Chapter 14

Hindrance
Please Subscribe to read the full chapter

“Di mana kau bersembunyi?” tanya Bina pada saat jam istirahat. “Kau melompati tiga mata pelajaran dan salah satunya adalah mata pelajaran Pak Song. Apa kau mau dihukum lagi?”

Dahui mengembuskan napas keras, mengaduk-aduk jus jeruk yang sejak tadi tidak disesapnya. Bina tentu tahu ada yang tidak beres dengan Dahui. Tak biasanya gadis itu membolos kendati ia tak begitu cemerlang. Terlebih, Dahui tidak mengikuti tiga mata pelajaran dalam satu hari. Mengingat di jam pelajaran pertama ada ulangan matematika, tak sepatutnya ia mengabaikan studi.

“Jadi kau belum membaca papan pengumuman?” tanya Dahui pelan, tidak ingin mempertemukan maniknya dengan milik Bina.

Ia menggeleng. “Aku tidak mau membacanya. Aku ingin mendengar semuanya dari mulutmu agar lebih jelas.”

“Ini semua ulah Byun Baekhyun. Sekarang seluruh sekolah mengira bahwa kami berpacaran.” Ia meremas sendok mungil yang sedianya ia gunakan untuk mengaduk jus jeruk tersebut.

“Kenapa dia melakukannya?” tanya Bina, tak heran dengan tingkah Baekhyun kepada sahabatnya sendiri.

Lalu sesaat kemudian, Dahui pun menceritakan segalanya kepada Bina. Tak satu detil pun terlewat. Ia memberitahu Bina betapa ia membenci Baekhyun, betapa ia merasa begitu direndahkan, betapa ia tak memilki harga diri lagi di hadapannya. Dan yang dapat dilakukan Bina hanya memberi tepukan pada bahu Dahui. Ia pula kehabisan akal bagaimana caranya membantu sang Sahabat. Melihat penderitaan Dahui saat ini, tentu Bina tak ingin berurusan dengan Baekhyun. Terlebih lelaki itu pernah menguntit dan berusaha keras untuk menarik perhatiannya, kendati sekarang ia sudah tak banyak melakukan hal aneh kepadanya.

“Apa yang harus kulakukan, Bina?” tanya Dahui sembari menyasap wajah, putus asa.

Bina berdecak, ikut merasa furstasi. Jika Baekhyun bukanlah putra dari keluarga Byun, maka tentu Bina sudah membantu Dahui dengan kemampuannya sendiri. Dan kenyataan bahwa Baekhyun diberikan perlakuan khusus oleh sekolah sama sekali tak memberikannya peluang untuk bertindak. Kendati ia benci mengatakan ini, tetapi Bina tak ingin kehilangan reputasi seperti yang dialami Dahui.

“Bertahanlah beberapa bulan lagi. Baekhyun akan segera lulus dan hidupmu akan kembali seperti semula.”

Ya, tentu saja hal itu terdengar mudah. Namun beberapa bulan terasa seperti bertahun-tahun bagi Dahui. Ia tak mungkin sanggup menjadi kekasih sekaligus budak Baekhyun hingga hari kelulusan tiba. Bukan ini yang diinginkan Dahui. Bukan Baekhyun yang Dahui mau, tetapi Chanyeol.

Dari kejauhan, Dahui mendapati sosok Baekhyun yang tengah memasuki kantin. Ia berjalan bersama Jongdae, namun Dahui tak mendapati sosok Chanyeol dan dua orang sahabat mereka yang lainnya. Gadis itu berjuang agar Baekhyun tak menyadari presensinya, namun terlambat lantaran kini manik mereka bertemu. Dahui tak dapat bergerak, seluruh tubuhnya menegang. Sementara Baekhyun hanya berdiri di sana, memberi tatapan penuh arti kepada Dahui, kemudian segera memutuskan kontak mata mereka. ia berjalan ke arah meja di seberang sana, tak menggburis keberadaan Dahui.

Kening gadis itu mengernyit bingung lantaran ini tak sesuai ekspektasinya. Ia mengira bahwa Baekhyun akan menghampirinya dan memperlakukannya semena-mena di hadapan para siswa yang lain. Namun ternyata ia justru mengabaikannya. Entahlah apakah ia harus merasa lega atau cemas. Lelaki itu pasti sudah merancangkan sesuatu di dalam kepalanya.

 

 

“Kau mau kuantar pulang?” tanya Bina saat jam pelajaran terkahir telah usai. Mereka tengah bejalan menuju gerbang sekolah. Mobil jemputan Bina sudah menanti di sana dan Dahui benar-benar ingin menyetujui ajakannya. Sungguh, ia nyaris berkata ‘ya’ jika saja tak terhalangi oleh sebuah suara.

