Galau-ers

Cool Idiot

“Gimana ini???” Ji Hye menutup wajahnya dan berkata lirih. Dia masih merasa khawatir tentang nasibnya nanti. Dia bener-bener jadi musuh besar cewek-cewek di sekolah. Besok dan seterusnya dia harus gimana?

Ji Hye dan Chan Yeol berada di suatu taman di komplek perumahan deket sekolah. Ji Hye duduk di bangku taman dan sedang memikirkan hal apa yang akan terjadi padanya, sedangkan Chan yeol mencoba menenangkannya.

“Tenang Hye, kan ada gue” Chan Yeol merangkul Ji Hye tapi seketika itu Chan Yeol terjengkang karena Ji Hye mendorongnya keras.

“Elu sih pake cium-cium segala. Jadi berabe kan!” Ji Hye menghentakkan kakinya lalu berdiri menjauh. Berjalan maju mundur dan matanya menerawang tanah.

“Ya ampun, Hye kita kan udah jadian. Lagian sebelumnya kan gak jadi”

“Awas lu ya gitu-gitu lagi!” Ji Hye melotot pada Chan Yeol.

Chan Yeol buru-buru bangun dari jatuhnya, “Emang kenapa sih? gak apa-apa kali” Chan Yeol pasang senyum jahil.

“Tapi gak disekolah juga kan? gak di depan anak-anak juga kan?”

“Gak apa-apa, Hye. Kan gue udah bilang, gue mau nunjukin ke seluruh sekolah kalau loe udah jadi cewek gue. Soal cewek-cewek lain mah jangan peduliin. Gue gak bakalan biarin mereka jahatin loe lagi, Hye. ”

“Gampang buat loe ngomong, loe gak tahu seberapa barbar nya mereka. Loe gak mungkin harus sama gue seharian kan?”

“Ih, No Problem. 7 hari 24 jam. I’ll always by your side, Ji Hye” Chan Yeol merentangkan kedua tangannya sambil tersenyum lebar.

Ji Hye menatapnya cengo, “SARAP!” lalu jalan maju mundur lagi.

“Jangan  marah terus dong, pacarannya kapan kita kalo loe marah-marah terus?”

“Kenapa kita gak backstreet aja sih di sekolah?”

“Hah? Backstreet? Ya elah, Hye. Taun 2013 pacaran masih backstreet? Gak jaman, Hye”

“Ishhh. Lu mah gak ngerti. GUE MASIH TRAUMA TAUUUUU!”

Melihat Ji Hye yang memang panik dan stress, jalan maju mundur- depan belakang terus, Chan Yeol menghampirinya lagi dan memegang kedua tangannya.

“Udah dong, jangan maju mundur terus kayak setrikaan. Pusing gue liatnya.” Chan Yeol manyun, membuat wajahnya yang sedikit memar-memar jadi imut.

Ji Hye menatap namja-chinggu nya itu, terkadang Chan Yeol bisa terlihat seperti anak kucing. Menggemaskan. Ji Hye merasakan kedua tangan Chan Yeol yang hangat, membuat dia jadi sedikit tenang juga.

“Loe gak usah khawatir lagi soal anak-anak di sekolah. Gue akan tangani itu semua. Loe tahu kan mereka segan sama gue. Chan Yeol masih berkuasa di sekolah. Loe harusnya bangga punya cowok paling populer, paling keren…”

“Tapi anak-anak bilang Yang paling keren Kris sunbae deh” Ji Hye akhirnya sedikit menggoda. Tak tahan melihat gaya narsisnya itu.

“Oh, gitu ya? Ya udah ke Kris aja sono!” Chan Yeol pura-pura marah sambil mendorong Ji Hye pelan.

“Eishhh, lu mah gak bisa dibencandain!” Ji Hye menginjak kakinya Chan Yeol lalu duduk di bangku taman lagi.

“Iya. Ampun! Ampun!” Chan Yeol menghentak-hentakkan kakinya yang sakit lalu menghampiri Ji Hye dan berjongok di depannya. Ji Hye kaget dengan posisi Chan Yeol yang berada tepat di depannya. Dia gak nyangka Chan Yeol bisa se-agresif itu.

