Lost Boy

Cool Idiot

“Ya, udah. Loe bilang deh sama gue sekarang. Biar loe lega”

“Oke, loe dengerin gue baik-baik ya”

“Iya, bawel” Ji Hye mulai gak sabaran.

Chan Yeol terdiam lalu menghela nafas. “Nam Ji Hye….”

“Hmmm…”

“…”

“…”

saranghae!”

----

Chan Yeol memencet bel pintu rumah Kris yang cuma sekali pencet, yang punya rumah sudah membukakan pintu. Seketika  Kris melihat Chan Yeol, dia menghela nafas.

“Masuk” Kris membukakan pintu lebih lebar agar Chan Yeol bisa masuk. Dengan langkah agak lemah Chan Yeol menghampiri sofa dan rebahan diatasnya. Kris yang berdiri disamping sofa memperhatikan Chan Yeol sambil tolak pinggang.

“Mau cerita?” Kris bertanya sambil melihat Chan Yeol yang nutupin matanya pake punggung tangannya. Tak menjawab, Kris jadi gak mau maksa. “Yawdah. Tidur loe sono. Loe pake aja kamar yang dulu” setelah kata terakhir terucap, Kris melangkah menjauh menuju tangga.

“Kris…” Panggil Chan Yeol dengan suara pelan.

Kris menghentikan langkahnya tapi dia tidak buru-buru berbalik arah karena dia mencerna dulu nada bicara Chan Yeol yang  setelah dia cerna dia tahu kalau urusan Chan Yeol dengan papanya berjalan buruk.

“Hmmm” jawab Kris sambil balik badan. Chan Yeol masih dalam posisi tidurnya.

“Gue salah, ya?”

“Apa?”

“Bersikap kayak gini sama mereka?”

Kris menghela nafas dan garuk-garuk kepalanya, agak bingung menjawab pertanyaan Chan Yeol yang putus asa. “Loe memang salah Yeol. Kalo loe gak berbuat begitu, mungkin semuanya gak bakalan kayak gini”

“Terus gue mesti gimana?”

“Loe omongin lagi sama bokap loe. Kali ini bener-bener dengan kepala dingin. Masalahnya kecil kalo menurut gue, tapi kenapa jadi ribet sih?”

“Loe jangan tanya gue, tanya bokap gue” Chan Yeol mendengus marah sambil ganti posisi duduk. “Sok sok pake ngancem segala lagi”

“Ngancem? Ngancem gimana?” Kris melangkah menuruni tangga menghampiri Chan Yeol lagi. Tapi Chan Yeol Cuma diem. “Heh, ngancem gimana maksud loe?” Kris menendang sofa supaya Chan Yeol cepetan ngomong.

Alih-alih ngejawab Chan Yeol bangun dari posisi tidurnya dan pergi ke dapur terus buka kulkas. Melihat itu Kris menghela nafas untuk yang kesekian kalinya.

“Apapun kata bokap loe, loe turutin aja deh dulu. Daripada ribet nantinya”

Chan Yeol yang ternyata ngambil bir membuka  tutup kalengnya dan meneguknya. Lalu dia menjawab “Jadi….gue harus pergi ke kanada?”

“Hah, ke kanada?” Kris melangkah lebih dekat.

“Iya. Kalo gue gak buru-buru kabur tadi, gue pasti udah dikirim paksa ke bandara”

“Pantes aja tadi nyokap loe udah putus asa banget di telfon” Kris menatap Chan Yeol yang terlihat masih cengengesan tapi tangannya yang memegang kaleng bir gemeteran. Dia pasti resah banget. Dan Kris tahu alasan utama keresahan Chan Yeol itu Ji Hye. Kalo gak ketemu Ji Hye mungkin Chan Yeol udah rela rela aja dikirim ke luar negeri . Tapi kini dia sudah berubah. Tapi Kris juga masih bertanya-tanya apa keputusan Chan Yeol nanti. Mudah-mudahan gak nekat lagi. “Terus, loe…udah bilang sama Ji Hye?” Kris bertanya lagi sambil memperhatikan Chan Yeol membuka kaleng birnya yang ke dua.

Chan Yeol menatap Kris dengan lekat seakan Kris bertanya sesuatu hal yang bodoh. “Kris, kalo loe jadi gue apa loe bakal bilang?”

