Chapter 13

Hindrance
Please Subscribe to read the full chapter

Dahui tak punya banyak pilihan. Kendati ia membenci Baekhyun, kendati perasaannya sedang keruh, kendati ia ingin memeluk dan menghantam Baekhyun di saat yang bersamaan. Gadis itu tetap harus bicara kepada Baekhyun dan memohon agar ia bersedia membantunya menghadapi sang Ayah. Agar lelaki tersebut dapat menjernihkan seluruh kesalahpahaman yang saat ini tengah melanda keluarganya. Barangkali bila Baekhyun yang menjelaskan, maka mereka akan percaya bahwa keduanya tak memiliki hubungan romantis seperti yang selama ini diyakini. Dan dengan demikian, ibunya dapat membersihkan nama baiknya yang sudah tercemar di sekitar kompleks.

Sesaat setelah bel meringking, Dahui lantas beranjak ke kelas dua belas di mana Baekhyun dan Chanyeol berada. Meski Dahui berharap bahwa yang akan ditemuinya adalah Park Chanyeol, namun kenyataannya ia harus berhadapan dengan si Byuntae Baekhyun.

Gadis itu menebalkan muka, tak menghiraukan pandangan para senior yang telah menerka siapa yang hendak ditemuinya di area kelas dua belas. Tenggorokannya terasa begitu gersang ketika ia berdiri tepat di sisi birai pintu kelas Baekhyun. Satu per satu murid yang melalui dirinya melempar delikan tajam atau melontarkan cemooh. Dan kendati itu melukai harga dirinya, namun Dahui tetap bertahan. Hanya ini satu-satunya cara yang tersisa untuk membersihkan namanya. Setidaknya ia akan bebas dari tuduhan-tuduhan tak menyenangkan itu saat berada di lingkungan rumahnya.

Dahui terkesiap saat ia mendapati sosok Baekhyun yang berjalan mendekat dengan Chanyeol serta Jongdae di setiap sisi tubuhnya. Sekujur tubuh Dahui menegang hingga tanpa sadar ia menggigit bibir bawah terlampau kencang.

Chanyeol-lah yang pertama kali menyadari presensinya. Ia melambaikan tangan bersemangat dan melebarkan langkah untuk menghampiri Dahui, diikuti oleh Baekhyun dan Jongdae. Namun atensi gadis itu hanya terpusat pada Baekhyun. Rautnya tampak ketus dan entah benar atau tidaknya, agaknya Dahui menangkap delikan sengit yang dilempar Baekhyun kepada Chanyeol.

“Hai, apa yang kaulakukan di sini?” tanya Chanyeol, penuh semangat. Wajahnya tampak berbinar dan suaranya menjadi lebih kencang dari biasanya.

“A-aku ingin bertemu—”

“Denganku?” sela Chanyeol sembari menunjuk dirinya sendiri.

Semburat merah mendekorasi paras Dahui. Tentu saja ia ingin bertemu dengan Chanyeol. Namun yang ia butuhkan saat ini adalah Baekhyun. Ia harus membawa lelaki tersebut untuk bertemu dengan Tuan Shin.

Dahui menggeleng kikuk. “A-aku ingin bertemu Baekhyun.”

Mendengar namanya disebut, lantas Baekhyun mendongak dan mengarahkan pandangan pada Dahui. Alisnya mengerut samar dan hal itu membuat Dahui sempat menahan napas. Entah mengapa akhir-akhir ini Baekhyun kerap memberikan sensasi aneh pada dirinya.

Ia segera memalingkan pandangan dan kemudian mendapati wajah kecewa Chanyeol. Gadis itu merasa bersalah. Ia tak bermaksud membuatnya kecewa, namun memang Dahui tengah membutuhkan Baekhyun saat ini.

“Ada apa?” tanya Baekhyun datar.

Chanyeol menggeser tubuhnya, memberikan akses bagi Baekhyun untuk bertatap muka dengan Dahui.

“Aku ingin bicara denganmu.” Ujar gadis itu, berusaha tetap tenang.

Salah satu alis Baekhyun berjingkat, masih belum dapat memercayai pendengarannya. Ia sama sekali tak menyangka bahwa Dahui masih ingin berurusan dengannya.

