Chapter 18

Hindrance
Please Subscribe to read the full chapter

Sejak peristiwa perjumpaan dengan Keluarga Byun beberapa waktu lampau, hubungan Dahui serta Baekhyun pun menjadi lebih bermakna. Terkadang gadis itu sendiri bingung apakah hubungan mereka hanya sekadar pura-pura atau sikap yang dilayangkan Baekhyun terhadapnya adalah tulus. Dan sejatinya tak ada penolakan dari Dahui setiap kali Baekhyun berinisatif untuk berlaku baik padanya. Ia menikmati tatkala Baekhyun menanti kehadirannya di depan kelas sebelas saat jam pelajaran usai. Atau ketika lelaki tersebut menyongsongnya di kafetaria dan membelikan Dahui santapan kesukaannya hingga ia tak perlu mengantri untuk mendapatkan makanan.

Kabar buruknya, ia jadi tak memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama Bina. Setiap rencana yang ia buat bersama sang Sahabat, maka Baekhyun akan datang untuk memorak-porandakannya. Tentu Bina jengah dan melayangkan protes keras terhadap Dahui. Gadis cantik itu mengatakan bahwa ia mulai merasa kehilangan sosok sahabat yang sangat berarti baginya. Dan tak dapat dipungkiri pula bahwa perasaan bersalah bercokol dalam hati Dahui. Namun kenyataannya, gadis itu merasa lemah oleh setiap keputusan Byun Baekhyun. Kegiatan mereka kini bukan hanya bertandang ke penthouse Baekhyun untuk membersihkan ruangan serta memasak makan malam untuknya. Namun tak jarang lelaki itu mengajaknya menonton film di bioskop atau mengunjungi pusat perbelanjaan hanya sekadar untuk melalap waktu. Memang bukan hal yang penting. Tetapi bagi Dahui, itu adalah kegiatan paling menyenangkan yang pernah ia lakukan bersama Baekhyun.

Pertengkaran kecil di sana-sini kerap mewarnai. Namun kali ini, tak ada rasa dendam maupun jengah yang menyambangi hatinya. Ia menyukai bagaimana mereka saling bertukar argumen. Pun bagaimana pada akhirnya Baekhyun mengalah dan membiarkan Dahui menang. Bukankah ini adalah sesuatu yang begitu langka? Seorang Byun Baekhyun, mengalah untuk seorang Shin Dahui? Tak dapat dipungkiri bahwa gadis itu merasa besar kepala. Kata-kata Bina kerap berkumandang dalam benak, bahwa Baekhyun memang benar-benar menyukai dirinya. Dan betapa keras pun Dahui mencoba untuk membantahnya, suara kecil dalam hatinya mengiyakan terkaan tersebut. Mungkin memang benar Baekhyun memiliki suatu perasaan yang lebih terhadap Dahui. Barangkali pula ia pun merasakan hal yang sama kepada Baekhyun. Namun sejujurnya, Dahui tak ingin terlalu berharap. Biar bagaimanapun, orang yang tengah ia hadapai adalah Byun Baekhyun. Manusia terlicik sejagat raya.

Sore itu—setelah pelajaran berakhir—Dahui membenahi alat-alat tulisnya, bersiap-siap untuk beranjak dari kelas. Maniknya melirik ke arah jendela, tak juga mendapati sosok rupawan Baekhyun yang umumnya akan menanti ketibaan Dahui. Kening gadis itu mengernyit lantaran ini tak seperti biasanya. Bukankah pagi tadi ia mengatakan bahwa ia akan menunggu Dahui di depan kelas?

“Kau mencari Baekhyun?” Tanya Bina yang sejak tadi memperhatikan kegelisahan Dahui.

“Ti-tidak!” pekiknya kepalang cepat, tak ingin tertangkap basah bahwa ia tengah merasa kecewa.

“Barangkali Baekhyun sedang ada kelas tambahan,” gadis itu berusaha menenangkan Dahui.

“Well, aku tidak peduli.”

“Tampaknya kau sangat peduli.”