Kris akhirnya berpaling dan mengangguk lemah, “Ya, Loe pasti gak bakalan bilang. Tapi yang jelas Yeol…” Kris kini kembali menatap Chan Yeol tajam, “Bersikap dewasa dan pikirin jalan keluar yang terbaik. Jangan berbuat nekat yang akhirnya lebih memperkeruh suasana. Ngerti loe?” Saat Kris menekankan kata-kata terakhir dalam kalimatnya, dia merebut kaleng bir yang ada di tangan Chan Yeol membuat Chan Yeol jengkel. “Tidur loe sono.  Siapa tahu kalo loe tidur loe dapet pencerahan dan bisa ngebujuk bokap loe. Pergi loe!” Kris mendorong badan Chan Yeol keluar dari dapur menuju tangga ke lantai dua.

Chan Yeol juga rela-rela aja dijorokin si Kris, dia juga sadar bahwa pikiran dan badannya sudah lelah. Setelah satu kali melambaikan tangan pada Kris Chan Yeol menaiki tangga menuju kamar tamu yang biasa dia tempati saat masih kecil dimana dia lebih sering menghabiskan waktu di rumah Kris ketimbang rumahnya sendiri. Saat dia melihat lagi suasana kamar dia terkejut.

“Cih. Suasananya masih sama kayak dulu” Chan Yeol menghampiri perahu kayu yang disimpan diatas meja belajar. Tanpa sadar Chan Yeol tersenyum.

“Ini kan kapal-kapalan Kris yang gue patahin layarnya. Oh!” Chan Yeol terkejut ketika melihat tiang layar perahu itu masih patah seperti dulu, lalu dia melihat ada tulisan tangan dibagian bawah perahu. Tulisan Kris yang masih berumur sebelas tahun, tulisan tangan itu berbunyi : ‘Chan Yeol jelek!, Chan Yeol  Sarap!’

Membaca kata-kata itu Chan Yeol terkikik, “Sialan si Kris”. Lalu matanya tertuju pada foto yang ada di atas rak buku. Foto dia sama Kris waktu mereka kemping-kempingan di halaman belakang rumah Kris waktu Chan Yeol gak berhasil ngebujuk papa nya untuk pergi kemping keluarga. Mereka berdua tersenyum di foto. Hal itu mengembalikan memori lama yang cukup menyenangkan bagi Chan Yeol. Langsung tersirat perasaan menyesal karena merasa iri dan marah pada Kris. Kris sendiri masih mau menerima Chan Yeol sampai sekarang walau dia sudah memperlakukan Kris agak dingin belakangan ini.

Seketika ia bersyukur bahwa ketika dia down dia punya Kris untuk diandalkan.

Rasa terimakasih terus bermunculan dalam diri Chan Yeol seiring dengan memori yang tersimpan di kamar itu sampai akhirnya dia menyadari satu hal lagi ketika dia rebahan di atas tempat tidur. Semua hal yang ada di kamar itu sama seperti dulu, sama persis sampai tempat tidurpun rupanya Kris tak menggantinya. Tempat tidur itu masih tempat tidur untuk anak-anak yang kini Chan Yeol yang sudah beranjak dewasa melihat kedua kakinya terjulur bebas melewati ujung tempat tidur yang hanya bisa menampung badannya sampai sebatas betis.

“Eishhh. Yang bener aja si Kris nyuruh gue tiduran di tempat tidur segede upil begini. Sarap ntu orang. Jangan-jangan balas dendam nieh” Walau dongkol tapi Chan Yeol akhirnya merelakan juga kakinya ditekuk agar pas dengan tempat tidurnya. Ketika tiduran dia merogoh ponsel di kantung celananya dan membuka foto Ji Hye.

Seketika itu dia teringat. Teringat kata-kata terakhir yang dia bilang sama Ji Hye sebelum dia pergi.

Saranghae.

Ya. Chan Yeol sendiri merasa takjub. Dia tak menyangka dia akan benar-benar mengatakan itu pada seseorang. Tapi dia senang kalau orang itu ternyata Ji Hye.

Ada keinginan untuk menelfon Ji Hye untuk sekedar tahu perasaannya saat dia mendengar kata-kata aneh bin ajaib itu dari mulutnya. Tapi dia menahan keinginannya itu karena tadi dia sudah cukup mengganggu tidur gadis itu dan dia tak lagi mau mengganggunya.

Semakin Chan Yeol memikirkan semuanya. Semakin tidak rela dia untuk meninggalkan semuanya. Walau terkesan dia tidak punya pilihan. Tapi jelas dia harus berbuat sesuatu. Dia tidak ingin begitu saja pergi meninggalkan semua orang terdekatnya dan tinggal di negeri asing.

Dia harus mempertahankan segalanya.

