Peresmian

Cool Idiot

Mengetahui bahwa dia sangat berarti bagi Chan Yeol membuatnya juga menyadari bahwa betapa dia sangat menyukai namja yang sedang memeluknya erat ini . Namja yang sudah membuat hari-harinya terasa abstrak, aneh, tapi berarti. Ya, persis seperti kata Ibunya dulu, masa-masa sekolah Ji Hye menjadi berwarna.

Itu karena Chan Yeol.

Dia bisa benar-benar menyukai seseorang karena Chan Yeol.

Tertawa karena Chan Yeol.

Menangispun… karena Chan Yeol.

----

Selain semua perasaan senang itu dia juga serasa ingin memukul Chan Yeol. Kenapa dia baru bilang sekarang. Tapi dilain hati Ji Hye tak mau lepas dari pelukannya. Jadi dia Cuma bisa bergumam.

“Apa loe tahu seberapa besar gue benci sama loe?” tanya Ji Hye, sedikit tersedu-sedu.

Mendengar itu Chan Yeol mendesah sedih, “Hmmm. Gue tahu loe benci banget sama gue, tapi-“

“Gue benci sama loe karena loe baru bilang itu sekarang! Kenapa gak dari dulu-dulu?! Lu beneran idiot apa?!” Ji Hye akhirnya memukul Chan Yeol pelan di punggungnya. Lalu tiba-tiba Chan Yeol melepaskan pelukannya dan langsung menatap Ji Hye dengan tatapan bingung dan kaget. Dia tidak berharap bisa mendengar kata-kata itu dari Ji Hye.

“Lo…l-lo bilang apa barusan, Hye?” Chan Yeol terbata-bata, menginginkan kata-kata itu terulang kembali.

“Eishhhhh, lo emang idiot! Bego! Culuuun!” Ji Hye tak bisa menahan diri lagi. Sesaat dia melihat wajah Chan yeol yang benar-benar kaget, dia langsung  mendaratkan pukulan-pukulan pelan ke dada Chan Yeol. Chan Yeolnya Cuma pasrah dipukulin Ji Hye tapi akhirnya menghentikan gadis itu dengan meraih kedua pundaknya dan menarik tubuhnya mendekat.

Air mata Ji Hye menetes, bibirnya gemetar tapi dia berusaha membuka mulutnya untuk mengatakan semuanya. Sambil kedua matanya menatap lekat kedua mata Chan Yeol dia berkata “Kalo lo bilang itu dari dulu….mungkin kita gak terus menjauh satu sama lain dan lo juga gak mungkin harus nyakitin diri loe sendiri kayak gini”

Chan Yeol menelan ludah, tenggorokannya mulai kering dan hatinya serasa ditekan-tekan. “Gue…” Chan Yeol menduduk, “Gue pikir gue gak harus bilang karena orang yang lo suka itu Kris. Melihat betapa senengnya loe kalau sama Kris, gue jadi ngerasa gak punya kesempatan. Gue…gue juga takut ditolak sama loe. Jadi lebih baik gue gak pernah bilang”

Kata-kata Chan Yeol membuat Ji Hye mendengus marah, “Takut ditolak? Darimana loe tahu gue bakal nolak kalo loe sama sekali gak pernah coba untuk ngomong? Untuk sebuah penolakan harus ada pernyataan dulu, kan? Masa soal itu loe juga gak ngerti?!”

Chan Yeol terdiam. Dia menyadari benar kesalahan fatal yang telah dia perbuat, yang diakibatkan oleh pikiran sempit dia sendiri.

Ji Hye yang kesal ingin segera mengakhiri cerita rumit itu akhirnya bertanya, “Sekarang gue akan tanya pertanyaan yang sama yang pernah gue tanya ke elo dulu, tapi please…please loe jawab yang jujur sekarang” Ji Hye mendekatkan wajahnya ke wajah Chan Yeol, “Loe suka kan sama gue?”

Mata Chan Yeol yang bulat makin membesar ketika mendengar pertanyaan itu lagi. Dia melihat kesungguhan di mata Ji Hye. Kedua rahangnya mengencang dan jantungnya berdegup kencang. Sangat kencang.  Melihat Ji Hye yang menunggu jawabannya, akhirnya Chan Yeol menjawab “Iya. Gue suka sama loe…gue sayang sama loe, Hye…tapi itu semua percuma kan? Gak ada gunanya lagi gue bilang itu sama loe”

Ji Hye yang tadi merasa bahagia kini merasa di tampar lagi setelah mendengar kalimat terakhir Chan Yeol, “M-mwo? Percuma?”

