Chapter 02

Hindrance
Please Subscribe to read the full chapter

 

“Katamu dia gay!” lengking Dahui sembari melanglang ke kanan dan ke kiri dalam keputusasaan. Benaknya tengah dipadati oleh banyak hal yang tidak mampu ia cerna dengan baik. Ultimatum Baekhyun tak henti-hentinya berkumandang, seakan-akan itu adalah mantra magis yang hendak menewaskannya secara perlahan. Barangkali ia memang akan segera tewas. Dahui bahkan tak ingin membayangkan apa yang akan ia dapatkan kelak saat akhir pekan usai. Senin adalah musuh terbesarnya saat ini.

Bina bangkit berdiri dari tempat tidur mewahnya, lantas menghampiri Dahui guna menghentikan langkah gadis itu. Sisi keningnya mulai terasa berdenyut lantaran matanya tak bisa berhenti membuntuti gerak tubuh si Sahabat.

Ia memegang kedua bahu Dahui, memaksa manik mereka untuk saling menatap. Lurus dan dalam, seakan menembus tengkorak kepalanya. Namun Dahui sama sekali tidak goyah. Betapapun Bina mencoba untuk mengintimidasinya, ia tetap tak memiliki aura mengerikan tersebut. Parasnya terlampau lembut.

“Aku tidak takut, Kang Bina.” Ujarnya sembari memutar kedua bola mata.

Bina mengembuskan napas keras dan kini rautnya kembali nampak normal. “Setidaknya bisakah kau duduk diam? Jangan membuatku jadi semakin pusing!”

“Aku yang sedang pusing, asal kau tahu,” timpalnya acuh tak acuh. “Tapi sungguh, kau bilang Byuntae itu gay. Kenapa sekarang justru ia menjadi penguntit cabul seperti ini? Dan cabulnya pun bukan kepada laki-laki.”

“Kubilang itu hanya rumor, ‘kan? Lagipula rumornya lagi dia seorang biseksual.”

“Sungguh?” tanyanya sarkastis. “Pekan lalu kau bilang gay, dan sekarang biseksual? Yang mana yang harus kupercaya?”

“Tidak keduanya.” Jawab gadis itu, lugu.

“Apa maksudmu, Kang Bina?” ia melipat kedua tangan di atas dada, menatap sang Sahabat seakan-akan ia tengah mengidap gangguan mental.

“Karena itu hanya rumor, jadi kau tak perlu memercayainya. Tapi sebenarnya biseksual lebih valid.”

Dahui menggeram frustasi. Ia menarik diri dari Bina dan kembali melanjutkan langkahnya—ke kana dan ke kiri. Bina hanya dapat merunduk sembari memejamkan mata agar maniknya tak secara otomatis mengikuti perguliran kaki Dahui.

“Sekarang katakan, dari mana rumor-rumor itu muncul?” tanyanya menuntut, tanpa repot-repot menatap ke arah Bina.

“Jika kau memperhatikan mereka maka kau akan tahu.” Ia menjawab masih dengan mata tertutup.

Dahui memicing, kini langkah kakinya terhenti. Tak lagi mendengar suara derap telapak kaki mungil sang Sahabat, Bina pun memberanikan diri membuka mata. Sekonyong-konyong ia mendapati tatapan mengawang Dahui, seolah-olah ia tengah merefleksikan sesuatu.

“Memperhatikannya berarti harus bertemu dengannya,” gumam gadis itu tanpa sadar.

Sungguh, satu-satunya hal yang paling ia hindarkan saat ini adalah si Byuntae Baekhyun. Mengetahui bahwa ia adalah putra dari seorang pengacara terhebat di Korea Selatan telah membuat Dahui berkecil hati. Jika terjadi sesuatu padanya, maka sudah jelas pula ia tak memiliki peluang untuk menang. Keluarganya tak memiliki koneksi seluas keluarga Baekhyun. Satu-satunya keuntungan yang ia miliki hanya Tuan Jung—sahabat ayahnya. Dan Dahui pun sangsi bahwa ia akan membelanya jika Baekhyun melancarkan aksi kejam terhadapnya. Tentu Tuan Jung tak ingin menempatkan perusahaannya dalam petaka. Ia yakin Byun & Partners jauh lebih dominan ketimbang usaha tekstil Tuan Jung.