Bagaimanapun caranya.

----

“Oppaaaa!”  Yuri berlari menghampiri Kris yang baru keluar dari kamar. Kris terkejut karena Yuri udah nongol pagi-pagi. Yuri kali itu tinggal dirumah om dan tante-nya dan dia juga udah damai sama ortunya.

“Ngapain kamu pagi-pagi udah disini?” Kris bertanya sambil merapikan seragamnya.

“Chan Yeol Oppa mana?” Yuri bertanya dengan semangat.

“Masih tidur di kamar kayaknya” jawab Kris menunjuk kamar di seberang dengan dagunya.

“Aku bangunin ah” Yuri buru-buru mau berlari menuju kamar tapi dicegah Kris.

“Jangan dulu deh, biarin dia istirahat dulu. Dia lagi AnDiLau”

“Hah? Serius? Aku pengen ngintip doang deh dikit” Yuri akhirnya berhasil meluncur ke kamar seberang. Dengan hati-hati dia membuka pintu, tapi kemudian dia langsung teriak.

“Oppaaa!”

“Kenapa sih Yuri?” Kris yang tadinya mau turun ke lantai bawah buat sarapan akhirnya naik ke atas lagi sambil lari.

“Chan Yeol nya manaaa? Kok gak adaaaa?”

Kris ikut masuk ke kamar dan lihat sekeliling kamar. Dia langsung lari ke kamar mandi lantai atas. Dia gak ada. Kamar mandi lantai bawah juga gak ada. Akhinya Kris sampai pada kesimpulan bahwa Chan Yeol minggat. Entah kemana.

Kesimpulan itu diperkuat dengan Yuri yang menghampiri Kris sambil membawa sepucuk kertas yang berisikan tulisan tangan Chan Yeol.

‘Kris, sorry gue pergi gak bilang-bilang loe. Gue butuh waktu untuk mikirin ini semua. Gue titip Ji Hye sama loe.

-Chan Yeol’

“Ya elahhhh…hari gini masih pake surat-suratan?” Yuri tepok jidatnya sendiri.

Kris langsung menyambar ponselnya yang dia simpen di dalam kantung celananya. Menekan nomer telfon Chan Yeol dan menunggu beberapa detik. Empat kali Kris menghubungi tapi rupanya Chan Yeol mematikan ponselnya.

“Sialan tuh anak. Bikin masalah lagi”

“Sekarang gimana?” Tanya Yuri duduk di kursi makan.

“Kita harus cari Chan Yeol”

“Kemana?”

“Kemana aja. Sampe ketemu”

Mendengar jawaban Kris, Yuri Cuma bisa menghela nafas dan duduk lemas. “Kenapa Chan Yeol pake minggat segala sih? Trus kita kasih tahu Ji Hye jangan?”

Kris berbalik menatap Yuri, “Untuk sementara jangan dulu”

“Dia pasti bakalan curiga kalau Chan Yeol gak nongol-ngongol. Kalau ikutan galau juga gimana? Kita yang repot”

“Kalau waktunya tepat. Kita kasih tahu”

#             #             #

“Hye, dimakan dong sarapannya, jangan bengong terus” Ibu Ji Hye menepuk pundak putrinya yang tak memperhatikan makanannya, melainkan hanya memperhatikan layar ponsel yang ada di tangannya. Tepukan lembut ibunya membuat Ji Hye pun terbangun dari lamunanya.

“Ah, I-iya bu” Ji Hye memasukkan satu suap nasi uduk ke dalam mulutnya. Kunyah sebentar, minum lalu matanya dan jarinya kembali ke layar ponselnya.

“Tumben kamu antusias banget sama layar handphone? Nungguin telfon Chan Yeol ya? Kalau kangen mah jangan nunggu ditelfon dong, telfon duluan aja Hye. Gak usah gengsi”

“Ibu apaan sih?” Mendengar ledekan Ibunya akhirnya Ji Hye melepaskan perhatiannya dari si Handphone dan kembali melahap sarapannya, yang anehnya kali itu terasa biasa-biasa saja. Padahal biasanya setiap makan masakan ibunya dia selalu bersemangat.

Mungkin karena hari itu dia belum mendapat satu sms pun dari Chan Yeol. Setelah percakapan yang mereka punya semalam, mustahil Chan Yeol tidak mengirimi dia apapun. Sepagi ini biasanya dia sudah mengirimi berbagai macam pesan gombal.

Gombalan yang kini Ji Hye tunggu dan tunggu. Tapi tak kunjung datang.