“Sungguh, Kang Bina,”

“Aku bisa membaca raut wajahmu, Shin Dahui,”

Dahui terbungkam. Ia berusaha menghindari tatapan menikam Bina dengan menatap kesepuluh jemarinya yang saling bertaut. Tentu saja Dahui merasa kecewa lantaran ia tak mendapati Baekhyun di depan kelas. Lelaki itu telah berjanji bahwa sepulang sekolah mereka akan berkunjung ke sebuah kedai es krim yang baru buka bisnis di jantung kota. Bagaimana mungkin ia melupakan janjinya? Dahui sudah kepalang bersemangat untuk mencicipi kudapan kesukaannya.

“Daripada kau cemberut seperti ini, bagaimana jika kita jalan-jalan saja? Sudah nyaris sebulan sejak kita menghabiskan waktu bersama. Kau selalu sibuk dengan Baekhyun.” Usul Bina dan mata berbinar. Barangkali ini adalah kesempatan yang tepat untuk melakukan rutinitas mereka yang sempat tertunda akibat presensi Baekhyun.

Kedua bibir Dahui terbuka, hendak membalas ucapan Bina tatkala ponselnya bergetar di saku seragam. Segera ia menggeser layar dan wajahnya memanas ketika nama Baekhyun tertera.

 

Dari: Byuntae Baekhyun

Subyek: Maaf

Hei, maaf aku tidak bisa menjemputmu sore ini. Ibu memintaku untuk pulang ke mansion. Kerabat kami tengah berkunjung dan mereka ingin bertemu denganku. Pulanglah dengan Bina. Kabari aku jika kau sudah tiba di rumah.

 

Sejatinya hati Dahui kecewa. Ia telah menggantungkan harapan yang begitu tinggi untuk kencan mereka sore ini, namun mendapati kenyataan yang justru mematahkan semangat. Kendati ini baru pertama kalinya Baekhyun membatalkan kencan mereka—dan itu pun dengan alasan yang masuk akal—namun Dahui tak dapat memungkiri kekecewaan. Terlebih, mengapa pula ia harus merasa berkecil hati? Selama Baekhyun belum benar-benar meresmikan jalinan mereka, tentu ia tak boleh berharap banyak pada hubungan ini. Bukankah sejak awal ia menerima Baekhyun dengan terpaksa?

“Dari Baekhyun? Dia tidak bisa menjemputmu?” tanya Bina yang sempat melirik isi dari pesan yang diterima Dahui.

Gadis itu mengangguk pelan.

“Sudah kubilang, ini waktunya kita untuk jalan-jalan. Apa kau tidak rindu denganku?” Bina mengerucutkan bibir, tampak sedih.

Sontak Dahui menggeleng sembari mengibaskan tangan di depan wajah. “Bukan begitu! Aku rindu denganmu, jangan salah paham!”

Seulas senyum terpatri pada paras rupawannya. “Kalau begitu, kita pergi belanja?”

“Baiklah,” jawab Dahui, membalas senyum sang Sahabat. Kendati masih ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya akibat ketidakhadiran Baekhyun, namun ia barusaha untuk tak melukai perasaan Bina. Karena sejatinya, ia pun merindukan hari-hari lawas bersama Bina.

Mereka memutuskan untuk mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan elit di daerah Gangnam. Lebih tepatnya Bina yang memberi usulan tersebut, lantaran Dahui tahu bahwa uang mingguan yang diberikan orangtuanya takkan cukup untuk membeli sepotong pakaian di sana. Toh, Bina telah meyakinkannya bahwa ia akan mentraktir Dahui kali ini. Beberapa bulan terlampaui sejak mereka melakukan kegiatan seperti ini. Dan Dahui pun memutuskan untuk melupakan Baekhyun demi menghayati waktu yang akan ia lalap bersama sahabatnya.

