tidak menyukaiku. Ia membenciku.”

Wanita tersebut mendorong bahu Dahui, membuatnya nyaris tersedak. “Mana mungkin! Jika ia membencimu ia akan menjadikanmu musuhnya, bukan pacarnya.”

“Itu sebabnya ia menjadikanku pacarnya. Baekhyun hanya ingin membuatku menderita!”

Suster Min tergelak sembari menggeleng-gelengkan kepala, sama sekali tak mengindahkan alasan yang diberikan Dahui. Mana mungkin ia bisa memercayai ucapan gadis tujuh belas tahun itu jika apa yang dilihat oleh matanya sungguh berbeda. Dari kabar yang beredar selama ini Baekhyun selalu bersikap protektif kepadanya. Seperti menolongnya saat ia mabuk pada pesta di vila mewah Baekhyun—ya, kabar tersebut sudah tersiar luas ke penjuru SMA Chungdam, saat Baekhyun berusaha menemukannya yang tersesat di tengah-tengah hutan dengan panik, pun saat ia menutupi noda merah di bokong Dahui agar tak membuatnya malu. Terlebih, pengumuman yang dipasang Baekhyun di papan pengumuman sekolah benar-benar membuktikan bahwa ia tak ingin satu murid pun menyakiti gadis itu.

“Sungguh, aku tidak mengarang!” seru Dahui dengan mulut penuh roti.

“Ya, ya, Jelekkan saja Baekhyun sesukamu. Nanti juga kau pasti menyukainya.”

Kali ini Dahui benar-benar tersedak. Ia meraih botol minum Suster Min dari atas meja kerja dan menenggaknya dengan rakus. Oh, suster ini memang menyebalkan. Mana mungkin Dahui menyukai Baekhyun, benar bukan? Namun sekali lagi, ia kembali terkenang akan keanehan yang terjadi pada dirinya ketika ia berada di dekat Baekhyun. Apakah itu tandanya ia mulai menyukainya?

Dahui menggeleng cepat. “Tidak mungkin!”

“Kau bisa saja menyanggahnya sekarang. Tapi buktikan nanti.”

Dahui terdiam mendengar ucapan Suster Min. ia menelan saliva dengan susah payah, membayangkan bagaimana jadinya jika ia benar-benar menyukai Baekhyun. Bagaimana jadinya jika lelaki itu justru meninggalkannya saat perasaannya sudah menajdi semakin jernih. Lalu bagaimana dengan Chanyeol? Ia tidak mungkin mencintai dua orang sekaligus. Dahui bukan seorang peselingkuh!

Masih sibuk dengan pemikirannya sendiri, kedua gadis tersebut tiba-tiba dikejutkan oleh getaran ponsel Dahui yang ia letakkan di atas meja. Suster Min melirik layarnya dan tersenyum ketika mendapati nama ‘Byuntae Baekhyun’ tertera di sana.

“Oh, setidaknya kau harus mengganti namanya di kontak ponselmu dengan yang lebih manis.” Komentarnya sembari menyerahkan ponsel tersebut kepada Dahui.

“Aku tidak mau mengangkatnya.” Rautnya tampak tegang.

“Mungkin ia sedang merindukanmu.”

“Tidak!”

“Ayolah, Dahui. Atau kau mau aku yang angkat?”

“Janga—“

Terlambat, lantaran kini ponsel tersebut sudah berada di telinga kiri Suster Min. Ia memberikan tatapan menenangkan kepada Dahui sementara suaranya menyapa Baekhyun di seberang sana.

“Halo, Byun Baekhyun,”

“Siapa ini?”

Dahui dapat mendengar suara cempreng Baekhyun meski agak tersabur.

“Ini Suster Min—“

“Apakah Dahui sedang sakit?” sela Baekhyun.

“Oh, sama sekali tidak. Ia baik-baik saja.”

“Syukurlah,” lirihnya, namun tertangkap oleh pendengaran wanita tersebut. ia tersenyum mengetahui Baekhyun tengah mencemaskan keadaan Dahui.

“Kau mau berbicara dengan Dahui?”

“Tidak perlu. Biar aku yang ke sana. Pastikan ia tidak pergi ke mana-mana.” Dan setelahnya, panggilan pun terputus.

Dahui menyasap wajah dengan kedua telapak tangan, merasa kesal, frustasi, geram, dan gelisah lantaran sebentar lagi ia harus bertatap muka dengan Baekhyun. Terlebih, kini lelaki itu tahu tempat persembunyiannya jika sedang tak ingin bertemu dengannya.

“Ugh, kau menyebalkan.” Semprotnya kepada Suster Min.

“Dia mencemaskanmu, Dahui.”

“Aku tidak peduli. Dia hanya ingin menggangguku saja.”

“Jika ia selalu mengganggumu, itu artinya ia memiliki perasaan terhadapmu.”

