Kucing-kucingan

Cool Idiot

Ji Hye merasakan dadanya sakit dan sesak. Bukan karena udara dingin, melainkan ketika dia membayangkan, baru saja, Chan Yeol yang dia rindukan sepanjang hari itu, berdiri si posisinya saat ini. Memperhatikannya dari jauh dan berusaha bilang kalau dia baik-baik saja.

Hanya saja dia bisa lebih cepat.

Lebih cepat sedikit.

Akhirnya yang tak tertahankan lagi Cuma satu.

Air mata

--------

“Ji Hye!”

Suara bentakan dari sang ibu membuat Ji Hye terbangun dari lamunannya. Dia menatap ibunya yang sudah mendengus kayak angsa marah. Pagi itu Ji Hye sama sekali tidak menyentuh sarapannya. Dia hanya menatap nasi goreng favoritnya itu seakan nasi goreng itu berubah menjadi pasir yang sama sekali tak memunculkan seleranya.

“Kamu kenapa sih? Bengong melulu. Makan dong sarapannya”

“Ah, i-iya bu” Ji Hye memasukkan satu sendok nasi goreng ke mulutnya. Sedetik kemudian jidatnya berkerut. Sumpah. Rasanya benar-benar sudah berubah jadi rasa tanah. Hambar. Ji Hye pun buru-buru minum.

Dia ragu-ragu menyendok suapan kedua. Dia mengerti bukan kemampuan memasak ibunya yang berubah gagal total tapi perasaan, otak dan indra perasanya sedang tidak singkron pagi itu. Ditambah lagi semalaman dia tidak bisa tidur. Cuma duduk terbengong di atas kasur. Menatap ponselnya berharap Chan Yeol bisa tiba-tiba loncat keluar.

Akhirnya pikirannya hanya dipenuhi dengan Chan Yeol dan Chan Yeol.

“Aku udah kenyang bu, Hye pergi sekolah ya?”

“Kenapa sih kamu? Sakit?” Dengan sigap ibunya menempelkan telapak tangan di dahi Ji Hye. Agak panas dan berkeringat. “Kalau kamu kurang enak badan jangan sekolah. Istirahat aja di rumah”

“Enggak bu!” Ji Hye tiba-tiba tersentak waktu mendengar kalimat ‘jangan sekolah’, karena justru hal yang harus dia lakukan adalah pergi ke sekolah. Kali-kali ketemu Chan Yeol. Mungkin dia cuma iseng. Dia makhluk paling iseng kan?.

 “Aku harus sekolah. A-ada ulangan hari ini. Hye pergi, bu” Saat ibunya baru akan membuka mulut untuk membalas Ji Hye buru-buru menuju pintu dan cepat-cepat memakai sepatunya. Saat dia berjalan keluar dan melewati telfon umum di dekat rumahnya dia berhenti seketika. Menatap ruangan kotak berkaca itu membuat hatinya terasa aneh. Terasa sakit dan perasaan menyesal langsung menjuluri seluruh batinnya. Ji Hye mengepalkan tangannya dan menggertakkan giginya. Dia kesal. Karena Chan Yeol benar-benar membuat dia galau setingkat dewa. Terakhir kali dia merasakan perasaan itu adalah ketika ayahnya meninggal dunia.

Di dalam benaknya dia bertekad.

Akan menemukan Chan Yeol. Bagaimanapun caranya.

# # #

Saat sesampainya di sekolah Ji Hye malah pergi menuju kelas Chan Yeol dan bahkan mengabaikan lambaian tangan Yuri dan Sunny saat mereka berpapasan di ujung tangga menuju lantai dua. Mengintip lewat jendela sambil kedua matanya menyelusuri seluruh kelas. Chan Yeol masih gak ada. Dia menghela nafas kekecewaannya. Saat dia berbalik siap-siap pergi, matanya berpapasan dengan mata simpati dari Yuri dan Sunny.

“Hye. Chan Yeol oppa masih belum balik” kata Yuri sambil merangkul lengan Ji Hye.

Ji Hye hanya menjawabnya dengan senyuman kecut.

“Tapi loe tenang aja, Kris oppa lagi nyari dia kok” Yuri mencoba menghibur.

“Semalem…Chan Yeol telfon gue”

“Apa? Serius loe?” Kata Sunny dan Yuri berbarengan.

“Terus dia bilang apa? Dia bilang gak dia dimana sekarang?” Sunny makin menempel.