Mereka berseloroh dan tergelak dan bercerita panjang lebar layaknya sepasang sahabat pada umumnya. Kali ini, Bina benar-benar memanjakannya. Agaknya gadis itu sangat merindukan sang Sahabat sejak nasib nahas menimpa Dahui beberapa bulan belakangan—bahwa ia harus menjadi budak Byun Baekhyun. Dahui mendapatkan sepasang sepatu Nike berwarna merah muda yang tampak begitu lucu dikenakan oleh tungkainya. Bina pula yang membayar semangkuk es krim yang mereka pesan. Meski bukan toko es krim yang dijanjikan oleh Baekhyun, namun tak dapat dipungkiri bahwa Dahui merasa sangat bahagia. Senyum tak lepas-lepasnya mendekorasi paras mungilnya. Tak lupa pula mereka mengunjungi tempat karaoke dan menyanyikan lagu-lagu grup favorit mereka, Wonder Girls.

Untuk yang pertama kalinya sejak berkecimpung dengan dunia Baekhyun, Dahui kembali merasakan hal-hal yang dirasakan anak remaja normal pada umumnya. Sekelumit rasa tertekan pun enggan menyambangi diri. Well, bukan berarti Dahui tak menikmati ‘kencan-kencan’ bersama Baekhyun, akhir-akhir ini Baekhyun kerap memperlakukannya lebih manusiawi. Hanya saja Dahui merasa ia butuh waktu untuk dirinya sendiri. Dan melalap waktu bersama Bina adalah salah satu dari banyak hal yang begitu ia dambakan. Ia baru menyadari bahwa ia telah merindukan sahabatnya sedalam ini.

“Terima kasih sudah membawaku bersenang-senang hari ini.” Ujar Dahui tatkala kendaraan yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan kediamannya.

Bina memberikan senyum lebar nan tulus. “Aku yang berterima kasih karena kau bersedia menerima ajakanku.”

Dahui terkikik bahagia. “Kuharap kita bisa melakukan ini sesering mungkin.”

“Kita pasti akan sering melakukannya jika Baekhyun berhenti mencurimu dariku." Balas Bina dengan embusan napas jengah dan mata memicing.

Mendengar itu, Dahui baru terkenang kembali akan sosok lelaki tersebut. Ingat saat ia memutuskan untuk melupakan Baekhyun sejenak dan menikmati waktunya bersama Bina? Tak disangka-sangka bahwa ia benar-benar melupakan Baekhyun. Ponselnya pun tidak ia periksa sama sekali. Dan kini waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam. Apakah Baekhyun tengah mendambakan pesan darinya? Atau apakah lelaki itu sama sekali tidak peduli? Well, ia akan mengetahuinya nanti setelah gadis itu masuk rumah dan memeriksa ponsel.

Dahui tersenyum sekali lagi dan memberikan Bina lekapan terakhir. “Baiklah, aku masuk ke dalam.” Ia menarik diri dan melambaikan tangan, “hati-hati di jalan dan sampai jumpa minggu depan di sekolah!” lantas ia beranjak dari kendaraan Bina.

 

 

“Dahui, apakah Baekhyun tidak mampir dulu?” tanya sang Ibu ketika ia mendapati Dahui tiba di rumah.

Kening gadis itu mengernyit. “Baekhyun? Aku tidak pulang bersama Baekhyun.”

Alis Nyonya Shin berjingkat. “Oh, ini tidak seperti biasanya. Jika kau pulang terlambat dari sekolah biasanya kau diantar pulang oleh Baekhyun.” Kini ia berkacak pinggang dengan mata memicing. “Jadi dengan siapa kau menghabiskan waktu sampai larut seperti ini?

Dahui menggidikkan bahu, acuh tak acuh oleh interogasi ibunya. “Bina mengajakku berjalan-jalan setelah pulang sekolah.”

“Bina? Sudah lama sekali sejak kau menghabiskan waktu dengan Bina. Apakah terjadi sesuatu padamu dan Baekhyun?”

“Bu, tidak terjadi apa-apa dengan aku dan Baekhyun. Ia hanya sedang sibuk. Lagipula jika benar terjadi sesuatu pada kami apa urusannya dengan Ibu?”

“Baekhyun anak baik. Ia sangat bertanggung jawab dan Ayah dan Ibu sangat menyukainya. Ia juga adalah laki-laki pertama yang kau kencani. Sayang saja jika kalian sampai putus.”