Dahui mengabaikan ucapan Suster Min dan memilih untuk merebahkan diri di salah satu pembaringan setelah sebelumnya menarik tirai hijaunya hingga ia tak dapat lagi melihat sosok Suster Min. Dahui memendam seluruh tubuhnya di balik selimut dan memejamkan mata seerat mungkin, berharap ia segera terlelap sebelum Baekhyun tiba.

Harapannya tentu saja tidak terkabul, lantaran tak berselang lama ia mendengar pintu ruang kesehatan dibuka serta derap langkah kaki yang mendekat. Dari suara ketukan kakinya, sudah dapat ditebak bahwa itu milik Baekhyun.

“Hai, Baekhyun,” sapa Suster Min berintonasi riang.

“Di mana Dahui?” tanyanya tanpa membalas sapaan suster tersebut.

Suster Min menunjuk ke arah tirai hijau yang tertutup rapat dengan ibu jarinya. Baekhyun menganggukan kepala, lantas beranjak menghampiri bilik di mana Dahui mengasingkan diri.

“Hei,” Ujar Baekhyun datar. Suaranya terdengar tepat berada di belakang Dahui. “Hei, jangan pura-pura tidur!” ia mencuil pundak Dahui agar gadis itu memberi respons.

“Kenapa kau kemari!” bentaknya dari balik selimut.

Baekhyun memutar kedua bola mata dan berdeham beberapa kali. “Bukankah sudah kubilang bahwa aku menunggumu di kafetaria?”

“Aku tidak lapar.”

“Ya, tentu saja kau tidak lapar. Setidaknya temani aku makan.”

Mendengar ucapan Baekhyun, Dahui lantas membuka selimutnya dan menegakkan tubuh sembari menatap lelaki itu dengan pandangan sengit.

“Kau bisa makan sendiri, kenapa harus kutemani?”

Salah satu alis Baekhyun menukik. “Karena kau pacarku?”

“Aku bukan pacarmu!”

“Well, orangtuamu sudah menganggapku sebagai pacarmu. Aku mendapatkan restu mereka.”

Jemari telunjuk Dahui mengacung ke arah Baekhyun dengan wajah biram. “Jangan gunakan alasan itu. Kau bocah licik!”

Ia melipat kedua tangan di depan dada, manatap Dahui seakan-akan gadis itu tengah mengidap gangguan jiwa. “Aku tidak ingin berdebat denganmu lagi. Ayo!”

“Ayo ke mana?”

“Kafetaria, tentu saja.”

“Tidak!”

“Shin Dahui,”

“Aku tidak mau ikut denganmu.”

“Shin Dahui, jangan membuat kesabaranku habis.”

“Kaupikir kau itu siapa—”

Kalimat Dahui tak tuntas lantaran Baekhyun tiba-tiba menyelipkan kedua tangannya di bawah kaki serta punggung Dahui, lalu mengangkatnya dari atas pembaringan. Ia mendengking nyaring, membuat Suster Min mau tidak mau bergegas datang untuk memeriksa apa yang tengah terjadi di antara mereka. Namun justru sebuah senyuman paham terpatri pada paras manisnya. Baekhyun menyuruh wanita itu untuk menyingkir dengan gerakan kepalanya, dan Suster Min pun menurut.

Dahui berusaha untuk turun dari bopongan Baekhyun. Ia mengayun-ayunkan kedua tungkai, namun tak kunjung meleraikan lingkaran tangan dari leher lelaki tersebut. Tentu saja Dahui takut jika bokongnya menghantam permukaan lantai bila saja Baekhyun tiba-tiba melepasnya.

“Hei, Byun Baekhyun, turunkan aku!”

“Kau yang membuatku melakukan ini.”

“Baiklah, aku akan menemanimu makan di kafetaria, tapi turunkan aku sekarang juga!”

Baekhyun menghentikan langkah, lalu memepertemukan manik mereka. ia memasang tampang prihatin sembari menggeleng-gelengkan kepala.

“Maaf harus mengatakan ini, tapi aku tidak akan menurunkanmu.”

“Jangan macam-macam Byun Baekhyun!” Ia memberi pukul kecil pada bahu Baekhyun.

“Lagipula, apa yang harus ditutup-tutupi? Mereka semua tahu bahwa kau adalah kekasihku.”

Lantas Dahui mengedarkan pandangan dan mendapati seluruh pasang mata kini tengah memperhatikan mereka. Wajahnya lantas bersemu merah, namun lidah pun tak mampu ia gerakkan untuk melayangkan kata-kata protes. Jika Dahui membentak, maka sudah jelas itu akan mengundang lebih banyak atensi kepada mereka. Hingga akhirnya gadis tersebut hanya membungkam dan mengeratkan lingkaran tangannya pada leher Baekhyun guna menyembunyikan wajah merahnya.

Mereka memasuki kafetaria, bisik-bisik pun terdengar kian jernih oleh telinga Dahui. Sudut matanya menangkap sosok Bina yang tengah duduk dengan beberapa murid di salah satu meja. Ia terkejut bukan main dengan mulut menganga. Begitu pula dengan Chanyeol, Jongdae, serta Kyungsoo—kecuali lelaki tak berekspresi; Yixing.