“Dengar,” Bina kembali membuka suara, menarik paksa Dahui keluar dari renungannya. “Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Baekhyun padamu. Selama ini ia memang tak pernah menindas murid yang lebih lemah. Tapi ada saat-saat di mana ia melakukan penindasan pada murid-murid yang membuatnya kesal. Tidak sering memang, hanya saja itu bukan rahasia lagi. Dan anak itu ditendang keluar dari SMA Chungdam karena bermasalah dengan Baekhyun. Intinya ia tak pernah memulai perkara lebih dulu.” Terang Bina sembari mencermati raut Dahui.

Alis gadis itu menyatu. “Jadi sekarang kau membelanya dengan menuduh bahwa aku yang memulai semua ini? Aku hanya ingin melindungi sahabatku!”

Sontak Bina merunduk. Ia tahu bahwa semuanya berawal karena ketakutannya. Jika saja ia dapat menyembunyikan kepanikan dengan baik, maka Dahui takkan melakukan hal bodoh seperti kemarin. Byun Baekhyun hanya akan membuat hidupnya di SMA Chungdam semakin pelik.

“Maafkan aku,” ucapnya lirih.

Raut Dahui mengendur. Ia berjalan merapat dan merangkul bahu Bina. “Tidak apa-apa. Aku tetap akan melakukan hal yang sama jika orang itu bahkan Chanyeol. Tidak seharusnya ia menguntitmu. Itu tindakan kriminal. Dan lagi, orang bersuara cempreng sepertinya tak pantas mendapatkanmu dan Chanyeol. Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja.”

Kendati ucapannya terdengar absurd, namun Bina tak mampu menutupi haru yang menerjangnya secara tiba-tiba. Bulir bening tengah mengintip di kedua sudut matanya. Entah harus berapa kali gadis itu merasa bersyukur memiliki sahabat seperti Dahui meski sudah banyak kali ia dikucilkan karena berksrib dengan seorang tuan putri konglomerat seperti Bina.

“Tapi bagaimana dengan besok?” tanyanya, menatap Dahui dengan pandangan cemas.

Ia menghela napas berat, berusaha menyingkirkan pening yang seakan-akan menghantam tengkorak kepalanya bertubi-tubi. “Tentu harus kuhadapi manusia cabul itu. Memangnya aku punya pilihan lain?”

“Maaf—”

Dahui berdecak sembari mendelik, memutus frasa yang hendak disuarakan Bina. “Berhenti meminta maaf. Aku juga tentu harus melakukan sesuatu untuk menjauhkannya darimu dan Chanyeol.”

Selama beberapa detik, suasana diselimuti keheningan. Sampai kemudian Bina mendengkus akibat upaya menahan tawa, dan Dahui pun ikut tergelak. Tubuh keduanya terempas ke atas tempat tidur.

“Ini benar-benar sinting. Sekarang aku harus selalu berhadapan dengan si Byuntae. Bisa kaubayangkan bagaimana orang biasa sepertiku melawan anak dari seorang pengacara terhebat di negara kita?” ujar Dahui di sela-sela tawanya.

Suara Bina sampai lenyap. Ia lelah dan perutnya pula nyaris mengalami kekejangan. Namun seberapa keras gadis itu mencoba, ia masih tak dapat menghentikan gelak tawanya sendiri. Entah apa yang mereka tertawakan, namun situasi yang sedang dihadapi keduanya kini benar-benar di luar terkaan.

“Kau mengejar-ngejar Chanyeol dan aku dikejar-kejar Baekhyun. Ini benar-benar absurd. Sangat absurd.” Timpalnya tanpa membuka mata.