“Mau ngapain loe?” Ji Hye langsung memundurkan kepalanya menjauh, siap menghindar kalau-kalau Chan yeol mau curi- curi Kiss lagi.

“Gue mau sungkeman ama loe.  Ya mau liatin muka loe yang imut lah” Chan Yeol mencubit pipi kanan Ji Hye. Mata Ji Hye langung kedap-kedip salting.

“Cieee mukanya merah. Seneng ya dibilang imut?” Chan Yeol  cekikikan sambil nunjuk-nunjuk muka Ji Hye.

“Apaan sih lu?” Ji Hye mendorong wajah Chan Yeol, tapi dia juga nyengir dikit. Beneran deh dia harus latihan akting biar kalau lagi ge-er atau salting bisa ketutup.

Chan Yeol tertawa terbahak-bahak lalu berhenti ketika dia kembali menggenggam tangan Ji Hye dan kali ini menatapnya dengan tatapan serius. “Waktu gue bilang gue akan terus lindungin loe, gue gak bo’ong Hye. Walau gue ini kadang tukang ngibul tapi untuk hal satu itu gue gak mau main-main. Gue beneran akan buat loe terus tersenyum. Gak akan buat loe nangis lagi. Please, kali ini loe percaya sama gue. Loe mau kan percaya sama gue? Hmmm?”

Ji Hye merasa seperti memakan semua masakan terlezat sedunia, menerima hadiah termahal sedunia, menaiki kendaraan termewah sedunia, dan melihat hal terindah sedunia ketika dia mendengar perkataan Chan Yeol. Tapi baginya untuk bisa merasakan hati yang deg-degan, perut yang geli-geli asik, muka yang memerah Karena senang, tidak harus merasakan semua hal terbaik di dunia. Melainkan hanya melihat Chan Yeol yang begitu tulus, dengan muka ala anak kucingnya mengatakan kata-kata manis dan puitis. Semua itu terdengar sangat berharga karena Chan Yeol buka orang yang pandai merangkai kata, jadi setiap kata manis yang dia coba ucapkan terdengar serius. Langsung menusuk ke hati, menebarkan benih bunga yang akhirnya mekar seiring sadarnya Ji Hye bahwa dia sangat menyukai, dan menyayangi Chan Yeol.  Menyesal karena dulu dia tak pernah memperhatikannya.

Maka dengan mudahnya Ji Hye memberikan jawaban atas pertanyaan Chan Yeol. Dia tersenyum dan mengangguk pelan penuh arti. “Iya. Gue percaya. Dan memang harus, loe kan cowok gue”

Mendengar jawaban Ji Hye, Chan Yeol langsung merasa sesak nafas karena senang. Matanya juga melotot.

“YESSSS!” Chan Yeol  langsung berdiri dan berteriak sekencang-kencangnya. Mengangkat tangan ke atas seperti pemain bola yang baru mencetak gol, Cuma dia gak lari keliling-keliling lapangan. Eh enggak deng…sekarang Chan Yeol memang lagi lari keliling sambil terus bilang ‘YES! YES! YES!’.

Menyaksikan itu Ji Hye langsung liat kiri kanan. Kalau diliat orang bisa malu dia. Chan Yeol emang tukang cari gara-gara, perusak suasana. Dia sendiri yang tiba-tiba romantis tapi dia juga yang merubah suasana jadi aneh dan konyol.

Tapi Ji Hye yang tadinya kesel, melihat tingkah lucu Chan Yeol tiba-tiba berubah cekikikan.  

‘Dasar idiot’

#  #  #

Kris merapatkan tubuhnya di samping sebuah mesin minuman dipinggir jalan agar tidak terlihat. Dia sedang memperhatikan Yuri dari jauh. Tadinya dia memutuskan untuk pergi tapi entah kenapa dia malah bersembunyi, alasannya karena dia ingin melihat Yuri benar-benar pulang, setidaknya naik taxi, agar dia merasa sedikit tenang.