“Kau tahu aku tidak punya waktu untuk membicarakan hal yang tidak penting, bukan?”

Dahui mengangguk pelan. “Aku tahu. Meski aku juga tahu kau hanya pura-pura sibuk.”

Bibir Baekhyun menipis, kesal dengan ucapan gadis itu. Ia hendak membalas ketika sebuah suara nyaring memanggil namanya. Kepalanya menengok, mendapati gadis cantik yang saat ini tengah dikencaninya. Sontak embusan napas berat terhela dari celah bibir Baekhyun. Selama beberapa hari terakhir mengencani gadis tersebut, Baekhyun mulai merasa penat. Ia sama seperti gadis-gadis lainnya; terlalu mudah didapati dan hanya menginginkan ketenaran serta hartanya.

“Hai,” sapa Baekhyun tak bersemangat.

Gadis itu lantas melingkarkan lengan pada pinggang Baekhyun dan meninggalkan kecupan di pipi kanannya.

Hidung Dahui mengerut jijik. Dan perasaan tidak terima mulai menggerayangi hatinya. Ia merasa tak nyaman, namun pula tak sanggup mengenyahkan hal tersebut. Kendati ia sadar bahwa gadis berparas rupawan tersebut adalah kekasih Baekhyun.

“Hari ini kau akan menemaniku belanja, ‘kan?” ujarnya sembari mengembangkan senyum lebar yang tampak mengerikan bagi Dahui.

Baekhyun bergeming sejenak, lantas perlahan-lahan meleraikan gamitan lengan gadis itu. “Aku tidak bisa.”

Senyumnya sontak sirna. “Tapi kau sudah janji!”

“Dia sedang membutuhkanku.” Ia menunjuk Dahui dengan dagunya, membuat si Gadis Buruk Rupa terperanjat di tempatnya berdiri.

“Tapi aku juga membutuhkanmu. Aku ini kekasihmu!”

“Kalau begitu sekarang kau bukan kekasihku lagi.” Cetus Baekhyun kemudian, habis kesabaran.

Chanyeol, Jongdae, dan termasuk pula Dahui nyaris menjatuhkan rahang mereka. Sementara air mata kini tengah terbendung di pelupuk mata ‘mantan kekasih’ Baekhyun. Ia mendelik ke arah Dahui dengan kedua tangan terkepal, lalu beranjak dari tempatnya dengan hentakan kaki. Tak lupa juga menyinggung bahu kanannya dengan milik Dahui hingga gadis itu nyaris terjungkal jika saja Chanyeol tak segera menangkap tubuhnya.

“Dan kau ikut aku.” Ujar Baekhyun rendah, merampas pergelangan tangan Dahui dan membawanya pergi dari rengkuhan Chanyeol.

 

 

 

“Lepaskan!” pekik Dahui setelah mereka tiba di depan gerbang sekolah. Ia tak dapat menutupi semburat merah pada wajahnya tatkala murid-murid lain memperhatikan mereka dengan cibiran.

Baekhyun melepaskan cengkraman tangannya pada pergelangan Dahui dan kini memutar tumit guna mempertemukan manik mereka. Tak ada raut jenaka maupun kejengahan pada parasnya. Hal itu justru membuat Dahui ketakutan. Ia tak dapat menyelami Baekhyun. Ia tak tahu apa yang akan dilakukan lelaki tersebut padanya dan bagaimana cara memulai percakapan.

“Kau mau bicara atau tidak?” tanya Baekhyun kemudian sembari melipat tangan di depan dada.

“Y-ya, aku akan bicara.” Jawab Dahui tergagap. “Hm… a-aku… sebenarnya aku—”

“Katakan dengan jelas, aku tidak punya banyak waktu!” bentak Baekhyun akhirnya, habis kesabaran. Bukan karena ia memang tidak punya waktu. Namun semakin lama ia memandang wajah Dahui, semakin ganas pula gambaran-gambaran tersebut menghantam kepalanya; bagaimana bahagianya Chanyeol saat bersama Dahui, bagaimana lelaki itu menarik tubuh Dahui saat ia hendak terjungkal beberapa waktu lalu, bagaimana Dahui yang nampaknya sangat menikmati momentum tersebut.

“Kalau tidak punya waktu tak perlu sampai harus menarik-narikku seperti ini!” Dahui membalas bentakan Baekhyun.