Ji Hye juga tidak mengerti kenapa hari itu dia ingin cepat bertemu dengan Chan Yeol. Alasannya mungkin karena dia tahu Chan Yeol sedang berada si situasi yang tak nyaman. Dia juga ingin memberikannya kue kering yang dia buat untuk Chan Yeol, membuatnya terus tersenyum. Dan ingin berterima kasih karena sudah mengatakan kata-kata yang indah padanya semalam.

Akhirnya dia memutuskan menyudahi sarapannya dan berangkat sekolah sedikit lebih awal.

Tak jauh berbeda dengan di rumah, di dalam bus pun Ji Hye terus memelototi ponselnya sampai-sampai dia melewati gerbang sekolahnya. Akhirnya dia harus jalan kaki menuju sekolah, untung saja dia berangkat sedikit lebih awal.

Saat di jalan menuju gerbang, dia sengaja melangkah sangat cepat, dia ingin cepat-cepat naik ke lantai atas, ke kelas tiga dua, kelasnya Chan Yeol. Masa bodo dengan tanggapan orang lain nanti. Ji Hye juga mulai sadar bahwa detak jantungnya semakin cepat seiring dengan langkah yang dia buat menuju sekolah.

Ketika hampir sampai di lobby sekolah, seseorang memanggilnya.

“Hye, buru-buru amat”

Ternyata Sunny yang berjalan bersama Su Ho menghampirinya. Ji Hye tersenyum pada mereka, dan membungkuk sedikit pada Su Ho yang notabene adalah seniornya.

Sunny langsung melingkari tangannya di lengan Ji Hye, “Buru-buru amat loe, mau ketemu siapa sih? Chan Yeol sunbae emang udah ada di sekolah jam segini?” Sunny sepertinya bisa membaca pikiran Ji Hye. Karena yang bisa membuat Ji Hye gelisah gak jelas itu Cuma Chan Yeol.

“Ah, enggak.  Gue cuma mau ngasih ini doang” Ji Hye menunjukkan kotak bekal yang dibungkus rapi dengan kain berwarna pink.

Sunny nyengir dan tampaknya gatel ingin godain, “Cieeee. Perhatian banget nih. Chan Yeol doang yang dikasih? Gue, sobat loe ini enggak? “

“Loe jangan ledekin gue gitu dong” Ji Hye memelas

“Chan Yeol sih kadang-kadang pagi-pagi udah ada di GOR, meriksain bola basket gitu. Dia sarap sarap juga rajin sih” Kata Su Ho ikut ke perbincangan.

“Tuhhh, cepetan gih. Pergi sono. Temui pangeranmu” Sunny mengibas-ngibaskan tangannya pada Ji Hye kayak lagi ngusir ayam. Ji Hye mencibir dan memukul pelan lengan Sunny. Lalu dia menyadari satu hal. Kali ini dia yang gatel pengen ledekin Sunny.

“Kalian tumben barengan. Udah jadian ya?” tanpa basa basi Ji Hye langsung melemparkan pertanyaan jitu itu. Sangat jitu karena sedetik kemudian Sunny dan Su Ho saling bertukar pandang dan salah tingkah.

“Apaan sih loe?” Sunny yang kini giliran mukanya merah mulai nyubitin Ji Hye dengan membabi buta.

“Gue kan cuma nanya, Sunny. Loe lebay deh.”

Su Ho Cuma nyengir – nyengir melihat kedua gadis itu. Lalu tak lama. Ada lagi yang menghampiri dan ikutan nyubit-nyubit.  Yuri.

“Pada ngapain loe? maen cubit-cubitan? Ikutan ah” Yuri juga ikut-ikutan mencubit Ji Hye. Tapi Ji Hye langsung berhenti ketika melihat Kris. Tatapannya pada Kris mulai mengarah serius.

“Sunbae, Chan Yeol mana? ” Ji Hye langsung mengutarakan pertanyaan yang dari tadi ingin dia katakan, dan pertanyaan itu tepatnya memang harus di utarakan pada Kris.

Mendengar itu Yuri jadi diem dan berhenti nyubitin Ji Hye. Kris dan Yuri saling menatap lalu sama-sama bilang ‘Hmmmm’. Itu membuat perasaan Ji Hye makin gak enak.