Berusaha keras agar Yuri tidak melihatnya, dia menjaga tubuh besarnya tidak terlihat. Walau orang-orang yang lewat meliriknya dengan tatapan aneh (mungkin karena dia terlihat mencurigakan) dia tidak perduli, matanya fokus pada Yuri yang berdiri sambil terus mengelap air matanya.

Jujur saja, Kris merasa sakit ketika dia memperhatikan Yuri yang benar-benar menangis tersedu-sedu. Sambil sesekali melap air-matanya tapi percuma, air mata tetap saja mengalir. Dia merasa Yuri pasti akan membencinya setelah melihat bagaimana dia memperlakukannya. Tapi apa boleh buat, Kris sudah telanjur sakit hati. Untuk kedepannya dia tidak tahu apa dia bisa bertemu dengan gadis bodoh itu lagi. Mungkin Yuri juga akan melupakannya.

Butuh waktu cukup lama untuk Yuri untuk berhenti menangis dan akhirnya menyetop taxi dan pergi. Diperhatikannya oleh Kris taxi yang membawa Yuri pergi sampai sudah sebesar semut. Keluarlah helaan nafas panjang dan lemah dari mulut Kris.

Dia memijit jidatnya untuk mencoba mengurangi rasa pusing di kepalanya. Saat dia keluar dari persembunyian untuk pulang, dia menemukan benda bewarna pink tergeletak di atas tanah. Sepatu Yuri. Pasangan sepatu itu tergeletak dua meter dari sepatu pertama satunya.

Kris mendesah tak percaya dan berjongkok di depan sepatu sebelah kanan yang pertama kali Yuri lempar ke kepalanya. Diambilnya sepatu itu. Dilapnya kotoran yang menempel di sepatu pink itu. Dia mengambil sepatu satunya lagi. Dibersihkan lagi kotoran atau debu-debu yang menempel.

Ditatapnya kedua sepatu itu.

‘Dasar Yuri dodol. Dia bisa kedinginan kalau jalan kaki gak pake sepatu’

Lagi-lagi Kris menatap sedih sepatu itu lalu membawanya pergi bersamanya.

#  #  #

Chan Yeol membungkuk di depan Ji Hye yang geleng-geleng kepala. Setelah lari-larian dia berhenti. Dia merasa capek tapi sekaligus menyenangkan. Senang rasanya bisa mengekspresikan perasaan bahagianya di depan Ji Hye, yang dulu waktu mereka masih kayak kucing anjing,  dia harus pintar-pintar menyembunyikannya.

“Cape kan loe? lagian siapa suruh lari-lari?” Ji Hye masih menggelengkan kepala dan mengejek Chan Yeol yang membungkuk, mencoba mengatur nafasnya kembali.

“Capek sih, tapi gak apa-apa karena gue lagi bahagia” Chan Yeol tersenyum.

“Cih!” Ji Hye memalingkan muka untuk menyembunyikan senyumnya.

“Gue haus, Hye. Cari minum yuk” Chan Yeol berdiri tegak lagi. Ji Hye mengangguk, lalu bangkit berdiri.  Chan Yeol berdiri di depan Ji Hye, memunggunginya dan mengulurkan tangan kirinya. Ji Hye menatap tangan Kiri Chan Yeol. Dia tahu maksudnya apa. Tadinya dia merasa malu tapi dia harus menepati kata-katanya pada Chan Yeol, yaitu percaya padanya.

Ji Hye menyambut uluran tangan kiri Chan Yeol dengan mengulurkan juga tangan kanannya. Seketika itu juga Chan Yeol tersenyum dan menggenggam  tangan Ji Hye erat tapi lembut. Ji Hye sudah memutuskan dalam hati untuk tidak takut. Biarlah semua orang tahu kalau mereka bersama. Entah siapapun yang melihat. Terutama para anak-anak cewek di sekolah. Di akan percaya pada Chan Yeol bahwa dia akan melindunginya. Mungkin ini sudah takdirnya menjadi pacar seorang cowok populer.