“ Apa gunanya loe tahu perasaan gue ke elo kalo loe sekarang udah jadi milik orang lain? Pasti kata-kata itu akan terdengar konyol bagi loe, dan gak berarti apa-apa. Sesuatu yang berharga bagi loe itu Cuma dari Kris. Iya, kan?”

Wajah Ji Hye kembali menegang. Kedua tangannya membentuk tinju yang makin lama makin kencang. Dia benar-benar harus menghajar Chan Yeol dengan keras agar dia tidak berpikiran sempit lagi. Apa dia gak bisa menangkap kesimpulan dari perkataan Ji Hye sebelumnya? Perkataan bahwa dia berharap Chan Yeol mengatakan dirinya berarti untuknya jauh di awal-awal. Apa dia tidak bisa mendapat kesimpulan bahwa Ji Hye juga mempunyai perasaan yang sama?

Ji Hye benar-benar sadar bahwa dia sudah berurusan dengan cowok paling tolol sejagat raya. Dia tidak tahan lagi, didorongnya Chan Yeol dengan sekuat tenaga, tak cukup sekali, Ji Hye mendorongnya  lagi dan kemudian menghujaninya dengan pukulan bertubi-tubi sampai Chan Yeol tidak bisa lagi bergerak karena punggungnya sudah menempel ke tembok. Setelah menghantarkan pukulan terkahir, Ji Hye mulai menangis lagi dan berteriak  “LOE ORANG TERTOLOL YANG PERNAH GUE TEMUIN! LOE PIKIR KENAPA GUE MAU CAPEK-CAPEK CARIIN LOE KESINI. TERIAK-TERIAK. NANGIS-NANGIS DEPAN LOE KALO BUKAN KARENA GUE JUGA SUKA SAMA LOE!”

Deug!

seakan jantung Chan Yeol jatuh ke perutnya. Dia mendengar jelas satu persatu kalimat Ji Hye karena Ji Hye mengatakannya sambil berteriak.

“GUE HARUS GIMANA LAGI SUPAYA LOE SADAR!” Ji Hye memukul dada Chan Yeol lagi, tapi kali ini pukulannya melemah seiring tangisannya yang mulai menjadi-jadi. Chan Yeol melihat Ji Hye yang menangis dan seluruh badannya gemetar, tangannya masih ingin memukulnya tapi air mata yang terus mengalir membuatnya menarik tangannya ke wajahnya dan menutupnya rapat-rapat.

Chan Yeol merasa dia jauh lebih buruk daripada penjahat sadis manapun. Membuat gadis yang dia sukai menangis didepannya membuat dia ingin mati saja. Tapi tidak! Dia tidak mau mati begitu saja. Dia ingin hidup untuk terus melihatnya. Membuatnya tersenyum bersamanya. Tapi untuk itu dia harus menghentikan semua kebodohannya. Dan memutuskan untuk selalu jujur menyatakan perasaannya.

Cepat-cepat diraihnya tubuh mungil Ji Hye lalu membawanya kedalam pelukannya lagi.

“Mian….mian. Gue memang tolol. Gue bodoh karena gak menyadari itu semua sebelumnya dan cuma mikirin perasaan gue sendiri. Maafin gue Hye. Gue gak mau lihat loe nangis. Gue janji akan terus jujur dan gak jadi pengecut lagi. Gue gak akan bikin loe mengeluarkan air mata buat gue lagi. Gue janji”

Dengan keluarnya kata ‘janji’ dari mulut Chan Yeol, dia memeluk Ji Hye lebih erat, seerat mungkin untuk membuatnya lebih dekat.  Membuat gadis itu percaya padanya. Mulai saat ini dia tidak akan membuat Ji Hye jauh lagi dari dirinya.

Tidak akan

---

“Oppa…” Yuri memanggil Kris yang sedang asik mendengarkan musik sambil berdiri menatap gedung-gedung tinggi. Yuri, Kris dan Sunny masih berada di atap sekolah. Memikirkan bagaimana hasil dari Ji Hye menemui Chan Yeol.