“Dia bilang kalau dia di rumah ortunya. Tapi itu bohong kan?” Ji Hye menatap bergantian mata Sunny dan Yuri. “Kenapa dia harus pake bohong segala coba? Kalau dia sayang sama gue dia harusnya cerita aja apa adanya. Kenapa jadinya harus kayak gini?”

“Kalau kata gue, justru karena dia sayang sama loe dia bohong kalau dia lagi ada masalah. Dia gak mau bikin loe khawatir”

“Ya, tapi buktinya gue kayak gimana sekarang? Gue udah kayak orang bego yang seharian cuma bengong mikirin satu orang itu aja. Dan dia malah pikir itu hal yang baik untuk bohongin gue? Dan kalau dia sayang sama gue seharusnya ketika dia bisa temuin gue yang cuma berjarak beberapa meter aja ya dia seharusnya berani. Gua gak suka maen kucing-kucingan kayak gini”

“Iya, Hye gue ngerti” Sunny mengelus-elus punggung Ji Hye yang mulai terlihat marah.

“Emang semalem kenapa sih Hye?” Yuri mencoba mengorek lebih dalam.  Walaupun sedetik kemudian dia menyesal menanyakan hal itu sehabis menerima delikan mata Sunny.

“Dia itu…” Ji Hye berkata ditengah geraman lalu berhenti. “…dia semalem telfon, tapi pake telfon umum, dan loe tahu dia telfon dari mana? Dari mana? “

Sunny dan Yuri saling bertukar pandang lalu menggelengkan kepala bersamaan.

“Dari telfon umum deket rumah gue!” Ji Hye berseru sambil menghentakkan kakinya sehingga membuat murid-murid yang berlewatan berhenti dan menatap Ji Hye dengan heran. “Sifat pengecut dia itu gak berubah tahu gak, daripada telfon mendingan dia temuin gue langsung kan? Iya kan?!”

“I-iya, Hye. Loe yang sabar ya” Yuri bergidig mendengar Ji Hye marah-marah seperti itu.

“Kita mending masuk kelas aja dulu. Nanti masalah Chan Yeol sunbae kita omongin lagi nanti” Sunny menggiring Ji Hye yang mulai pelatat pelotot menuju ke kelas, karena beberapa detik yang lalu bel sudah berbunyi.

Saat di kelas Sunny memperhatikan Ji Hye yang tak fokus dalam pelajaran. Di terus menerus melihat ke luar jendela dan terlihat berfikir. Mungkin dia berharap di luar sana aka nada Chan Yeol yang tiba-tiba lewat dan dadah-dadah. Sunny Cuma bisa garuk-garuk kepala melihat sahabatnya itu. Dia ngerti sih, karena dia juga segalau itu waktu mau pisah sama Tao.

Sampai saat istirahat pun Ji Hye tidak mau makan apapun. Yuri buru-buru memberitahukan peristiwa kucing-kucingan Chan Yeol semalam pada Kris. Dan Kris juga Cuma bisa mengkerutkan dahinya dan mengusap-usap leher belakangnnya seakan tekanan darahnya tiba-tiba jadi tinggi.

“Aku bingung nyari dia dimana lagi. Sebenernya Chan Yeol bukan tipe orang yang susah ditebak tapi kali ini dia memang berniat nyembunyiin dirinya sedalam mungkin. Aku udah tanya ke temen-temen yang lain, kali aja ada yang rumahnya ditebengin sama Chan Yeol, tapi enggak. Mereka juga gak tahu Chan Yeol dimana” Kris mengeluh masih sambil mengusap belakang lehernya sesekali memijat dahinya. Kris dan Yuri sedang mengobrol di luar markas Kris, jauh dari jangkauan Ji Hye yang sibuk bergalau ria di dalam.

“Tapi kalau dia bisa telfon dari deket rumah Nam Ji Hye, itu berarti dia masih ada di sekitar daerah ini kan?” Yuri berkata meyakinkan, lebih ke dirinya sendiri.

“Bisa iya, bisa enggak. Bisa aja setelah dia ke rumah Ji Hye dia langsung pergi kemana gituh, diluar jangkauan kita” Kata Kris.

“Iya juga sih” kedua tangan Yuri berjuntai lemah ketika dia mendengar perkataan Kris yang cukup masuk akal.

“Maksud dia ngilang itu apa sih? Malah bikin masalah tambah ruwet ajah” Yuri mulai menggerutu.