“Aku hanya memberikanmu kesempatan untuk berbicara denganku.”

“Well, aku tidak membutuhkanmu lagi. Pergi saja urusi kesibukanmu sendiri!”

Selepas ia mengucapkan frasa tersebut, lantas Dahui mendorong tubuh Baekhyun dan beranjak dari tempatnya. Tak sedikit pun ia membuang lirikan padanya. Darah mendidih telah mencapai ubun-ubun kepala dan ia tak ingin memikirkan hal apa yang sanggup ia layangkan kepada Baekhyun jika gadis itu tetap berhadapan dengannya.

Lenyap sudah maksud dari kedatangannya ke kelas dua belas. Dan Dahui baru menyadari kecerobohannya tatkala ia tiba di rumah, disambut oleh raut geram sang Ayah lantaran ia tak juga membawa Baekhyun ke rumah.

Sore itu Dahui mendapatkan omelan panjang dari kedua orangtuanya. Tuan Shin mengambil keputusan untuk tidak mengijinkan Dahui menginjak rumah sebelum ia membawa Baekhyun ke hadapannya. Itu takkan jadi masalah jika ia bisa bermalam di rumah Bina. Namun baru pagi tadi sahabatnya tersebut mengatakan bahwa ia akan mengadakan pertemuan keluarga dengan calon suaminya malam nanti. Tentu artinya Dahui hanya memiliki satu opsi; mendatangi penthouse Baekhyun dan memaksanya datang menghadap Tuan Shin.

 

X.x.X

 

Setibanya di lobi apartemen, Dahui merasa ciut. Ia harus berhadapan dengan si Wanita Resepsionis itu lagi. Namun yang lebih membuat nyalinya terkubur dalam adalah sosok Baekhyun yang ia yakini saat ini tengah berada di dalam penthouse-nya. Ia sudah bersikap kasar padanya beberapa jam yang lalu, dan kini justru gadis itu harus menemuinya dan memohon pertolongan agar ia bersedia menerangkan situasi mereka yang sebenarnya kepada Tuan Shin. Dan untuk yang ke sekian kalinya, Dahui harus menjatuhkan harga diri di depan Baekhyun.

Wanita resepsionis tersenyum padanya saat ia berjalan mendekat—masih tampak dipaksakan namun tampaknya ia sudah tak begitu mempermasalahkan kehadiran Dahui.

“Anda ingin menemui Tuan Muda Byun?” tanyanya dengan alis berjingkat.

Dahui sedikit terkejut, tetapi ia segera menguasai diri. Kepalanya mengangguk cepat sembari mengatakan, “ya, aku ingin bertemu dengan Byun Baekhyun.”

“Lift ada di sebelah sana. Tuan Byun berada di lantai 35.”

Sesuai dengan informasi yang diberikan, Dahui masuk ke dalam lift dan menekan angka 35 pada tombol di sisi pintu otomatis tersebut. Sejatinya ia tak membutuhkan seluruh informasi dari si Wanita Resepsionis mengenai di mana letak penthouse Baekhyun. Ia telah mengingatnya di luar kepala kendati baru sekali dirinya bertandang ke sana.

Jantung Dahui berdentum begitu kencang saat kini ia berdiri tepat di depan pintu Baekhyun. Napasnya memburu dan wajahnya memucat. Ia tidak siap menghadapi Byun Baekhyun. Tidak siap untuk menjatuhkan harga dirinya sekali lagi. Terlebih, Dahui akan membawa lelaki tersebut untuk menghadap ayahnya. Ini benar-benar sinting.

Namun karena memang sudah terjepit, ia akhirnya menekan bel yang berada di samping pintu. Tak sampai tiga menit, Baekhyun kini tengah berdiri di hadapannya dengan satu alis menukik. Well, tidak heran mengapa lelaki itu merasa begitu terkejut dengan kehadiran Dahui. Ia sama sekali tak menyangka bahwa si Gadis Buruk Rupa tersebut akan mendatangi penthouse-nya setelah perselisihan mereka sore tadi di sekolah. Terlebih, ia tak memiliki pengalaman yang cukup baik saat berkunjunng kemari beberapa waktu lampau.

“Ada apa?” tanya Baekhyun setelah ia tersadar dari keterkejutannya.