“Chan Yeol kayaknya ada perlu Hye, dia gak sekolah hari ini. Tadi dia sms aku. Maklum lah, baru ketemu lagi sama mamanya. Kangen-kangenan kali”

Entah kenapa kali ini Ji Hye tidak percaya pada omongan Kris. Jadi dia ingin sekali lagi memastikan, “Dia baik-baik aja kan? Dia gak sms aku sama sekali. Udah berkali-kali aku sms juga gak dibales”

“Ah? Baik Hye. Kamu jangan khawatir. Handphonenya lagi eror kali”

Ji Hye menunduk dan tersenyum pelan. Dia tahu Kris berbohong. Tapi untuk sementara ini dia akan percaya perkataan Kris. Dia akan mencari sendiri alasannya kenapa.

“Ya udah deh. Nih” Ji Hye menyerahkan kotak bekal itu pada Sunny, lalu tersenyum lemah, “Gue ke kelas duluan ya” Lalu dia berbalik dan pergi. Yuri, Kris, Sunny dan Su Ho menatap punggung Ji Hye yang mulai hilang di belokan.

Yuri pun berbalik menatap Kris, “Aku bilangin ke Ji Hye ah kalau Chan Yeol Oppa ilang”

“Yuri!” Kris melotot.

“Chan Yeol ilang? Kok bisa?” Sunny dan Su Ho bertanya bersamaan, membuat mereka agak takjub dan tersipu.

“Eiii, bukan ilang guys, tapi minggat tepatnya. Semalam dia tidur di rumah gue, tapi tahunya pagi-pagi udah ngilang. Gue kira dia balik ke rumahnya tapi tadi mamanya telpon nanyain dia. Tepaksa harus nyari dia deh. Kalo begini terus dia bisa beneran dikirim ke luar negeri”

“Emang Chan Yeol kenapa sih bisa minggat gitu. Atau gara-gara waktu abis kita pesta itu yah? Dia rada-rada gelisah gitu” kata Sunny mengingat-ingat.

“Papanya tahu kalau dia gak tinggal di rumah. Malah tinggal di kontrakan kumuh gitu?”

“HAH? MASA?” Lagi-lagi Sunny dan Su Ho berseru bersamaan.

“Iya pokoknya gitu deh” Kris jadi uring-uringan sendiri.

“Kasihan Ji Hye, pantesan dia agak gelisah gitu” Sunny kembali menatap arah kemana Ji Hye tadi pergi.

“Tolong ya guys, sementara ini jangan kasih tahu Ji Hye dulu soal Chan Yeol” Pinta Kris.

Walaupun tak menjawab semua menanggapinya dengan anggukan pelan.

#             #             #

“Hye, ke kantin yuk” Sunny dan Yuri, berusaha membuat Ji Hye tak melulu merasa gelisah. Tapi Ji Hye selalu menolak ajakan sahabatnya itu.

“Pergi deh berdua, gue di kelas aja” Kata Ji Hye sambil kembali merogoh kantung jasnya untuk mengambil ponsel. Baru kali ini Ji Hye sengaja menyalakan ponsel saat jam pelajaran berlangsung, tapi tak satupun pesan atau sekedar miss call dari Chan Yeol yang muncul.

Sunny dan Yuri menghela nafas melihat tingkah laku Ji Hye.

“Hye, gue punya nail art kit yang baru, gue hiasin kuku loe deh, Hayo!” Yuri dengan sekuat tenaga membuat Ji Hye lepas dari bangkunya. Mereka berdua pergi ke atap. Sampai di atap Yuri langsung membuka peralata manicure & pedicure miliknya dan mulai mengurusi jari-jari kuku Ji Hye.

“Loe mau pake warna apa, Hye?” Tanya Yuri antusias sambil ngejajarin kuteks-kuteksnya yang warna-warni.

“Wahhhh, kuteksnya lucu-lucu. Beli dimana loe?”

“Luar negeri dong” Yuri mengibaskan rambutnya.

“Luar negeri? Alahh, paling yang gocengan” goda Sunny cekikikan.

“Sembarangan loe!” Yuri memukul Sunny sehingga mereka berdua cekikikan.  Ji Hye juga gak bisa gak ikut cekikikan, tapi dia langsung berhenti tertawa ketika dia mendengar suara pesan masuk berbunyi. Tangannya langsung menggenggam ponselnya. Dengan wajah penuh harap Ji Hye melihat ke layar, tapi seketika wajahnya murung dan dia kembali meletakkan poncelnya dia sampingnya.

“Chan Yeol bukan?” Yuri bertanya dengan pelan dan hati-hati.

Ji Hye menggeleng dan tersenyum lemah. “Bukan, promosi asuransi”

“Ahhhhh” Yuri dan Sunny berseru kecewa.

Lalu Ji Hye kembali terlihat murung dan menatap ponselnya.