“Ya dia protes sama papanya. Protes kalau dia itu bener dan gak mau dikirim ke luar negeri”

“Tinggal ngomong aja apa susahnya sih?”

“Kamu juga sama protesnya pake minggat segala” Kris menyikut  Yuri sehingga membuat Yuri mendelik marah.

“Kok jadi aku sih? Lagian kan masalahnya beda” Yuri melipat kedua tangan di dadanya.

“Iya, iya” Kris mengacak-acak rambut Yuri dengan lembut. Yuri nya jadi jengkel-jengkel manja.

“Oh, iya” Kata Kris teringat sesuatu, “….kemarin mamanya Chan Yeol tanya banyak soal Ji Hye sama aku. Dia tahu kalau Chan Yeol udah pacaran, dan dia penasaran soal itu”

“Terus Oppa cerita apa soal Ji Hye?”

“Ya, semuanya. Termasuk bahwa Ji Hye lah yang ngebantu Chan Yeol untuk mendapatkan nilai ujian yang bagus”

Yuri ngangguk-ngangguk pelan. Dia tahu bahwa mamanya Chan Yeol adalah orang yang baik, jadi dia pasti akan menyukai Ji Hye.

Terdengar bel masuk sudah dikumandangkan. Lalu Yuri masuk menuju markas dan melihat Ji Hye masih memelototi layar ponselnya. Yuri menghela nafas lalu mengetuk permukaan meja disebelahnya.  Ji Hye mengangkat kepalanya dan menaruh perhatiannya pada Yuri yang mengernyit.

“Udah ah galaunya. Toh Chan Yeol juga gak bakalan loncat keluar dari layar Ha Pe. Udah yuk masuk kelas” Yuri menarik tangan Ji Hye sebelum Ji Hye protes.

“Jangan khawatirin Chan Yeol. Dia bisa jaga diri kok” Kris mencoba menenangkan.

Ji Hye tidak menawab. Hanya tersenyum kecil lalu pasrah dirinya digiring Yuri masuk ke kelas.

Sepulang sekolah Sunny memeluk JI Hye dan terus meminta maaf. Dia gak bisa menemani Ji Hye yang lagi galau karena ada urusan osis. Sedangkan Yuri juga ternyata ada urusan mendadak. Ketika akhirnya Kris mengajaknya pergi main, Ji Hye menolaknya dengan halus, berkata dia ingin langsung pulang karena punya Pe Er yang abnyak.

Setelah melambai pada Kris Ji Hye berjalan keluar erbang sekolah dengan langkah yang pelan dan cenderung gontai. Pikirannya masih terfokus pada satu titik. Dia jadi merasa konyol.  Dengan pikiran yang semraut seperti itu mana bisa dia mengerjakan Pe Er.

Dia bingung, dimana dunia sudah canggih setingkat badai dia tidak bisa menemukan Chan Yeol yang mana memang dia sengaja tidak mengaktifkan GPS di Ha Pe nya. Sampai Kris pun yang sangat mengerti Chan Yeol tidak bisa menemukannya.

Langkahnya terhenti lagi ketika dia melihat ada telfon umum di dekat sebuah toko. Entah kenapa dia sekarang sangat senitmentil terhadap telfon umum. Dia jadi berfikir mungkinkah Chan Yeol menelfonnya lagi? tapi ketika saat itu terjadi Ji Hye sagat perlu tahu dia menelfon dari telfon umum dimana. Sehingga dia bisa langsung menemui si Chan Yeol idiot itu.

Akhirnya dia mempunyai ide. Dia merogoh kantung roknya dan menemukan uang dua lembar seribu won. Dia langsung berlari menuju toko dan menaruh kedua lembar uang itu dia atas meja kasir.

“Bu. Minta  tukar uang receh!”

Si ajumma penjaga toko hanya mengerling heran pada Ji Hye yang matanya berbinar-binar.

Setelah mendapatkan uang receh, Ji Hye berlari menuju telfon umum. Dia menekan nomer lalu terdengar ponselnya berbunyi. Dia melihat ke layar dan tersenyum yakin. Ternyata dia menelfon ke ponselnya sendiri agar dia bisa tahu nomer-nomer telfon umum di daerah sekitarnya. Dan setiap telfon umum dia namai dengan nama daerah A,B,C,D dan seterusnya.