Dahui tampak gelagapan. Ia mengedarkan pandangan ke segala arah sembari mengigit bibir bawah. Kata-kata sudah menggantung di ujung lidahnya, namun sayang, ia tak memiliki keberanian untuk mengucapkannya.

“Apa kau hanya akan berdiri di sana tanpa menjawab pertanyaanku?”

Dahui menarik napas sedalam mungkin guna meredakan debaran jantung. Setelah mengembuskannya melalui mulut, maka gadis itu membesarkan hati untuk mempertemukan maniknya dengan milik Baekhyun.

“Temuilah ayahku.” ujarnya cepat.

Raut Baekhyun menjadi bingung dikombinasi dengan rasa geli dan aneh oleh ucapan absurd gadis tersebut. Ia kini melipat lengan di depan dada, memperhatikan sosok Dahui yang masih mengenakan seragam sekolah. “Kau sedang bermasalah dengan ayahmu?”

Kepalanya mengangguk begitu cepat, benar-benar putus asa.

“Dan kau ingin aku membantumu untuk menyelesaikannya?”

Ia kembali memberikan anggukan.

“Dengan cara seperti apa?”

“Katakan padanya bahwa kita tak memiliki hubungan apapun.”

Mulut Baekhyun terbungkam dan rahangnya mengeras. Kerutan samar tercipta pada kening lelaki itu. “Kenapa harus aku?” tanyanya di antara gigi yang terkatup rapat.

“Karena ia hanya akan percaya pada kata-katamu.” Dahui mengambil satu langkah mendekat dan menyatukan kedua telapak tangan di depan wajahnya sembari memasang tampang memelas. “Ayolah, Baekhyun, bantu aku kali ini saja.”

Baekhyun berdeham beberapa kali “Kau tentu tahu bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini, bukan?”

Dahui menelan saliva dengan susah payah. Ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Tidak heran jika Baekhyun ingin meminta imbalan. Ia adalah Byun Baekhyun, pemuda menyebalkan yang tak pernah membuat hidupnya tenang.

“Apa yang kauinginkan?” tanya gadis itu rendah, berjuang untuk tetap tenang kendati tengah terjadi kekacauan dalam hatinya.

Salah satu sudut bibir Baekhyun berjingkat. Ia menarik napas dalam, kemudian menggeser tubuhnya ke samping. “Bagaimana jika kau masuk ke dalam dan kita bicarakan ini dengan lebih nyaman?”

Sungguh, Dahui merasa sedikit trauma untuk menginjak penthouse Baekhyun. Barangkali ia akan menemukan beberapa gadis setengah bugil di dalam sana. Atau televisi Baekhyun tengah menyala dan menayangkan film dewasa. Otak dan mata Dahui sudah cukup tercemar oleh kejahilan Baekhyun.

“Masuk atau tidak?” tanya lelaki itu, memberi pilihan dengan penuh otoritas.

Dahui terkesiap, namun kemudian menganggukan kepala tanpa sadar. Hal berikutnya yang ia tahu, ia kini sudah terduduk di atas sofa hitam Baekhyun sembari meremas kesepuluh jemarinya. Ked

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
baeksena #1
Chapter 18: Udah setahun aja, kakak belum update lagi??
baeksena #2
Chapter 18: Masih setia nunggu ka??
baeksena #3
Chapter 18: Ayo ka,di lanjut???
baeksena #4
Baca ulang kak,soalnya lagi kangen sama cerita ini
little_petals
#5
Chapter 18: Level kedekatan BaekHui semakin uwuuuwww Tetap semangat lanjutinnya ya Thor, walaupun ngaret gpp deh
baeksena #6
Chapter 18: Semoga Makin deket aja,yuhuuuu
baeksena #7
Chapter 18: Seneng deh liat perkembangan hubungan baekhyun san dahui
baeksena #8
Chapter 18: Makasih kak,udah update
little_petals
#9
Chapter 16: Makin adem yak hubungan baekhui, bikin gemes :) Semangat kak ;)

Woww Selamat yaaaa yg udah engaged, semoga jadi keluarga yang bahagia dan damai kakak~ ?
baeksena #10
Chapter 17: Masih setia sama hindrance kak. Suka sama perkembangan hubungan Baekhyun dan Dahui