“Kau pulang bersamaku.” Ujar Baekhyun, menghadang langkah kedua gadis tersebut.

“Tidak apa-apa, Baekhyun. Aku yang akan mengantar Dahui pulang.” Ujar Bina, memaksakan seulas senyum kendati memiliki keinginan untuk menghantam wajah Baekhyun.

Lelaki itu menggeleng. “Dahui akan pulang denganku. Bukankah begitu?” kini maniknya tertumbuk pada sosok mungil tersebut. ia mengulurkan tangan dan meraih pergelangan tangan Dahui, menariknya berdiri di sisi Baekhyun.

“Apa yang kaulakukan?!” bentak Dahui tak suka.

“Dengar,” Baekhyun memutar tumit agar bersemuka dengan Dahui. “Hari ini dan seterusnya—jika aku tidak sibuk—aku yang akan mengantarmu pulang. Ini perintah.”

Rahang Dahui nyaris terjatuh mendengar kalimat Baekhyun. Siapa dia pikir dirinya? Oh, tentu saja ia adalah Byun Baekhyun, putra bungsu dari pemilik Byun & Partners. Dahui benci bahwa ia terlahir dari keluarga biasa hingga ia tak memiliki wewenang untuk melawan. Ia menyayangi keluarganya. Ia tak ingin jika nantinya Baekhyun akan bertindak terlampau jauh dan menghancurkan keluarga kecilnya.

Pada akhirnya, Dahui meneleng ke arah Bina, memberikannya senyum ketat dan berkata, “tidak apa-apa, aku akan pergi dengannya.”

“Tapi—”

“Kupastikan ia tiba di rumahnya dengan aman.” Sela Baekhyun, lantas menarik pergelangan tangan Dahui menuju pelataran parkir sekolah.

“Masuk!” komandonya, membukakan pintu mobil di sisi penumpang untuk gadis itu. Tentu Dahui menurutinya. Memangnya ia bisa apa?

Kendaraan pun melaju di lintasan. Pada jam pulang sekolah seperti ini jalanan memang selalu padat dan hal itu justru membuat suasana menjadi lebih canggung. Perjalanan yang seharusnya hanya ditempuh selama dua puluh menit kini menjadi empat puluh menit.

Baekhyun tak menyuarakan satu patah kata pun sejak mereka meninggalkan gedung sekolah. Ia tak menyalakan radio hingga atmosfer terasa begitu genting. Dahui bahkan dapat mendengar terikan napas teratur Baekhyun. Ia harap Baekhyun takkan mendengar ronta perutnya yang kelaparan. Bagaimana tidak lapar jika pada saat jam istirahat ia bahkan tak menyesap jus jeruk yang dibelikan Bina untuknya.

“Kau tidak perlu mengantarku pulang setiap hari—”

“Datang ke penthouse-ku besok.” Potong Baekhyun saat Dahui berhasil mengerahkan sisa tenaga yang ia punya untuk membuka suara.

“Besok lusa aku ada ulangan!”

“Lalu?”

“Tentu saja aku harus belajar!” pekik Dahui. “Memangnya kenapa aku harus ke sana?”

“Kau sama sekali tidak perlu belajar. Otakmu tidak akan mampu menampung semua itu.” Ujarnya acuh tak acuh. “Sudah sepekan penthouse-ku tidak dibersihkan. Cucian baju kotor menumpuk dan banyak yang belum disetrika.”

Dahui hanya dapat menatap Baekhyun dengan pandangan tidak percaya. Ia benar-benar bingung mengapa orang sepertinya bisa eksis di dunia ini. Apakah ia tak memiliki hati? Sementara Dahui akan mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut tanpa upah. Setidaknya, bibi yang dulu bekerja di penthouse-nya masih diberi bayaran yang layak.

Kendaraan berhenti tepat di depan kediaman keluarga Shin. Dahui sama sekali tak berani bergerak sebelum mendengar perintah Baekhyun untuk keluar dari kendaraan. Entah mengapa ia menjadi seperti ini. Barangkali gadis itu mulai terbiasa menjadi budak Byun Baekhyun.

Lelaki itu tak mengatakan satu patah kata pun namun ia sekonyong-konyong keluar dari mobil. Manik Dahui mengikuti ke mana langkahnya. Tak sampai satu menit ia kini sudah berdiri di sisi kanan kendaraan dan membukakan pintu untuknya. Tangan Baekhyun terjulur, menanti gapaian Dahui. Tetapi yang dapat gadis itu lakukan hanya tercengang sembari menatap tangan serta wajah rupawan Baekhyun secara bergiliran. Baiklah, untuk sore ini Dahui akan mengakui sekali lagi bahwa Baekhyun tampan. Ia suka warna surai gelapnya, pun mata sipit berbingkai celak tersebut kendati baginya celak hanya diperuntukkan khusus wanita.