Ji Hye berjalan dari satu telfon umum ke telfon umum lainnya. Dengan semangat dia melakukan hal yang pasti menurut orang lain kurang kerjaan itu. Tapi dia yakin dengan cara itu dia bisa menemukan Chan yeol.

Dia yakin itu.

Hari semakin malam. Ji Hye sudah sampai di telfon umum di daerah dekat tempat tinggalnya. Kalau dihitung-hitung sudah kira-kira sepuluh distrik yang dia telusuri, mulai dari daerah sekitar sekolah sampai di dekat rumahnya.  Dan sudah berpuluh-puluh nomor telfon umum yang dia simpan.

Ji Hye memijat tangan dan kakinya karena dia merasa lelah.

Dia sempat bingung menentukan telfon umum mana saja yang harus dia simpan mengingat Chan Yeol juga bisa dimana saja. Tapi setidaknya kalau dia menerima telfon dari nomer yang tidak dia simpan, dia tahu itu diluar kawasan dan dia akan melakukan hal ini lagi di kawasan yang lain. Pokoknya sampai Chan Yeol bisa bertemu.

Sesampai di rumah Ibunya sudah memasang muka marah. Ji Hye ingat dia tidak memberitahu apapun, walaupun Cuma alasan palsu.

“KENAPA BARU PULANG JAM SEGINI NAM JI HYEEE?!”

“Ah, anu bu…”

“DI TELFON SIBUK TERUS. SIBUK PACARAN SAMA CHAN YEOL? MANA CHAN YEOL? IBU MAU NGOMONG SAMA DIA!”

Ji Hye terdiam dan menunduk. Dia juga ingin tahu Chan Yeol dimana. Melebihi siapapun.

“Maaf bu, lain kali aku bilang. Tadi aku kerja kelompok”

“ADUH HYE, KALAU BO’ONG YANG PINTER DIKIT NAPAH! IBU TELFON SUNNY KATA DIA KAMU UDAH PULANG DARI TADI SORE”

“Hye belajarnya gak sama Sunny bu, sama yang lain. Sunny lagi rapat Osis, bu”

Ibunya menggeram tak tahan lalu jari telunjuknya menunjuk ke tangga, “MASUK KAMAR AJA DEH, SONO!”

“Iya, bu” Ji Hye pergi menaiki tangga tanpa melirik ke ibunya yang marah.

“DAN JANGAN KELUAR LAGI!”

“Iya” Ji Hye mempercepat langkahnya menuju kamar.

Di kamar dia melempar badannya ke atas tempat tidur. Kakinya mati rasa. Tapi lagi-lagi dia tidak menggubris tentang hal itu. Buru-buru dia meraih ponselnya di dalam tasnya yang ternyata lowbat. Dengan cepat JI Hye men-Charge ponselnya agar tidak keburu habis baterainya.

Setelah mengganti baju. Dia langsung duduk di meja belajarnya dan memandangi layar ponselnya kayak orang bego. Kedua tangannya terkepal lalu terlipat dan dia berdoa.

“Ayo berdering, berdering, berdering, berdering-“

Kriiiiiiing.

“Chan Yeol!”

“Sunny, Hye!”

“Ah, loe”

“Loe kok dari tadi ditelfon sibuk mulu. Nyokap loe juga tanyain loe. Loe kemana sih sepulang sekolah?”

“Gue ada urusan sedikit”

“Urusan apaan? Nyari Chan Yeol? Jangan bikin diri loe stress Hye, Chan Yeol mah nanti juga nongol sendiri. Percaya deh”

“Gue juga pengen percayain hal itu, tapi gue gak bisa. Gue juga nyari dia buat gebukin dia kok’, sewot juga gue diginiin”

Sunny terkikik kecil, “Yah, seengaknya loe masih Nam Ji Hye yang ge kenal. Tadi gue sempet khawatir loe juga bakalan lakuin hal yang konyol. Takut loe juga ikutan ilang”

“Enggak lah”

“Bagus dong. Hye udah dulu ya, nyokap gue manggil. Loe istirahat aja. Jangan banyak pikiran. Segitu cintanya loe ama Chan Yeol sunbae?”

“Ihhhh, gak tahu ah”

“Cieeee, ya udah. Bye”

Click.

Sesaat setelah Sunny menutup pintunya. Dia menanyakan pertanyaan Sunny lagi pada dirinya sendiri.