Yuri dan Sunny mendiskusikan tentang rencana B kalau-kalau rencana itu gagal, atau Ji Hye dan Chan Yeol malah tambah berantem. Kris Cuma berdiri membelakangi mereka sambil memdengarkan musik. Dia tidak begitu ikut nimbrung dengan obrolan Yuri dan Sunny mengenai Ji Hye dan Chan Yeol, tapi dalam hati dia berharap mereka benar-benar baikan.

Dia tidak bisa menghindari mendapatkan perasaan sedih ketika tahu Ji Hye menyukai Chan Yeol, tapi Kris juga masih ingin berteman dengan Ji Hye, jadi dia benar-benar berlapang dada akan kenyataan itu. Terlebih lagi ada Yuri. Dia harus bagaimana dengan Yuri?

Dia tidak membencinya. Tapi tak dapat dipungkiri bahwa rasa sakit selalu datang setiap melihat Yuri. Rasa sakit ketika Yuri, dengan sepihak memutuskan hubungan mereka hanya karena alasan dia akan pindah keluar negeri. Yuri merasa dengan pindah keluar negeri membuat hubungan mereka benar-benar berakhir, tanpa berpikir bahwa Kris bisa saja menyusul Yuri ke Amerika, terlebih Kris juga punya saudara disana, dan orang-orang yang berhubungan dengan Yuri otomatis punya hubungan dengan keluarga dia, membuat Yuri bisa dengan mudah ditemukan. Tapi melihat ekspresi wajah Yuri yang sungguh-sungguh, dan juga ancaman gadis itu yang bilang tidak akan mau kenal dengan Kris lagi kalau Kris menyusulnya ke Amerika, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima keputuan itu mentah-mentah.

 Tapi sekarang… dia malah muncul tiba-tiba dan berlagak seakan kejadian itu tak pernah terjadi. Seakan dia tidak pernah mengatakan hal konyol itu dan membuatnya tidak tidur untuk beberapa hari.

Ketika Kris sedang berkelut dengan pikirannya, dia merasa ada orang yang menarik lepas salah satu earphonenya. Dia menoleh dan menemukan wajah cemberut tak lain dan tak bukan, Yuri.

“Aku panggil-panggil kenapa gak nyahut sih?”

Kris merebut kembali earphonenya dan memasangnya lagi ke kupingnya. Dia menghindari tatapan marah Yuri.

“Oppa!” seru Yuri.

Akhirnya Kris membuka kedua earphonenya dan menoleh ke arah Yuri, “Kenapa, sih?”

“Oppa yang kenapa! Oppa gak rela Ji Hye mau baikan sama Chan Yeol oppa?” Yuri memasang wajah jengkel.

“Kamu ngomong apa sih?” Kris memalingkan muka lalu berbalik pergi.

“Oppa, odi ka?!” Yuri mengejar Kris.

Kris tak menghiraukannya. Ketika tangannya mau meraih knop pintu, dia merasakan pelukan dari belakang. Kedua tangan Yuri sudah melingkari pinggang Kris dan dia menempelkan pipinya ke punggung Kris.

“Ah, masih hangat. Punggung oppa masih hangat, itu tanda oppa masih sama kayak dulu”

Sunny yang menyaksikan adegan itu Cuma terlihat salting. Bingung mau gimana jadi dia cuma bisa garuk-garuk kepala.

“Yuri…” panggil Kris

“Ya, oppa” jawab Yuri semangat.

“Lepasin…”

“Gak! Gak mau”

Kris menghela nafas dan menoleh ke arah Yuri, “Lepasin”

Melihat tatapan Kris, Yuri langsung melepaskan pelukannya. Seketika itu Kris langsung melangkah keluar, menghilang ke lantai bawah.

Yuri menggigit bibir bawahnya kesal. “Eishhhh” Yuri mendesis marah. Matanya masih menatap ke arah Kris menghilang, walau Kris tak lagi kelihatan.

“Oh!” Sunny memekik pelan, jarinya menunjuk wajah Yuri. “Hidung loe berdarah!”

Yuri menyeka hidungnya lalu melihat darah menempel di tangannya.

“Eishhhhh”

----

Ji Hye sudah merasa tenang. Kini mereka berdua duduk di atas salah satu meja, duduk bersebelahan dengan perasaan baru, apalagi setelah sedikit ‘drama’ terjadi, mereka jadi kikuk dan gugup. Suasanapun jadi agak panas dan aneh. Tapi karena mereka sudah terlalu lama diem-dieman akhirnya Chan Yeol buka mulut.