Dahui memutar kedua bola matanya. “Kubawa kemari karena Ayah yang memaksaku. Sudahlah, aku ganti pakaian dulu.

Lantas, Dahui pun beranjak masuk ke dalam kamar. Ia menggantung tas ranselnya di kursi meja belajar, lalu mengempaskan diri ke atas tempat tidur. Baru sekarang ia merasa lelah setelah mengitari pusat perbelanjaan selama berjam-jam. Mata Dahui terasa begitu berat, nyaris tertutup tatkala ia teringat akan pesan Baekhyun.

Ia segera menceluk saku seragamnya guna meraih ponsel. Gadis itu memicing ketika ia membuka kembali pesan yang dikirim Baekhyun, namun tak mendapati pesan yang lainnya. Baekhyun sama sekali tak menanyakan kabarnya seperti yang sudah-sudah setiap kali gadis itu lupa mengabari keadaannya.

Perasaannya terasa asing. Entah itu amarah, gundah, atau kecewa, Dahui tak dapat menyebutkannya. Apakah Baekhyun pula melupakannya? Apakah Baekhyun sudah mulai merasa penat akan kehadirannya? Apakah sampai di sini tugas Dahui untuk menjadi mainan Baekhyun?

Tanpa ia sadari, tangannya menggenggam ponsel tersebut terlampau kencang. Bibir Dahui menipis dengan wajah memerah. Sungguh, ia benci apa yang tengah ia rasakan saat ini. Sepantasnya ia merasa senang dan merayakan kebebasannya dari kungkungan Baekhyun. Namun membayangkan bahwa Baekhyun mulai melupakannya membuat Dahui naik pitam. Berani-beraninya lelaki itu menggantung Dahui seperti ini setelah melakukan segala macam hal yang ia perintahkan padanya dengan sukarela.

Malam itu, Dahui memutuskan untuk tidak sama sekali mengabari Baekhyun. Persetan jika nantinya ia harus menghadapi amarah Baekhyun di sekolah. Itu pun jika lelaki tersebut masih memedulikannya. Yang patut Dahui lakukan saat ini hanyalah menanti hingga Baekhyun secara resmi mengakhiri masa perbudakannya. Ya, Dahui rasa ia akan merasa lebih baik jika membayangkan saat hari yang didamba-dambakannya tiba. Benar demikian, bukan?

 

X.x.X

 

Kembali Dahui dipertemukan oleh hari senin—hari yang paling dibenci oleh Shin Dahui. Akhir pekannya berlalu begitu lama lantaran Dahui sama sekali tak memiliki kegiatan apapun. Terkaannya adalah; Baekhyun hendak menandangi kediamannya dan menebus janji yang sempat tertunda dengan membawanya mengunjungi kedai es krim baru di jantung kota. Namun justru ia melalap akhir pekan dengan membantu Nyonya Shin mengurus kebun bunga kesayangannya di halaman belakang rumah. Belum lagi Dana yang tak henti-hentinya mengoceh mengenai beragam hal. Ditambah oleh suasana hatinya yang tidak baik, Dahui rasa ia nyaris menghantam mulut Dana dengan kepalan tangannya. Untungnya, tak ia realisasikan niat tersebut.

Sepanjang jam pelajaran pertama dan kedua, Dahui sama sekali tak dapat memusatkan konsentrasi. Benaknya tengah dipadati oleh berbagai terkaan mengenai Byun Baekhyun. Apa yang dilakukan lelaki tersebut sepanjang akhir pekan? Mengapa ia tak menghubungi ataupun mengunjunginya? Apakah terlampau sukar baginya hanya untuk mengirim pesan singkat dan mengabari keberadaannya?

Dahui dikejutkan oleh ringkingan bel istirahat. Napasnya tercekat dan kepalanya meneleng ke kanan dan ke kiri. Murid-murid lain tengah berlomba-lomba keluar dari kelas untuk menyambangi kafetaria. Sementara Dahui hanya dapat mengerjap beberapa kali, berusaha mengumpulkan kesadaran.

“Kau tampak aneh, kau tahu?”