‘segitu sukanya kah gue sama si idiot itu? segitu cintanya? Cinta? Apa ini beneran cinta? Bukan perasaan suka yang berlebihan dari seorang ABG labil? Kalau Cuma suka kenapa gue berbah konyol begini? Tapi kenapa gue gak merasa ini aneh, tapi justru keharusan? Gue kenapa sih?’

“JI HYE!”

Lamunan Ji Hye buyar ketika ibunya tiba-tiba nongol dari pintu.

“Kenapa bu?”

“Udah makan belum?”

“Belum”

“Cepetan turun ke bawah. Ibu siapin makanan”

Ji Hye mendadak ragu. Dia melirik ponselnya. “Hmmm, bu. Ji Hye makannya dibawa ke kamar aja boleh gak?”

“Gak! Makan di bawah. Cepetan, Hye!”

“Iya” Ji Hye pun beranjak turun setelah melirik ponselnya sekali lagi sebelum dia keluar kamar. Baterainya masih terisi sedikit.

Saat makan Ji Hye mempercepat proses makannya. Yang seharusnya dia kunyah dulu sampai halus, dia malah kunyah sebentar dan langsung telan sampai akirnya dia tersedak.  Ibunya Cuma lirik-lirik jengkel tapi tidak bertanya apapun. Mungkin dia lelah karena bekerja hari ini.

“Bu, aku udah beres. Aku ke kamar lagi ya”

“Iya” Ibunya menjawab sambil membereskan bekas makannya. Ji Hye terdiam lalu menghampiri ibunya.

“Aku yang cuci deh” Ji Hye langsung membawa semua piring kotor dan langsung mencucinya. “Ibu tidur aja” dia berkata.

“Oke” si ibu menjawab dengan singkat,padat, dan jelas.

Ji Hye menggigit bibir bawahnya. Dia tahu ibunya masih marah. Dalam hati dia meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Setelah selesai dan menuju kamar Ji Hye langsung memeriksa ponselnya. Cuma ada miss call dari Yuri dan Kris. Gak ada nomor telfon umum. Kekecewaan muncul dari dalam dirinya. Dia mengutuk si idiot Chan Yeol. Dia bener-bener harus gebukin dia sampai babak belur kalau mereka ketemu.

Berjam-jam sudah lewat dan jam di ponsel sudah menunjukkan pukul 1 pagi. Ji Hye berusaha tidak tertidur walaupun sudah berkali-kali menguap.  Akhirnya dia menyerah dan marah. Dia membalikkan layar ponselnya ke bawah. Agar dia tidak meliriknya lagi.

Dia meringkuk di atas tempat tidur dan menaikkan selimut sampai ke atas kepalanya. Dia cuma diam.

Mencoba tidur. Tapi malah air mata yang keluar.

###

Keesokkan harinya pun Chan Yeol masih belum menelfon. Yuri dan Sunny tak henti-hentinya mencoba menghibur Ji Hye dengan berbagai cara. Kris juga terus mencoba menghibur JI Hye dengan mengatakan bahwa dia akan terus mencari Chan Yeol dan dari info yang Kris dapat Chan Yeol tidak jauh.

“Dia pasti ketemu, Hye”

Mendengar perkataan itu membuat Ji Hye jadi skeptic. Dan entah apa yang sudah terjadi pada dirinya, dia hanya menanggapi dengan kalimat:

“Udahlah, sunbae. Kalau maunya dia sembunyi dan jauh dari kita biarin aja. Aku juga udah gak peduli” lalu Ji Hye pergi meninggalkan Kris yang bengong.

Di rumah pun Ji Hye tidak lagi memelototi ponselnya. Dia mencoba menghibur diri dengan menonton drama komedi yang sudah lama dia lewatkan. Bersama dengan ibunya dia tertawa. Dia meletakkan ponselnya jauh dibelakangnya. Di meja makan.

Dia tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan lucu para comedian di sitcom favoritnya itu. Sambil memakan cemilan yang dibuatkan ibunya dia lepaskan semua rasa stress. Sampai akhirnya ibunya menepuk pundaknya pelan.

“Ada telfon Hye, kamu gak denger apa?” Ibunya menunjukkan ponselnya ke samping wajah Ji Hye.

“Siapa?” Tanya Ji Hye tanpa melirik ponselnya.

“Gak tahu, namanya aneh. ‘Telfon umum daerah D’?”

Ji Hye berhenti tertawa. Dia tertegun dan menatap layar ponselnya. Tangannya mengepal.