 “Hye….” Chan Yeol menatap wajah Ji Hye dengan malu-malu, dia ingin memastikan sesuatu tapi dia juga gak tahu harus bilang apa. Dia terus usap-usap belakang lehernya dan masih terus menatap wajah gadis itu yang sedikit sembab, tapi juga terlihat gugup. “….itu”

Akhirnya Ji Hye membalas tatapan Chan Yeol. Dilihatnya wajah Chan Yeol yang agak memerah. Dia jadi gak sabar juga, “Apa?”

“Soal Kris…” Chan Yeol masih aja ngomong sepotong-sepotong.  Ji Hye tahu apa yang ingin Chan Yeol tanyakan, akhirnya dia memutuskan menceritakan semuanya dengan jelas supaya si Chan Yeol gak terus-terusan bertanya-tanya.

“Soal Kris sunbae….” Ji Hye memulai, menatap keluar jendela “Sebenernya…kita gak pernah jadian”

“Ah?” Chan Yeol langsung cengo. Di tatapnya dekat-dekat wajah Ji Hye, “serius?”

“Iya!” Jawab Ji Hye sedikit membentak, “Emang bener kalo Kris sunbae pernah nembak gue, tapi gue tolak, itu juga baru tadi siang”

“Lo tolak Hye? Kenapa?”

Mendengar pertanyaan itu membuat Ji Hye langsung menatap Chan Yeol dengan tatapan tak percaya. “Kenapa? Kenapa loe bilang? KAN GUE UDAH BILANG ITU GARA-GARA ELO DODOL! KARENA YANG GUE SUKA ITU ELU! EISHHH BEGO BANGET SIH!” Ji Hye memukul Chan Yeol lagi.

“Ah, iya iya sorry. Sorry Hye…” Chan Yeol langsung menangkap kedua tangan Ji Hye yang memukulinya. Ji Hyepun berhenti karena menyadari kedua tangannya digenggam erat oleh Chan Yeol. Lalu sambil tersenyum, Chan Yeol menempelkan kedua tangan Ji Hye di kedua pipinya. Merasakan hangat dari kedua telapak tangan gadis yang begitu dia sukai di permukaan kulitnya, yang beberapa waktu lalu terasa berdenyut-denyut karena memar yang begitu menyakitkan, Kini berubah jadi hangat. Sensasinya menyenangkan. Rasa hangatnya-pun menjalar sampai hati. Hati Chan Yeol yang dulu terasa hampa dan beku, kini mulai mencair. Berubah hangat seperti cuaca musim semi, hangat…tapi masih cukup dingin sehingga ingin terus bersama orang yang disayangi.

“Thanks, Hye” Chan Yeol menatap kedua mata Ji Hye yang bengkak, tapi masih terlihat cantik. “Thanks karena loe juga punya perasaan yang sama. Gue emang tolol. Harusnya gue jujur waktu pertama kali loe tanya gue apa gue suka sama loe, eh…salah, seharusnya gue bilang dari setahun yang lalu. Ketika pertama kali gue liat loe disini…” Chan Yeol melihat sekeliling ruang dapur, lalu terkikik kecil “….melihat loe yang berlagak kayak seorang koki, aneh , tapi itu justru yang membuat gue tertarik sama loe. Membuat gue mencari seribu satu alasan ke temen-temen untuk pergi ke ruang club basket dengan harus melewati dapur ini dulu, supaya gue bisa liat loe, atau sekedar….ya ngintip. Loe memang gak ada di sini tiap hari, tapi justru hari sabtu itu menjadi hari yang paling gue tunggu-tunggu karena gue bisa liat diri loe yang sebenarnya, kenyataan loe yang punya senyum yang manis, tingkah yang lucu, apalagi kalo ngeliat masakan loe sendiri. Loe tuh narsis tapi lucu” Chan Yeol jadi ketawa-ketawa sendiri.

Ji Hye Cuma bisa diam. Dia hanya akan mendengarkan semua perkataan Chan Yeol. Karena, jujur…dia kangen banget dengan ChanYeol yang banyak omong. Mau dia bilang dia aneh juga dia rela.

“Ah, dulu loe pernah ngerasa kehilangan ayam goreng loe gak?” Tanya Chan Yeol, mukanya jadi aneh karena nahan ketawa.