Dan Dahui hanya dapat menjawab dengan anggukan cepat. Ia hanya dapat menutupi kecemasan dengan tawa. Biarlah takdir yang menentukan akhir dari segalanya nanti. Nasib keluarganya sekarang berada dalam genggamannya. Jika Baekhyun memutuskan untuk menggunakan kekuasaan Keluarga Byun, maka hidup tentram Keluarga Shin hanya akan menjadi sejarah.

 

X.x.X

 

Hari yang paling ditakuti Dahui akhirnya tiba. Pada Senin pagi, pukul tujuh tepat, gadis itu sudah berada di depan gerbang sekolah. Ia mengedarkan pandangan ke segala arah, meyakinkan diri bahwa si Cabul Baekhyun belum tiba di sekolah sepagi ini. Sejatinya, Dahui bukanlah orang yang mudah bangun pagi. Ia akan berada di depan gerbang sekolah lima menit sebelum bel tanda masuk kelas berbunyi, yaitu pukul delapan. Namun kini ia tentu tak ingin mengambil risiko. Maka sebelum Baekhyun menampakkan batang hidung di sekolah, Dahui berlari sekencang mungkin menuju kelas. Ya, dengan demikian maka ia tak perlu menjumpai Baekhyun dan memulai perang dingin pertama mereka. Dahui bahkan tak dapat membayangkan aksi keji apa yang hendak dilancarkan lelaki tersebut kepadanya.

Embusan napas lega terhela dari celah kedua bibir mungilnya tatkala maniknya menangkap pintu kelas yang hanya berjarak sekian meter di depan sana. Langkahnya kian melebar dan kedua sudut bibirnya tertarik ke atas—membentuk seulas senyuman. Ia tak dapat menudungi perasaan membuncah dalam hatinya—Dahui terlampau bersemangat untuk tiba di kelas.

Kenyataannya, semua tak semudah terkaannya. Tungkainya menyandung sesuatu sehingga ia tak mampu menjaga kesetimbangan tubuh. Hal berikutnya yang Dahui tahu, ia telah terjungkal dengan posisi menelungkup. Sisi wajahnya membentur permukaan padat dari lantai koridor sekolah. Ugh, bahkan ia dapat merasakan debu yang terhirup oleh mulut serta hidungnya, membuat dadanya sesak.

Gadis itu bergeming sesaat, berusaha memungut seluruh kesadaran. Untungnya belum banyak murid yang berdatangan. Ia mendengar suara cekikikan di ujung sana, dan bisik-bisik yang lumayan lantang di arah yang berlawanan. Mulutnya melontarkan beberapa umpatan sementara ia berusaha untuk bangkit berdiri, tak dapat mengabaikan nyeri pada pipi serta rusuknya.

“Oh, maaf. Kupikir aku melihat babi liar sedang berlari tadi, jadi tak ada salahnya memasang jebakan.” Ujar sebuah suara tatkala tubuh Dahui belum berdiri tegak sepenuhnya.

Gerakannya terhenti seketika dengan mata membeliak. Jantung di balik rongga dadanya berdebar sepuluh kali lipat lebih cepat dari biasanya—jika hal itu memungkinkan dan tak membuatnya tewas. Ia menelan saliva dengan susah payah, seakan-akan seonggok daging karetlah yang berusaha ditelannya.

Oh, sial! Bagaimana mungkin Byun Baekhyun bisa datang lebih awal darinya? Terlebih Dahui sudah mengorbankan waktu tidurnya untuk tiba lebih pagi dari hari-hari biasa. Ini benar-benar di luar ekspektasi.

Ia akhirnya membenarkan posisi tubuh dan membesarkan hati untuk membalas tatapan Baekhyun. Lelaki itu tengah berdiri sembari melipat kedua tangan di atas dada. Senyum miring tersungging pada wajah menyebalkannya. Ia menatap Dahui dengan satu alis berjingkat sembari mengamati penampilan gadis di hadapannya tersebut.