Buru-buru Yuri meraih satu tangan Ji Hye yang lagi-lagi akan mengirim sms. Di simpannya tangan Ji Hye di atas pangkuannya.

“Mau gue gambarin apa Hye?” Tanya Yuri kembali ke permasalahan nail art nya. Jelas sekali ingin mengelihkann perhatian  Ji Hye.

“Apa aja deh, terserah” Jawab Ji Hye angkat bahu.

“Jangan terserah dong, nanti kalau gue gambarin bung aloe gak suka lagi”

“Loe kan suka masak Hye, “Timpal Sunny “Kenapa gak loe coba gambar alat-alat masak aja tuh”

“HAHAHAHAHA” Yuri tertawa keras dan lagi-lagi memukul Sunny, “Lucu, lucu”

Ji Hye juga akhirnya jadi ikutan cekikikan.

“Tuh yang jempol gambar kompor gas, yang telunjuk panci, jari manis penggorengan…”

“HAHAHAHAHAHAHA!” yuri kembali tertawa yang paling keras.

Ji Hye akhirnya tersenyum dan mengerti bahwa kedua sahabatnua itu hanya ingin menghiburnya. Jadi dia juga memutuskan untuk ikut bersenang-senang.

Tapi baru saja dua jari yang dilukis Yuri, Ji Hye mendengar ponselnya berbunyi tanda ada telepon masuk. Akhirnya, perhatiannya kini tertuju pada ponsel itu lagi. Masih dengan cat kuku yang masih basah, Ji Hye meraih ponselnya dan membuat cat kuku itu belepotan.

“JI HYE!!!” Yuri berseru marah dan kaget.

Tidak mempedulikan Yuri, Ji Hye memperhatikan nomer di layar yang dia tidak kenal. Walau begitu dia berharap itu Chan Yeol.

“Hallo!”

Sunny berdiri tegak sambil memperhatikan Ji Hye yang juga menegang, tapi kemudian lunglai lagi.

“Oh, Ibu. Ada apa bu?”

Sunny dan Yuri saling bertukar pandang. Mereka yakin setelah ini Ji Hye akan lebih galau lagi.

#             #             #

Benar saja.

Sampai pulang sekolah Ji Hye menjadi semakin tak bersemangat. Dia memaksakan diri pulang lebih dulu padahal Sunny mengajaknya main barengan Su Ho. Ji Hye segera menolak dengan alasan tadi Ibunya telfon minta untuk jaga toko sampai ibunya pulang dari toko service handphone karena handphone ibunya kecebur got dan tidak lagi bisa menyala dengan baik, karena itu ibunya tadi menghubungi Ji Hye menggunakan telfon umum.

Dan karena satu alasan lagi yaitu dia tidak mungkin menggangu Sunny yang lagi PE DE KA TE sama Su Ho, dia kepingin sahabatnya juga punya cerita cinta sendiri yang ingin dia ceritakan. Bukan hanya mendengarkan kisah konyol dia dan Chan Yeol.

Jadilah dia pulang sendirian dengan perasaan galau yang semakin tak menentu. Sampai-sampai dia tidak berharap lagi Chan Yeol menghubunginya.

Tapi itu ternyata hanya sementara.

Menjelang malam hari sebelum dia pergi tidur, dia biasa mencuci muka dan menggosok gigi. Ketika Ji Hye baru sebentar menggosok gigi, dia mendengar suara ponselnya berbunyi. Entah kenapa, yang tadinya dia tidak peduli malah dia dengan secepat kilat masuk ke kamarnya dan menyambar ponsel yang ada di atas tempat tidur. Dia sampai tidak sadar bahwa dia masih membawa-bawa sikat gigi dan mulutnya pun penuh busa pasta gigi.

“Heerllo…” Jawab Ji Hye tak jelas karena tersedak busa.

Ji Hye mendengar suara tawa kecil. Tawa yang khas dengan suara yang dalam.

Tawa Chan Yeol.

“Lagi ngapain, Hye? makan? Kok jawab telfonnya gitu?”

Ji Hye tak menjawab. Dia hanya berdiri mematung. Dirasakan perih kedua matanya itu. Perasaan dia Cuma menggosok gigi, bukan sama matanya. Kenapa matanya perih?

“Hye? Nam Ji Hye? Masih disitu?” Tanya Chan Yeol

“Hm” Jawab Ji Hye singkat.

“Lagi ngapain?”

“Sikat gigi…” Dengan polosnya Ji Hye mengangkat sikat gigi yang ada di tangannya itu.