Dengan tangan dan jari yang masih mengunci satu sama lain, Ji Hye dan Chan Yeol berjalan beriringan di jalan setapak. Mengobrolkan hal-hal kecil tentang apa yang mereka lihat di jalan sampai akhirnya Chan Yeol memegang perutnya dan berhenti.

“Hye, laper gak?”

Ji Hye yang memperhatikan Chan Yeol yang mengelus-elus perutnya cuma balik bertanya, “Loe laper?”

Chan Yeol nyengir sambil angguk-angguk kepala.

“Ya, makan deh sono. Tuh ada warung ddokboki, atau loe mau makan ramyun?” Ji Hye menunjuk ke segala warung dengan dagunya

Chan Yeol mengernyit, lalu geleng-geleng “Pengen makan masakan loe. Kangen gua…”

“Masakan gue? Trus mau masak dimana?”

Chan Yeol mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum jahil, “Di rumah gue lagi aja. Di kontrakan”

“Masih aja loe tinggal disitu?” Ji Hye berubah khawatir

“Masih. Emang kenapa?”

“Kan gak nyaman. Emang kenapa sih ama rumah loe yang gedong itu? Nyokap sama bokap lu gak nyariin apa?”

Mendengar pertanyaan Ji Hye, Chan Yeol langsung mencibir, “Kayaknya enggak deh. Kemaren aja mereka mah nge e-mail gua cuma ngasih tahu kalo Papa menang tender dan bakal lebih lama di luar sono. Mereka pikir gue peduli gituh? Iiih sorry ya…”

Ji Hye memperhatikan Chan Yeol yang berusaha terlihat cuek dan bodo amatan, tapi Ji Hye tahu sebenarnya Chan Yeol sedih. Siapa sih yan gak sedih ditinggal sama ortu sendiri sibuk kerja?

“Yawdah” Kata Ji Hye dengan nada menenangkan, “Loe mau gue masakin apa?”

Muka Chan Yeol langsung sumringah, “Gue mau…hmmmm…apa yah? Hmmm…” Chan Yeol mengusap-usap dagunya. “Aduh bingung gue…hmmm…terserah loe deh. Apapun masakan loe gue suka Hye”

 Ji Hye tersenyum kecil, merasa tersentuh. “Yawdah. Kita beli bahannya dulu deh”

“Oke Oke”

Mereka berjalan lagi. Ji Hye memperhatikan Chan Yeol yang terus senyum-senyum. Dia gak tega juga harus ngelihat Chan Yeol tidur di ruma kecil itu.

“Tapi….nanti mah loe pindah aja deh, gak asik tinggal disono. Gak loe banget gitu. Bentar lagi mau ujian loe harus punya suasana nyaman untuk belajar”

“Masa? Iya deh nanti gue pindah” Kata Chan Yeol angguk-angguk.

“Bagus” kata Ji Hye angguk-angguk juga.

“Tapi kerumah loe” Chan Yeol cekikikan jahil

“Mwo?” Ji Hye menjitak Chan Yeol pelan, “Uhhh ngarep lu!”

“Ampun!” Chan Yeol cengengesan sambil menghindar jitakan Ji Hye lagi.

Kriiiiiing!

Terdengar suara telfon. Chan Yeol berhenti berjalan dan merogoh kantongnya. Dia mendapat panggilan telfon. Tapi dari ekspresi kaget yang dia keluarkan, Ji Hye melihat itu pasti telfon penting.

“Hallo, om…”

‘Om?’ Ji Hye penasaran.

“Ah, Iya om. Dia memang ada di sini, om gak tahu?”

Ji Hye memperhatikan ekspresi Chan Yeol yang terkejut. Lalu beberapa detik kemudian dia melotot.

“Hah?” Chan Yeol melirik ke JiHye dengan matanya yang besar, “serius om? Dia gak pernah cerita apa-apa sama Chan Yeol. Ah… Iya om, nanti aku ngomong sama dia”

Lalu Chan Yeol menutup telfonnya. Ekspresi kagetnya masih menempel di mukanya.

“Siapa?” Ji Hye makin penasaran.

“Bokapnya Yuri”

“Bokapnya Yuri?”