Chan Yeol’

Ji Hye hanya mematung menatap layar ponselnya. Dia tidak tahu harus bagaimana. Di sisi lain dia sangat marah tapi disisi lain rasa aneh di perut itu muncul lagi, rasa ketika dia bersama dengan Chan Yeol. Dia terus mematung sampai akhirnya telfonnya berhenti berdering.

Ji Hye merebut ponsel itu dari tangan ibunya. Tangannya bergetar. Lalu dia berlari menuju pintu.

“Hye, pergi dulu bu”

“Eh, mau kemana kamu?!!”

Please, bu. Ini penting”

Dan dengan cepat dia berlari keluar. Tapi dia kembali lagi ke dalam rumah. Menuju kamarnya dan mengambil dompetnya.

“Ji Hye, bilang sama ibu kamu mau kemana!” ibu Ji Hye berseru kea rah anak perempuannya yang berlari menuruni tangga

“KETEMU CHAN YEOLLLL!”

“Ya, ampuuunnnnn, Ji Hyeeeee!”

Tanpa menghiraukan jeritan batin ibunya, Ji Hye berlari menuju halte bis. Karena telfon umum yang itu terletak di daerah yang cukup jauh dank e arah yang berlawanan dari sekolah. Di dalam bis dia terus-terusan gelisah dan menunggu telfonnya berdering kembali.

“Ayo, telfon lagi, telfon lagi”

Dan…

Kriiiiiiiiiiiing.

“APA?! KENAPA?!”

“Idih. Galak amat jawabnya? Yang mesra dikit napa, Hye?” Chan Yeol mengeluarkan nada bicaranya yang kekanakkan itu.

“BODO AMAT!” Ji Hye terus membentak sambil terus mengusap air matanya. Bibirnya terus bergetar jadi dia memutuskan untuk bentak-bentak dan marah supaya gak ketahuan kalau dia nangis.

“Jangan marah dong. Tadi kenapa telfon gue gak diangkat?”

“Atas dasar apa loe pikir gue mau nerima telfon dari loe?!”

“Loe marah beneran ya?”

“MENURUT LOE!”

“Mian, Hye. Gue gak bermaksud-“

“Gak bermaksud apa? GAK BERMAKSUD APA?!”

Ji Hye mendapat delikan marah dari seseorang yang duduk di depannya. Jadi dia pindah posisi ke tempat duduk yang paling belakang. Walaupun sepi tapi dia tidak seharusnya ribut-ribut di dalam bis.

“Gue gak bermaksud bikin loe jadi marah, Hye. Gue lagi ada urusan dikit”

“Terus kenapa waktu terakhir loe telfon loe bohong sama gue? Bilang loe baik-baik aja lah, lagi di rumah lah”

“Ok, ok. Gue emang lagi gak di rumah, tapi gue emang baik-baik aja”

“Oh, atau mungkin loe sekarang lagi asik-asikkan maen sama cewek lain? Iya kan?”

“Kok loe mikirnya gitu sih? Enggak lah. Gue gak akan kayak gitu. Yang gue sayang cuman loe, Nam Ji Hye!”

“Kalau gitu kenapa loe ngilang gitu aja? Temuin gue kek, cerita semuanya”

“Gue gak mau loe terlibat sama masalah gue”

“Jangan sok bijak. Loe emang egois. Berfikir semau loe, berbuat semau loe, gak peduli sama orang lain. Sama gue!”

“Siapa yang- Siapa yang gak peduli sama loe? Aduh, Hye udah dong. Gue ngerti loe marah. Boleh deh. Tapi jangan sekarang. Gue lagi pengen kangen-kengenan sama loe. Gue kangen banget, Hye sama loe”

“Jangan gombal, gak ngefek juga ke guenya”

“Loe gak kangen sama gue?”

“Enggak!”

“Terus kenapa marah-marah? Artinya loe kangen kan kalo marah karena gue gak ada?”

Ji Hye menempelkan dahinya ke kaca jendela, dan tersenyum kecil. Dia memang kangen. Dan dengan itu dia sudah menjawab pertanyaan itu.

Ya, ternyata gue emang sesuka itu,secinta itu sama si idiot ini. Sial banget sih gue’

“Hye, loe jawab dong. Nah, ya. Diam itu artinya iya loh” Chan Yeol mulai cengengesan lagi.

“Heh, loe beneran idiot ya. Kalau gue kangen ya kangen kalau marah ya marah. Dodol lu!”