Masih dengan raut linglung, Dahui menyambut uluran tangan Baekhyun sementara lelaki itu membantunya keluar dari kendaraan. Ia kemudian menutup pintu di belakang Dahui dan tidak beranjak sama sekali dari tempatnya berdiri. Mereka hanya dipisahkan oleh kesenggangan sempit dan Dahui pula dapat merasakan benturan napas hangat Baekhyun pada dahinya. Punggungnya bersandar pada sisi mobil untuk memberi sedikit jarak di antara mereka, namun tak memberikan hasil yang memuaskan. Manik Baekhyun terpaku pada paras Dahui, membuat napasnya tiba-tiba tercekat di tenggorokan.

“Oh, Dahui?”

Gadis itu terperanjat saat ia mendengar suara Nyonya Park yang berdiri tak jauh dari mereka. Ia membawa sekantong plastik belanjaan di tangan kanannya sementara tangan kirinya menutup mulut yang terbuka lebar, terkejut menemukan sejoli tersebut sedang bermesraan di depan rumah untuk yang ke sekian kalinya. Setelah berhasil mengumpulkan kesadaran, Nyonya Park menggumamkan cibiran kepada Baekhyun serta Dahui.

“Selamat sore, Bi,” sapa Baekhyun memberikan senyum manis mematikannya.

Nyonya Park tampak salah tingkah. Ia tersenyum kikuk dan membalas sapaan Baekhyun dengan bungkukan kecil.

“Maaf karena telah membuat kalian semua salah paham dan baru memperkanalkan diri sekarang. Aku adalah kekasih Dahui. Kami sudah berpacaran selama beberapa bulan terakhir dan ia bukan seperti yang kalian pikirkan. Aku mengencani Dahui karena aku menyukainya. Ia gadis yang baik dan sopan. Kumohon jangan salah paham lagi mengenai hubungan kami.” Tutur Baekhyun dengan tata bahasa paling sopan yang bisa ia utarakan.

Nyonya Park terkesiap mendengar penjelasannya dan ia tampak kehabisan kata-kata. Wanita paruh baya tersebut benar-benar tak menyangka bahwa Baekhyun sama sekali berbeda dari apa yang selama ini ia pikirkan. Well, setidaknya itu apa yang ia lihat lantaran Dahui benar-benar tak mengenal Byun Baekhyun yang saat ini berada di hadapannya.

“O-oh, benarkah?” hanya itu yang mampu dilafalkan lidahnya. Nyonya Park bahkan sampai melotot saat Baekhyun sekali lagi membungkukkan tubuh sedalam mungkin hanya untuk meminta maaf.

“Maaf atas kesalahpahaman yang sudah kuperbuat.”

“Tidak, tidak!” Nyonya Park mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah. “Sungguh ini bukan salahmu. Aku yang seharusnya tidak langsung menghakimi saat melihat kalian berdua bermesraan di pinggir jalan kompleks seperti ini.”

Dahui semakin bingung dibuatnya. Sebenarnya kekuatan magis apa yang dimiliki Baekhyun hingga ia dapat memenangkan hati banyak orang? Apakah karena wajah polosnya? Atau karena kelihaiannya dalam bekata-kata dan bersandiwara? Sudah sepantasnya ia mendapatkan penghargaan sebagai aktor terbaik sepanjang tahun.

“Kalau begitu aku pergi dulu.” Ujar Nyonya Park kemudian, menahan malu karena sudah menyebarkan berita tidak benar ke seluruh kompleks.

Dengan demikian, satu masalah sudah teratasi. Ia mendapatkan kembali nama baiknya di lingkungan rumahnya, namun tentu tak seperti yang ia harapkan. Lantaran kini semua orang tahu bahwa bahwa ia adalah kekasih Byun Baekhyun kendati kenyataannya tidak demikian. Entah apakah ia harus berterima kasih kepada Baekhyun atau semakin membencinya.

 

X.x.X

 

Keesokan harinya di sekolah, Dahui harus kembali menolak ajakan Bina yang hendak mengantarnya pulang. Hal itu disebabkan oleh pesan singkat yang dikirim Baekhyun pagi-pagi buta sebelum ia berangkat ke sekolah. Bahkan Dahui belum sempat membuka matanya tatkala pesan singkat Baekhyun masuk ke ponselnya. Ia kesal bukan main saat membaca isi pesan tersebut.