“Hmmm. Si Yuri bener-bener deh cari masalah mulu, eishhh” Chan Yeol mendesis marah.

“Yuri kenapa?”

“Ternyata dia gak bilang ke siapa-siapa kalau dia pulang ke sini?”

“Apa? Maksudnya…dia kabur dari rumah?”

“Hmmm. Ah, Sorry Hye...” Chan Yeol garuk-garuk kepalanya bingung, “Kayaknya acara masak kita harus ditunda dulu. Sorry, Ya. Gue harus cari si Yuri soalnya”

“Gak apa-apa” Kata Ji Hye cepat-cepat, “gue ikut ya, cari Yurinya”

Chan Yeol tersenyum dan mengangguk setuju. “Gue telfon dulu deh si Yuri biar lebih gampang nyarinya” Chan Yeol mulai memencet nomor. Sudah tersambung tapi tak ada jawaban.  “Eishhhh. Kagak diangkat lagi” Chan Yeol memelototi handphonenya.

“Coba telfon Kris sunbae, kali aja lagi barengan” Ji Hye member saran. Chan Yeol menurutinya tapi lagi-lagi dia menyumpah kesal.

“Sialan. Kagak diangkat juga”

Ji Hye mengambill handphonenya lalu menelfon Yuri. Ternyata dalam dering ke tiga diangkat.

“Hallo! Yuri! Loe dimana?” Kata Ji Hye sambil mengernyitkan jidatnya. “Berisik amat sih. Kagak kedengeran loe ngomong apa. Loe dimana? GUE TANYA LOE DIMANA?” Ji Hye makin frustasi ketika dia tak juga mendapat jawaban sari Yuri, malah dibelakang terdengar suara gaduh musik. Chan Yeol mengambil alih telfon itu tapi belum sempat ngomong sudah siputus.

“Kenapa?”

“Diputus”

“Trus gimana? Dia ada dimana sih?”

Chan Yeol mendesah pelan, “Kayaknya gue tahu dia dimana”

#             #             #

Dengan hati-hati Chan Yeol membawa Ji Hye berjalan di lorong sebuah tempat karaokean. Karena hari itu sudah sore jadi tempat itu sudah lumayan ramai. Chan Yeol tahu Ji Hye gak terlalu suka tempat ramai dan agak gelap.

“Loe yakin Yuri disini?” tanya Ji Hye, matanya menyusuri seluruh lorong.

“Iya” jawab Chan Yeol sambil ngintipin satu-satu pintu. Sampai dia berdiri di sebuah pintu yang bertuliskan nomor 212. “Itu dia…” kata Chan Yeol sambil mendesah lega karena sudah menemukan gadis nekat itu. Ji Hye ikut mengintip sambil jingkit kaki. Dilihatnya Yuri lagi duduk bersila diatas meja, menghadap ke layar TV sambil tubuhnya goyang-goyang pelan seiring lagu yang dia nyanyikan.

Walaupun pelan Ji Hye dapat mendengar dia bernyanyi dengan penuh emosi

Bagaimana caranya untuk…..agar kau mengerti bahwa…aku cinta….’

‘Cintaku sedalam samudera…setinggi langit di angkasa kepadamu…’

“Kumat lagi dia” kata Chan Yeol

“Kumat?” Ji Hye bingung

“Iya. DIa kalau lagi galau berubah jadi mp3 player, gak berhenti-berhenti nyanyi, kayak radio rusak”

“Oh…”

Lalu ketika Yuri berusaha meneguk bir yang dia simpan disebelahnya, Chan Yeol langsung membuka pintu dan menerobos masuk. Direbutnya bir dari tangan Yuri membuatnya menoleh terkejut.

“Oppa!”

“Kamu tuh ya! Ngapain sih disini?”

Yuri tak menghiraukannya, dia malah melanjutkan nyanyinya.

Cintaku sebesar dunia….seluas jagat raya ini kepadamu’

“Hei, Yuri!” Chan Yeol mendorong Yuri pelan, Yuri masih cuek dan terus nyanyi, kali ini sambil teriak.