Lalu Ji Hye merasakan si bis berhenti di jalan, yang seharusnya bis tidak boleh berhenti kecuali di halte. Ji Hye melihat ada kemacetan. Ternyata ada truk tronton mogok di depan sehingga memblokir jalan.

Sial.

Tapi Ji Hye melihat sekeliling. Tempat Chan Yeol berada tidak jauh. Akhirnya dia turun dari bis dan memutuskan untuk berjalan kaki. Eh, bukan, lari.

“Hallo” Ji Hye memastikan bahwa Chan Yeol masih tersambung.

“Kok gak dijawab sih?”

“Loe ngomong apaan?”

“Yahhhh. Dari tadi gua ngegombal ternyata gak didengerin? Kenapa sih Hye? Loe lagi ngapain emang?”

“Ah, gue lagi...” Ji Hye berlari sambil matanya melirik setiap telfon umum.

“Lagi, apa? Kok gue denger suara klakson gitu?”

Ji Hye berdiri di tempat dimana daerah keberadaan Chan Yeol, kepalanya memutar tak tentu arah. Sampai akhirnya jantungnya berdegup keras. Dia melihat sosok itu. Si jangkung yang kini rambutnya tak karuan. Berdiri bersandar pada kaca telfon umum. Dari tempat Ji Hye berdiri dia hanya bisa melihat punggungnya.

Walaupun begitu Ji Hye merasa senang setengah mati. Matanya perih lagi. Perih karena air mata.

Entah berapa banyak lagi dia harus menangis karena bocah idiot itu. Tapi dia merasa tangisan kali itu tangisan lega. Lega karena akhirnya bisa ‘bertemu’ dengannya.

Ji Hye berdiri agak bersembunyi. Dia buru-buru kembali menempelkan ponselnya ke telinganya saat Chan Yeol tampaknya mulai bingung.

“Kenapa sih?” Ji Hye masih bersikap dingin.

“Lah, gue tanya loe lagi ngapain?”

“ngapain lagi, nonton TV”

“Idiiih, nonton apaan sih ampe tiba-tiba cuekin pacar?”

“Drama. Soalnya aktornya lebih keren kemana-mana daripada loe”

“Wuih, siapa di korea ini yang lebih cakep, lebih kece dan lebih baik dari Park Chan Yeol?”

“Ya ada, loe pikir loe makhluk terkece sejagat raya?”

“Setidaknya bagi loe, gitu”

“Idiih. Menurut loe sendiri aja kali”

“Ahhhhh, gue kangen loe banget Hye. Kangen raut muka loe yang jutek itu”

“Kalau loe kangen…..loe bilang sama gue loe dimana. Kita bisa ketemu”

“Ehhhhh, belum saatnya Hye, tapi bener dari siapapun loe yang paling gue pengen ketemuin”

“Tinggal bilang aja apa susahnya sih!” Ji Hye hampir mau menghampiri Chan Yeol, tapi dia tahan.

“Belum, Hye. Gue mau bener-bener beresin urusan gue dan kalau udah beres baru deh gue temuin loe. Ah, sambil bawa buket bunga segede bunga bangkai sekalian”

Tok.tok.

“Woi, udah woi”

Terdengar suara seseorang menegur. Ji Hye melihat ada seorang pria mengetuk pintu kaca itu dan Chan Yeol terlihat terburu-buru. Ji Hye fikir dia mungkin ingin memakai telfonnya.

Tapi tidak.

Setelah mengucapkan; ‘udah dulu ya, Hye. Nanti gue telfon lagi’ Chan Yeol pergi bersama pria itu. Ji Hye memutuskan mengikuti mereka. Mereka terlihat menyusuri pinggir jalan. Chan Yeol terlihat mengangguk-angguk dan pria itu menepuk pundak Chan Yeol layaknya seperti teman.

Dia siapa?’ Ji Hye bertanya dalam hati,

Lalu Chan Yeol dan pria itu terlihat memasuki sebuah pub. Ji Hye mencari posisi yang tidak dapat dilihat Chan Yeol tapi dia bisa melihatnya. Entah kenapa dia bersembunyi. Yang rencana semula dia ingin langsung menghajar Chan Yeol habis-habisan tapi sekarang dia malah bersembunyi dan memperhatikan dari jauh. Sama seperti yang dilakukan Chan Yeol waktu itu.

Moment itu memunculkan pertanyaan baru; Apakah dia pengecut juga?

Lalu dia melihat Chan yeol membersihkan semua meja di pub dan mengumpulkan sampah.