“Oh, sikat gigi. Udah mau tidur dong?”

Ji Hye diem lagi. Dia menggenggam ponselnya dengan sangat erat.

“Hye? Ketiduran loe? Hye?“

“KEMANA AJA SIH LOE? KENAPA BARU TELFON SEKARANG?!!!!” Akhirnya Ji Hye menumpahkan kekesalannya. Matanya yang terasa perih itu ternyata karena air mata yang ingin keluar, dan bersamaan dengan seruannya di telfon dia mengeluarkan air mata itu. Tangannya yang memegang sikat gigi gemetar.

Mian” Jawab Chan Yeol, “Gue gak bermaksud bikin loe kesel, Hye. Gue lagi ada perlu. Gue udah terima kok semua sms loe, gue gak bisa bales karena…”

“Ha-Pe loe error?” Pancing Ji Hye

“Ah, iya. Iya bener. Ha-Pe gue emang lagi error Hye, mangkanya gue gak bisa bales loe he he he he”

Ji Hye menelan ludah dan menutup matanya. Dia tahu Chan Yeol berbohong. “Loe dimana sekarang?”

“Gue? Gue…di-dirumah lah, loe pikir dimana lagi?”

“Rumah mana?”

“Rumah gue lah, yang gedong, yang kayak kandang gajah kalo kata loe itu, he he he he he. Gak lucu ya?”

“Enggak”

“Hye, jangan ngambek dong. Gue juga kangen sama loe. Pake banget”

“Gue enggak” Elak Ji Hye

“Ah, pura-pura. Buktinya loe marah gak gue bales sms, gak gue telfon balik. Gue sengaja kan Hye gituin loe, mau menguji seberapa besar sayang loe sama gue he he he he he. Gak lucu juga, ya?”

“Chan Yeol…”

“Apa? Kenapa?”

“Loe gak bohong kan?”

“Bo-bohong? Hye, kapan gue bohong? Gue gak bohong, Hye. Swear

“Chan Yeol…”

Tut.

Terdengar suara aneh di tengah percakapan mereka. Tiba-tiba Chan Yeol terlihat buru-buru.

“Ah, Hye. Udah malem nieh. Loe tidur dulu deh, besok kita sambung lagi”

“Ke-kenapa?!” Ji Hye merasa kaget dan tidak ingin mengakhiri percakapan mereka.

“Nyokap gue manggil, Hye”

tut’

“Apa?”

“Dia titip salam buat loe”

‘tut’

“Chan Yeol!”

“Udah ya, Hye. Besok gue telfon lagi. Gue janji. Daaah”

“Jangan di-!

‘KLIK’

“…tutup” Ji Hye jatuh terduduk ke atas tempat tidur dengan lemah. Satu tangannya meraih bantal dan memeluknya erat. Dia membenamkan wajahnya ke bantal. Ingin sekali dia melempar sesuatu. Dia masih waras untuk melempar ponselnya, jadi yang dia lempar hanya sikat gigi yang sedari tadi dia pegang.

Dilihat lagi layar ponselnya. Berharap Chan Yeol Cuma bercanda dan akhirnya menelfon lagi sambil tertawa cengengesan. Tapi tidak. Layar ponsel Ji Hye hanya diam dan sepi. Tapi tiba-tiba dia menyadari sesuatu. Dia melihat lagi riwayat panggilan masuk dan memperhatikan nomer yang dipakai Chan Yeol.

Terlihat tidak asing.

Ternyata nomernya sama dengan nomer yang dipakai ibunya menelfon tadi siang. Setelah mengetahui hal itu, dengan secepat kilat dia turun ke bawah.

“IBU!”

Ji Hye menghentikan Ibunya yang sedang menguap dan hendak masuk kamar.

“Eh, kenapa?”

“Tadi Ibu telfon Ji Hye pake telfon umum dimana?”

“ Telfon? Oh, itu, deket rumah kita. Di sebelah tukang ayam goreng itu lho, nak. Emang kenapa?”

“Deket rumah kita?!” Ji Hye melotot

“Iya. Emang kenapa sih?”

“Aku keluar dulu bu!” Ji Hye cepat-cepat memakai sandal dan berlari keluar.

“EH MAU KEMANA?!”

Ibunya sendiri tidak bisa mencegah Ji Hye yang sedang menggebu-gebu. Sang Ibupun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat jajaran sandal-sandal. Ternyata Ji Hye memakai sandal yang berbeda-beda.

Di luar Ji Hye berlari kesana kemari. Dia mencari tukang ayam goreng yang letaknya hanya sepuluh meter dari rumahnya.