Ji Hye memutar matanya sambil mengingat-ingat kejadian yang Chan Yeol maksud. Akhirnya dia inget. Itu kejadian saat dia memasak untuk ultahnya Sunny, setelah baru beberapa bulan dia bersekolah disitu “ I-iya pernah. Jangan-jangan…”

“Itu gue, Hye. Gue yang nyolong ayam loe” Chan Yeol nyengir kuda.

Ji Hye melotot, “MWO! Jadi itu elo?!”

“Bukan cuma ayam, tapi gue juga nyoba ambil spageti loe, tapi gue liat loe keburu dateng, jadinya tumpah deh”

“Oh, jadi spageti gue yang tumpah, itu juga gara-gara elo? DASAR LU YA KUCING GARONG!”  Ji Hye mencoba memukul Chan Yeol lagi tapi Chan Yeol keburu menarik Ji Hye lagi kedalam pelukannya.

“ARGHHHHH!” Chan Yeol berteriak, suara teriakannya bergema di ruangan yang sepi, lalu dia tertawa sambil memeluk erat Ji Hye dan mencium rambutnya. Dia membenamkan wajahnya di pundak Ji Hye dan bergumam. “Hari ini gue bahagia banget. Gue belum pernah sebahagia ini seumur hidup gue. Dan kebahagiaan gue itu adalah loe. Thanks Nam Ji Hye, thanks karena loe udah ada di hidup gue”

Mendengar Chan Yeol mengatakan kata-kata gombalan, Ji Hye merasa aneh, tapi aneh yang bahagia. “Segitu sukanya loe sama gue?” dia bertanya ketus, tapi sebenarnya malu dan tersentuh. Dia tidak pernah menyangka aka nada seorang cowok yang bisa menganggapnya sumber kebahagiaan. Lalu tanpa dia sadar dia sudah melingkarkan kedua tangannya di pinggang Chan Yeol. Memeluknya juga.

“Banget. Banget. Banget. Harus berapa kali gue bilang bangetnya? 100 kali? 1000 kali? Atau sejuta, Hye? Yang mana yang bisa bikin loe puas?”

“Iiiiih, gombal banget sih” Ji Hye merasakan pipinya sudah panas bagaikan berdiri diam di depan kompor. Tapi panasnya bukan panas yang bisa bikin melepuh, tapi panas yang bisa membuat hati melayang.

Tawa Chan Yeol makin menjadi-jadi, pelukannya juga semakin erat, seakan-akan Ji Hye bisa menghilang begitu saja. “Hye, jadi…kita resmi dong?” Chan Yeol cekikikan.

“Hah? Resmi?”

“Iya, resmi.” Chan Yeol melepaskan pelukannya dan menatap Ji Hye.

“Resmi  apa?” Ji Hye malah bertanya.

“Cieee, pura-pura gak tahu, pura-pura gak ngerti…” Chan Yeol mencubit kedua pipi Ji Hye. Ji Hye melepaskan diri.

“Apa sih?”

“Resmi jadi couple lah. Loe tahu kan couple. Loe, gue…jadian”

Mendengar kata ‘jadian’ Ji Hye jadi salting, tapi dia juga pengen ketawa. Tapi dia cuma diem.

“Kok diem sih?”

“Y-ya, terserah deh, couple kek, jadian kek, apalah terserah” Ji Hye menghindari pandangan jahil Chan Yeol.

“Oke” Chan Yeol merangkul pundak Ji Hye, “Gue akan bilang keseluruh sekolah kalau loe, cewek gue” Chan Yeol mencubit hidung Ji Hye, tapi Ji Hye malah panik.

“Hah? Keseluruh sekolah? Nanti gue dibully lagi ama fans-fans lu gimana?”

“Gak bakalan. Kalo mereka coba nyakitin loe lagi, siap-siap deh berakhir kaya Se Hun” Chan Yeol menyandarkan kepala Ji Hye dipundaknya, dielusnya lembut lengan Ji Hye. “Gue gak akan pernah lagi biarin siapapun nyakitin loe, Hye. Siapapun, termasuk gue sendiri”

Ji Hye merasakan geli yang menyenangkan di hatinya. Jantungnya berdegup kencang. Dia menutup kedua matanya dan membenarkan posisi kepalanya senyaman mungkin diatas pundak Chan Yeol. Sambil merasakan setiap sentuhan lembut Chan Yeol di lengannya, dia bergumam “Hmmm. Loe harus tepatin janji loe, kalo enggak loe yang gue bikin berakhir kayak Se Hun”

Chan Yeol tersenyum, “Iya. Gue janji”

“Bagus” kata Ji Hye.