 

‘Dari: Byuntae Baekhyun

Subyek: Kerja

Sore ini sepulang sekolah datang dan rapikan penthouse-ku. Kutunggu di pelataran parkir. Awas saja kalau kau kabur.’

 

Kalimat terakhir Baekhyun membuat matanya terburai lebar. Entah bagaimana ia tak merasakan kantuk sedikit pun padahal masih ada sisa waktu tiga puluh menit sampai alarm di ponselnya berbunyi. Maka sepanjang hari di sekolah ia benar-benar merasa lelah dan tidak bersemangat. Sebagian besar dikarenakan ia harus berada di penthouse Baekhyun sore ini. Entah alasan apa yang harus ia berikan kepada ibunya lantaran gadis itu akan pulang terlambat.

“Aku benar-benar menyesal telah menempatkanmu dalam situasi ini, Dahui.” Ujar Bina yang tengah berjalan di sisinya menuju pelataran parkir sekolah. Tentu ia merasa bersalah jika mengingat bahwa sahabatnya harus berurusan dengan Byun Baekhyun lantaran ia ingin melindunginya dari lelaki tersebut.

Dahui berdecak dan menggeleng. “Harus berapa kali kubilang bahwa ini bukan salahmu sepenuhnya?”

Bina membungkam, tak ingin memperpanjang argumen mereka. Langkah kaki mereka terhenti selama beberapa sekon saat keduanya mendapati sosok Baekhyun yang tengah berdiri sembari bersandar pada mobil mewahnya. Dan sadar atau tidaknya, napas Dahui tiba-tiba tercekat di tenggorokan.

Bisakah kalian bayangkan seorang Byun Baekhyun dengan rambut hitam legamnya, dan mata berbingkai celak, serta kulit yang putih bersinar di bawah tempaan matahari? Ia tengah memutar-mutar ponsel dalam genggaman tangan kanannya sementara manik cokelat tersebut menatap lurus ke permukaan tanah. Liur Dahui nyaris saja menitis jika Bina tak menyikut rusuknya.

“Kau yakin akan pergi dengannya? Ke penthouse-nya? Berdua saja?”

Embusan napas keras meluncur dari celah bibir tipis Dahui. “Aku tidak punya pilihan. Ia sudah mengancamku jika aku berani kabur.”

“Kau tahu, kau bisa meneleponku jika butuh tumpangan pulang. Aku akan meminta Paman untuk datang menjemputmu di sana.”

Jika saja ia tidak ingat bahwa mereka tidak sedang sendiri di sana, maka Dahui sudah akan berlinangan air mata oleh segala kemudahan yang ditawarkan Bina. Memang benar kau akan mendapatkan banyak hal menguntungkan jika bersahabat dengan seorang putri konglomerat.

Dahui memilih untuk memeluk tubuh lampai sang Sahabat sembari mengucapkan terima kasih berkali-kali. Namun lengkingan cempreng Baekhyun menghancurkan momen mengharukan tersebut. Dahui menggeram sembari meleraikan pelukan. Ia mengatupkan rahang erat-erat, berjuang untuk tak meluapkan emosi.

“Apa yang kaulakukan di sana?! Cepat kemari!” pekiknya dari kejauhan, kini telah menegakkan tubuh.

Dahui menatap Bina dengan pandangan memelas. “Aku pergi.”

“Jaga dirimu baik-baik.” Ujarnya sembari menganggukan kepala.

Oh, benar, ini seperti adegan menjijikkan di drama-drama. Namun percayalah, Dahui benar-benar merasa berat hati untuk meninggalkan sahabatnya dan pergi ke penthouse Baekhyun.

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
baeksena #1
Chapter 18: Udah setahun aja, kakak belum update lagi??
baeksena #2
Chapter 18: Masih setia nunggu ka??
baeksena #3
Chapter 18: Ayo ka,di lanjut???
baeksena #4
Baca ulang kak,soalnya lagi kangen sama cerita ini
little_petals
#5
Chapter 18: Level kedekatan BaekHui semakin uwuuuwww Tetap semangat lanjutinnya ya Thor, walaupun ngaret gpp deh
baeksena #6
Chapter 18: Semoga Makin deket aja,yuhuuuu
baeksena #7
Chapter 18: Seneng deh liat perkembangan hubungan baekhyun san dahui
baeksena #8
Chapter 18: Makasih kak,udah update
little_petals
#9
Chapter 16: Makin adem yak hubungan baekhui, bikin gemes :) Semangat kak ;)

Woww Selamat yaaaa yg udah engaged, semoga jadi keluarga yang bahagia dan damai kakak~ ?
baeksena #10
Chapter 17: Masih setia sama hindrance kak. Suka sama perkembangan hubungan Baekhyun dan Dahui