Ji Hye merasakan sakit di hatinya.

Jadi selama ini Chan Yeol bekerja? Untuk apa? Dengan cara seperti ini dia bisa menyelesaikan masalahnya? Dengan cara apa sebenarnya?

Banyak pertanyaan yang muncul. Intinya dia ingin mendengarkan semua isi pikiran Park Chan Yeol, apapun itu. Dia juga ingin mengerti jalan fikirannya. Tapi dia juga sadar semua pertanyaan itu akan terjawab hanya jika dia melangkah dan menghampiri cowok yang kini lebih terlihat kurus itu.

Tapi dia masih berdiri dibalik bayangan gelap. Dan dia memutuskan untuk pulang. Sudah melangkah menjauh dia harus berhenti karena suara yang familiar memanggilnya.

Kris.

“Hye, kamu ngapain disini?”

Ji Hye tidak menjawab. Dia menoleh kea rah pub itu. Dan Kris mengikuti arah matanya. Dia melihat Chan Yeol keluar sambil membawa kantung sampah besar dan menaruhnya di samping pub.

Ji Hye menarik Kris untuk agak bersembunyi. Kris terlihat kaget dan gagap.

“Itu-i-Itu Chan Yeol, kan Hye? Iya kan?” Kris menggoyang-goyangkan lengan Ji Hye yang diam saja.

“Kenapa kita masih disini?” Kris melangkah untuk mengejar Chan Yeol tapi Ji Hye mencegahnya.

“Hye, itu Chan Yeol. Akhirnya ketemu. Kita harus cepet-cepet temuin dia, Hye. Suruh dia pulang!”

Ji Hye menggeleng. Lengannya masih menahan Kris. “Nanti aja, sunbae”

“Nanti, Hye? Kamu kenapa sih? Bukannya kamu pingin banget ketemu sama dia?” Kris menatap Ji Hye dengan tatapan tidak percaya.

“Sunbae…” JI Hye menatap Kris lekat-lekat, “…anterin aku pulang aja. Oke”

Kris menatap kedua mata gadis itu yang berkaca-kaca. Ini sudah keputusannya. Mau bagaimana lagi.

Kris menghela nafas dan memeluk gadis itu. “Oke. Aku anterin kamu pulang”

“Gomawo-sunbae” Ji Hye berkata sambil menangis dipelukan Kris. “Gomawo”

T B C dah

A/N :

Hello...Author dodol ini comeback. Sorry banget guys lagi-lagi gak sampe ending. Want to turn to hate me? it's ok, I won’t mind. It’s my fault. Gak nepatin janji lagi.

pengen banget update tapi lagi blocking juga, jadinya sampai situ.

Sekali lagi maaf seribu maaf.

Maaf juga T B C nya begitu,

I’m just having a lovesick toward Kris right now.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
LeeKietz
Sorry guys. Belum bisa update secepatnya coz laptop dibajak lagi sampai waktu yang belum ditentukan.

Comments

You must be logged in to comment
pcypeacesign61 #1
authornya keren bgt kok ga lanjut lanjut si thorr suka bgt sama ff ini lanjut dong thorr pleasee
nanamiharu #2
Chapter 32: LAH KAKAK AKU LAMA GA BUKA SEKALI BUKA BACA INI KOK NYESEK :""""""
chanhye gimana nasipe kak :"(
chanyeol juga ilang2an dia kira dia jongin main teleport /?
lanjut plis kak aku menunggumu
liuliuyifan #3
Chapter 31: alaah canyol knp ga nemuin jihye aja sih
mian thor bru komen chapt ini gw baru baca kmren hehe gw suka ff lu thor sueeeeer
seideer #4
Chapter 31: Lahhh chanyeol jd menye2 gt....
seideer #5
Chapter 30: Makin complicated nehhhh
seideer #6
Chapter 29: Wuahh knp hub chanyeok namji
seideer #7
Chapter 28: Wkwkkwkwkwkw pls lahhh chanyeol nam ji yg baru pacaran lebaynya saling sms an...hahha
seideer #8
Chapter 27: Chanyeol norak ahhh...sok romantis ngomongnya wkkwkw
seideer #9
Chapter 26: Arghhhhh tidakkkk ...kris yurinya nanggung tuhhhh...
Ehhh tapi mrka ngomongnya uda 'aku kamu' yaaa...
:D
seideer #10
Chapter 25: Kisah kris yuri menarik juga