“Ups, wajahmu belang.” Salah satu sudut bibirnya berkedut dalam upaya membendung tawa. Bahkan Dahui dapat melihat kedua bahunya yang bergetar samar. “Oh, dan kancing seragammu terlepas.” Ia mengacungkan jari telunjuk ke arah kancing nomor tiga dari atas.

Sontak kepala Dahui kembali merunduk untuk memastikan ucapan Baekhyun. Dan benar saja, kini bagian tengah seragamnya tengah menganga, mengekspos pakaian dalam merah mudah bercorak polkadotnya. Ia lantas merangkup dengan kedua tangannya. Semburat merah mendekorasi wajahnya, membuat sisi kirinya nampak lebih biram.

“Dasar cabul!” dengking Dahui, tak lupa melemparkan delikan tajam ke arah Baekhyun.

“Jangan terlalu bersemangat, ini hanya untuk salam perkenalan.” Ujar Baekhyun sembari mengerling.

Dahui berlagak seakan-akan ia hendak memuntahkan sereal yang pagi tadi disantapnya. Sungguh, ia sangat membenci suara Baekhyun. Namun kini bahkan ia lebih membenci kerlingannya.

“Ini yang kau mau?” tanya gadis itu di antara gigi yang terkatup rapat. “Baiklah, akan kubalas kau nanti!”

Baekhyun merentangkan kedua tangan, seakan-akan ia menerima dengan senang hati ultimatum tersebut. “Tentu saja. Aku akan sangat menantinya.” Ia mendengus lalu melanjutkan, “dan omong-omong, pakaian dalammu tidak menarik.” Tangannya terkibas-kibas sebelum akhirnya meninggalkan Dahui dengan wajah terperangah yang nampak jelas.

“Kau Byun Baekhyun cabul, bocah tengik, manusia sinting! Aku benar-benar akan membalasmu!”

Tentu ia tak bernyali menyerukan seluruh umpatan tersebut di depannya. Dan saat langkah Baekhyun berhenti—sebelum ia sempat memutar tumit—Sekonyong-konyong Dahui mengambil langkah seribu. Ia belum ingin tewas. Terlebih tewas di tangan Byun Baekhyun sama sekali bukan keinginan terbesarnya.

 

X.x.X

 

“Apa yang sudah kaulakukan hingga kancing bajumu terlepas seperti ini?” tanya Bibi Ahn—petugas kebersihan sekolah—kepada Dahui saat ia tengah menjahit kancing baju yang terlucut dari tempatnya.

Dengan kondisi buruk seperti ini, tentu Dahui tak dapat menghadiri kelas. Teman-temannya akan menyadari perbedaan warna pada salah satu sisi wajah Dahui, dan mereka pula pasti akan menggodanya dengan seragam sekolah yang menganga lebar di bagian dada, menampangkan pakaian dalam polkadot tidak menariknya. Sungguh, jik

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
baeksena #1
Chapter 18: Udah setahun aja, kakak belum update lagi??
baeksena #2
Chapter 18: Masih setia nunggu ka??
baeksena #3
Chapter 18: Ayo ka,di lanjut???
baeksena #4
Baca ulang kak,soalnya lagi kangen sama cerita ini
little_petals
#5
Chapter 18: Level kedekatan BaekHui semakin uwuuuwww Tetap semangat lanjutinnya ya Thor, walaupun ngaret gpp deh
baeksena #6
Chapter 18: Semoga Makin deket aja,yuhuuuu
baeksena #7
Chapter 18: Seneng deh liat perkembangan hubungan baekhyun san dahui
baeksena #8
Chapter 18: Makasih kak,udah update
little_petals
#9
Chapter 16: Makin adem yak hubungan baekhui, bikin gemes :) Semangat kak ;)

Woww Selamat yaaaa yg udah engaged, semoga jadi keluarga yang bahagia dan damai kakak~ ?
baeksena #10
Chapter 17: Masih setia sama hindrance kak. Suka sama perkembangan hubungan Baekhyun dan Dahui