Kalau dia benar,

Chan Yeol pasti menelfonnya dari telfon itu.

Kalau dia benar,

Dia bisa bertemu dengan Chan Yeol.

Ji Hye akhirnya melihat tukang ayam goreng dan telfon umum di sebelah kirinya. Ji Hye melihat ke kiri dan kanan dengan gusar.Berlari maju mundur. Memasuki gang-gang kecil.

 Nafasnya tersengal-sengal dan tak jarang dia terbatuk karena udara yang dingin. Dia tidak sempat memakai jaket apapun saking terburu-buru. Dia mengeluarkan ponselnya dan menelfon nomer yang dipakai Chan Yeol tadi. Dan…

KRIIIIIIING.

Telfon itu berbunyi.

Ji Hye menatap sedih telfon umum itu. Diangkatnya dan ditutupnya kembali. Ketika dia berbalik dia terkejut akan satu hal lagi.

Ternyata jendela kamarnya yang berada di lantai atas dapat terlihat dari arah dia berdiri di telfon umum itu. Tidak terlalu jelas. Tapi cukup bisa terlihat jika Ji Hye berdiri dekat jendela dan seseorang itu mempunyai daya pandang yang bagus.

Chan Yeol mempunyai daya pandang yang bagus.

Ji Hye merasakan dadanya sakit dan sesak. Bukan karena udara dingin, melainkan ketika dia membayangkan, baru saja, Chan Yeol yang dia rindukan sepanjang hari itu, berdiri si posisinya saat ini. Memperhatikannya dari jauh dan berusaha bilang kalau dia baik-baik saja.

Kalau saja dia bisa lebih cepat.

Lebih cepat sedikit.

Kalau saja.

 

Bersambung Deh...

A/N:

Punteeeeeeen semuanya. Hello guys, ketemu lagi sama si author dodol. Setelah sekian lama vakum akhirnya update juga. Sempet kehilangan ide, udah gitu males ngetik, macem-macem deh. Kali ini juga...bukan final chapter. Beneran dikeroyok ini mah. 

Maaf kalau ceritanya masih bertele-tele, lebay dan akhirnya membuat kalian bosan. Tadinya mau sampe akhir tapi mata udah pegel karena akhirnya gue gak tidur karena nulis ff ini. Sekali lagi minta maaf banget, aku sampe malu mau update lagi juga. Kira-kira antusiasnya masih sama gak ya? Kayaknya udah mlai berkurang ya? Gak apa-apa deh kalau memang ternyata ada yang berfikiran begitu. Tapi kemarin aku sempet dapet subscriber baru. Thanks bangeudddd.

Thanks bangeud juga udah mau baca ff ini.

(Oh iya, ada yang nyadar gak sih. Ada satu kesalahan fatal di ff ini. Akan ku perbaiki nanti)

Author semangat. ke ke ke ke ke. Apaan gue ini?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
LeeKietz
Sorry guys. Belum bisa update secepatnya coz laptop dibajak lagi sampai waktu yang belum ditentukan.

Comments

You must be logged in to comment
pcypeacesign61 #1
authornya keren bgt kok ga lanjut lanjut si thorr suka bgt sama ff ini lanjut dong thorr pleasee
nanamiharu #2
Chapter 32: LAH KAKAK AKU LAMA GA BUKA SEKALI BUKA BACA INI KOK NYESEK :""""""
chanhye gimana nasipe kak :"(
chanyeol juga ilang2an dia kira dia jongin main teleport /?
lanjut plis kak aku menunggumu
liuliuyifan #3
Chapter 31: alaah canyol knp ga nemuin jihye aja sih
mian thor bru komen chapt ini gw baru baca kmren hehe gw suka ff lu thor sueeeeer
seideer #4
Chapter 31: Lahhh chanyeol jd menye2 gt....
seideer #5
Chapter 30: Makin complicated nehhhh
seideer #6
Chapter 29: Wuahh knp hub chanyeok namji
seideer #7
Chapter 28: Wkwkkwkwkwkw pls lahhh chanyeol nam ji yg baru pacaran lebaynya saling sms an...hahha
seideer #8
Chapter 27: Chanyeol norak ahhh...sok romantis ngomongnya wkkwkw
seideer #9
Chapter 26: Arghhhhh tidakkkk ...kris yurinya nanggung tuhhhh...
Ehhh tapi mrka ngomongnya uda 'aku kamu' yaaa...
:D
seideer #10
Chapter 25: Kisah kris yuri menarik juga