Baekhyun mendudukan Dahui dengan hati-hati di atas bangku namun gadis itu masih tetap tak dapat mengangkat kepalanya. Ia tahu bahwa Chanyeol sudah berada di hadapannya, menanti sebuah sapaan darinya. Namun Dahui sama sekali tak memiliki nyali untuk bertukar sapa. Hal yang telah dilakukan Baekhyun sungguh memalukan.

“Kau ingin kuambilkan makanan?” tanya Baekhyun dengan senyum manis yang dibuat-buat.

“Untuk apa makan jika waktu istirahat sudah hampir habis.” Gumam Dahui jengah.

“Kalau begitu minum susuku.” Ia mendorong susu kotak rasa cokelat yang sudah ditenggak separuhnya kepada Dahui. “Aku tahu kau masih lapar.”

Ya, tentu saja ia masih lapar. Kendati belakangan ini Dahui berusaha untuk tidak makan terlalu banyak, namun tentu sebungkus roti sama sekali tidak mengenyangkan baginya.

Mengesampingkan segala harga diri yang masih tersisa, Dahui pun meraih susu kotak Baekhyun dan mulai menyesapnya dengan perlahan. Sementara Chanyeol masih memperhatikan gadis itu dengan raut tak terdefinisi. Seakan-akan ia ingin mengajaknya berbicara namun berjuang untuk membendung niat.

“Jadi, kalian tentu sudah tahu kalau Dahui adalah kekasihku, bukan?” tanya Baekhyun kepada teman-temannya.

“Y-ya?” mata Kyungsoo melebar.

“Te-tentu saja kami sudah melihatnya di papan pengumuman!” celetuk Jongdae dengan tawa kaku.

“Jadi kalian benar-benar pacaran? Ini bukan untuk main-main?” tanya Yixing, tidak lupa memasang tampang polos.

Jongdae segera memukul kepala lelaki tersebut sembari berdecak. “Mana mungkin itu hanya main-main jika mereka sudah hmm hmm…”

Yixing menyatukan alis. “Apa itu hmm hmm?”

“Oh Tuhan,” Kyungsoo memutar kedua matanya, tak habis pikir dengan reaksi lambat Yixing.

“Seperti ini…” Jongae menyatukan kedua talapak tangan dan menepuk-nepukkannya di depan wajah Yixing. “Mengerti?”

“A-ah… berhubungan se—”

Kalimatnya tidak usai lantaran Chanyeol segera membekap mulut Yixing. Ia tidak ingin Dahui merasa dipermalukan oleh teman-temannya. Meski mereka memang sudah pernah melakukan hal itu, teman-temannya tak perlu mempertegasnya, bukan?

“Dasar bodoh.” Gumam Baekhyun sembari terkekeh. Ia kemudian menoleh ke arah Dahui yang masih tertunduk dan berkata, “aku akan menjemputmu ke kelas sepulang sekolah.”

Dan Dahui pun tahu, itu artinya ia akan dibawa ke penthouse Baekhyun untuk membersihkan ruangan mewah tersebut. Oh, betapa ia harap ia bisa pulang ke rumah dengan tenang dan mengistirahatkan diri dari segala tekanan.

 

X.x.X

 

Rutinitas barunya adalah bertandang ke penthouse Baekhyun seusai jam sekolah untuk membersihkan setiap ruangannya, memasakkan makanan untuknya, atau hanya sekadar menemaninya menonton film di ruang TV. Kini Dahui mulai hafal dengan isi lemari Baekhyun; apa yang harus dibeli dan apa yang tak perlu dibeli. Kendati ia tak menyukai rutinitas barunya, namun agaknya Dahui mulai terbiasa. Ia tahu bahwa Baekhyun akan m

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
baeksena #1
Chapter 18: Udah setahun aja, kakak belum update lagi??
baeksena #2
Chapter 18: Masih setia nunggu ka??
baeksena #3
Chapter 18: Ayo ka,di lanjut???
baeksena #4
Baca ulang kak,soalnya lagi kangen sama cerita ini
little_petals
#5
Chapter 18: Level kedekatan BaekHui semakin uwuuuwww Tetap semangat lanjutinnya ya Thor, walaupun ngaret gpp deh
baeksena #6
Chapter 18: Semoga Makin deket aja,yuhuuuu
baeksena #7
Chapter 18: Seneng deh liat perkembangan hubungan baekhyun san dahui
baeksena #8
Chapter 18: Makasih kak,udah update
little_petals
#9
Chapter 16: Makin adem yak hubungan baekhui, bikin gemes :) Semangat kak ;)

Woww Selamat yaaaa yg udah engaged, semoga jadi keluarga yang bahagia dan damai kakak~ ?
baeksena #10
Chapter 17: Masih setia sama hindrance kak. Suka sama perkembangan hubungan Baekhyun dan Dahui