Dahui meneleng ke arah sumber suara, mendapati Bina tengah menatap tajam ke dalam maniknya. “A-apa maksudmu?”

“selama tiga jam terakhir kau sama sekali tidak berkonsentrasi pada mata pelajaran yang diterangkan. Apa kau sakit?” Bina mengangkat tangan dan menyentuh kening Dahui. “Atau jangan-jangan kau sedang patah hati?”

Mata gadis itu membulat sembari mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah Bina. “Patah hati? Kenapa aku harus merasa patah hati?” ia memaksakan tawa yang terdengar menyakitkan oleh telinga Bina.

“Baekhyun sama sekali tidak menghubungimu?”

Dahui membungkam, tak dapat membalas pertanyaan Bina, lantaran terkaan gadis itu tepat sasaran. Mana mungkin Dahui dapat mengakuinya.

“Benar, bukan?” ia menggeleng-gelengkan kepala. “Shin Dahui, sampai kapan kau akan menyadari perasaanmu sendiri?”

Kening Dahui mengernyit. “Perasaan apa maksudmu? Perasaanku sangat baik. Lihat, aku bahkan tak sabar menanti hari di mana Baekhyun membebau.” Gadis itu segera bangkit dari duduknya dan menarik lengan Bina. “Ayo makan. Aku lapar.”

 

 

Tubuh Dahui mematung tatkala maniknya menangkap sosok Baekhyun yang tengah terduduk bersama teman-temannya di pusat kafetaria. Ia tampak sehat dan normal bahkan senyum lebar mendekorasi paras rupawannya, sembari sesekali mendorong bahu Jongdae yang tengah melempar seloroh jenaka.

Dada Dahui terasa panas. Tanpa sadar ia mencengkram lengan Bina kepalang erat, membuat gadis itu meringis tertahan.

“Dahui, kau menyakitiku!” pekiknya, berusaha melepaskan lengan dari cengkraman kuku Dahui.

“Oh, maaf.” Ujarnya dengan mata membeliak.

“Kau mau menghampirinya?”

Gadis itu menggeleng cepat. “Biarkan saja.”

“Tanyakan saja padanya,” usul Bina, tak menyerah.

Dahui mendengus, lantas beranjak ke arah meja yang berlawanan arah dari tampat duduk Baekhyun. Bina lekas mengekori langkahnya dengan senyum tertahan. Tentu saja ini adalah pemandangan langka. Selama dua tahun umur persahabatannya dengan Shin Dahui, tak pernah sekelibatpun Bina mendapatinya bertabiat demikian. Terlebih, lelaki yang membuat Dahui gusar seperti ini adalah Byun Baekhyun. Lelaki yang pernah berstatus sebagai musuh terbesar Dahui. Mendapati kondisi Dahui kini adalah suatu hal yang menggelitik perut.

“Aku baik-baik saja. Jika dia ingin berbicara denganku, dia bisa menghampiriku.”

“Hmm… kupikir dia benar-benar ingin berbicara denganmu.”

S

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
baeksena #1
Chapter 18: Udah setahun aja, kakak belum update lagi??
baeksena #2
Chapter 18: Masih setia nunggu ka??
baeksena #3
Chapter 18: Ayo ka,di lanjut???
baeksena #4
Baca ulang kak,soalnya lagi kangen sama cerita ini
little_petals
#5
Chapter 18: Level kedekatan BaekHui semakin uwuuuwww Tetap semangat lanjutinnya ya Thor, walaupun ngaret gpp deh
baeksena #6
Chapter 18: Semoga Makin deket aja,yuhuuuu
baeksena #7
Chapter 18: Seneng deh liat perkembangan hubungan baekhyun san dahui
baeksena #8
Chapter 18: Makasih kak,udah update
little_petals
#9
Chapter 16: Makin adem yak hubungan baekhui, bikin gemes :) Semangat kak ;)

Woww Selamat yaaaa yg udah engaged, semoga jadi keluarga yang bahagia dan damai kakak~ ?
baeksena #10
Chapter 17: Masih setia sama hindrance kak. Suka sama perkembangan hubungan Baekhyun dan Dahui