“Ah, tinggal satu hal lagi…” Chan Yeol melirik Ji Hye.

Ji Hye membuka matanya, “Apa?”

“Kita kan udah jadian, loe udah resmi jadi cewek gue, jadi boleh dong gue…”

“ Apaan?” Ji Hye duduk tegak dan menatap Chan Yeol yang tersenyum jahil. Perasaanya rada gak enak.

“Gue boleh dong, cium loe”

“MWO!” Ji Hye gak nyangka Chan Yeol mengatakan kata-kata yadong itu. Jantungnya kembali deg-degan. Mereka sudah pernah ciuman tapi, suasananya beda. Ji Hye semakin gugup dan deg-degan ketika Chan Yeol mulai mendekat. Satu tangannya sudah memegang pipi Ji Hye.

Pelan Chan Yeol mendekat.

Perlahan.

Karena dia menginginkan semua itu istimewa. Tidak seperti yang pertama. Dia justru ingin membuat ‘itu’ lah ciuman pertama mereka.

Sudah tinggal berjarak beberapa senti.

Ji Hye menutup matanya.

Chan Yeol menelan ludah dan makin mendekat, dan…

Kriiiiiiiiiiiing.

Suara ponsel berbunyi.  Suasananya jadi buyar.

 Kacau.

Chan Yeol mengutuk ponselnya.

Ji Hye menyembunyikan wajahnya yang kesal. Mengernyit dan menggertakan gigi.

‘Sial’ adalah satu kata yang mereka berdua katakan dalam hati.

“Gue keluar. Disini panas. Sumpek!” Ji Hye menghentakan kaki dan berjalan menuju pintu keluar dengan perasaan dongkol.

Chan Yeol kewalahan, “Hye! Tunggu!”. Chan Yeol melepas baterai handphonenya lalu mengejar Ji Hye.

 

Bersambung Deh….

[A/N] Alahhhhhh, yadong gue keluar lagi.

Update guys. Gimana? Bagus gak? Mudah2an suka.  Gue bukan tipe orang yang bisa bikin dialog menyentuh, apalagi buat proses pernyataan cinta apa lagi dengan kedua karakter yang istilahnya dodol. Tapi mudah-mudahan cukup membuat kalian akhirnya mendesah dan berkata ‘akhirnya, jadian juga’ kekekekeke

sorry kalo ada typo coz buru-buru udah malem. dan ini beneran update di warnet jam segini.

Kayaknya besok final chapter, guys. tapi gak tau deng

Hint buat next chapter, aka nada kisah YURI X KRIS. Karena couple yang satu ini juga, harus ounya part penting. Oceh.

Gomawooo.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
LeeKietz
Sorry guys. Belum bisa update secepatnya coz laptop dibajak lagi sampai waktu yang belum ditentukan.

Comments

You must be logged in to comment
pcypeacesign61 #1
authornya keren bgt kok ga lanjut lanjut si thorr suka bgt sama ff ini lanjut dong thorr pleasee
nanamiharu #2
Chapter 32: LAH KAKAK AKU LAMA GA BUKA SEKALI BUKA BACA INI KOK NYESEK :""""""
chanhye gimana nasipe kak :"(
chanyeol juga ilang2an dia kira dia jongin main teleport /?
lanjut plis kak aku menunggumu
liuliuyifan #3
Chapter 31: alaah canyol knp ga nemuin jihye aja sih
mian thor bru komen chapt ini gw baru baca kmren hehe gw suka ff lu thor sueeeeer
seideer #4
Chapter 31: Lahhh chanyeol jd menye2 gt....
seideer #5
Chapter 30: Makin complicated nehhhh
seideer #6
Chapter 29: Wuahh knp hub chanyeok namji
seideer #7
Chapter 28: Wkwkkwkwkwkw pls lahhh chanyeol nam ji yg baru pacaran lebaynya saling sms an...hahha
seideer #8
Chapter 27: Chanyeol norak ahhh...sok romantis ngomongnya wkkwkw
seideer #9
Chapter 26: Arghhhhh tidakkkk ...kris yurinya nanggung tuhhhh...
Ehhh tapi mrka ngomongnya uda 'aku kamu' yaaa...
:D
seideer #10
Chapter 25: Kisah kris yuri menarik juga