‘BAGAIMANA CARANYA AGAR KAU MENGERTI…BAHWA AKU MENCINTAIMU SELAMANYAAAAA! OOOO’

Akhirnya Chan Yeol merebut mic nya. Melemparnya ke sofa. Memelototi gadis yang juga memelototinya.

“Oppa ngapain sih disini?” kata Yuri jengkel.

“ Kamu kenapa sih main kabur-kaburan segala? Bikin orang tua khawatir?”

“Apa sih?” Yuri mengambil lagi bir miliknya, tapi kali ini Ji Hye yang merebut.

“Udah, Yuri!”

Kali ini Yuri memelototi Ji Hye, “KALIAN NGAPAIN SIH DISINI? MAU PAMER KALO BARU JADIAN, HAH? PERGI SONO! PACARAN KEK NGAPAIN KEK, JANGAN NGURUSIN GUE!” Kayaknya Yuri udah agak mabuk, dia jadi gampang marah.

Chan Yeol berdiri di depan Yuri, “Heh, tadi Papa kamu telfon! Kenapa kamu main kabur aja? Papa sama Mama kamu pusing nyariin kamu, tahu!” Chan Yeol menatap Yuri lekat-lekat, seperti seorang kakak yang kagi interogasi adiknya.

“Bodo amat!” Yuri memalingkan muka.

Chan Yeol berjongkok membuat matanya selevel dengan Yuri, ekpresinya lebih lembut “Kamu kenapa gak pernah cerita sih sama Oppa? Soal Mama sama Papa kamu?”

Yuri menatap ke bawah, rambut panjangnya seperti tirai gorden yang menutupi wajahnya.

“ Kalo kamu bilang dari dulu mungkin Kris juga-“

“ARGHHH! AKU GAK MAU BAHAS SOAL ITU! NGINGETNYA JADI PENGEN BUNUH DIRIIIIII!” Yuri berteriak sambil ngacak-ngacak rambutnya. Mendengar teriakan Yuri Ji Hye dan Chan Yeol kaget. Chan Yeol langsung terlihat marah dan kembali membentak.

“JANGAN NGOMONG SEMBARANGAN KAMU!”

Yuri terlihat mau menangis tapi dia tahan, sambil mengertakan gigi dia berteriak, “AKU GAK MAU PEDULI LAGI MEREKA CERAI ATAU ENGGAK! MEREKA JUGA GAK PERNAH PIKIRIN PERASAAN AKU, YANG MEREKA TAHU CUMA EGO MEREKA UNTUK KEPUASAN MEREKA. ORANG TUA MANA YANG BERSAING DIRUMAH SENDIRI?”

Chan Yeol garuk-garuk kepala bingung.

“DIANTARA SEMUANYA OPPA YANG PALING NGERTI GIMANA RASANYA DICUEKKIN ORANG TUA SENDIRI, IYA KAN! JADI GAK ANEH KALO AKU MUAK DAN PERGI DARI RUMAH. APA SALAH NYA SIH AKU PENGEN KETEMU KALIAN? EMANG AKU SEBEGITU NGEREPOTINNYA?”

“Siapa yang bilang begitu?” Chan Yeol bertanya sedih.

“KRIS OPPA YANG BILANG BEGITU! KRIS OPPA YANG BILANG AKU LEBIH BAIK PULANG KARENA DIA BENCI SAMA AKU. KRIS OPPA YANG BILANG KALAU AKU INI ORANG PLIN PLAN DAN DIA BENCI ORANG PLIN PLAN , AHHHHH”

Yuri menangis sejadi-jadinya. Buru-buru Chan Yeol memeluknya. Dengan terus menerus mengelus-elus punggung gadis itu dan berkata. “Kris emang bego, kamu jangan dengerin dia”

Ji Hye mundur langkah demi langkah. Sepertinya mereka butuh waktu berdua. Masalah itu hanya mereka yang bisa menyelesaikan, Ji Hye gak tahu harus ngapain. Jadi dia lebih baik diem di luar. Dengan bersandar di tembok Ji Hye menunggu di luar. Sambil pikirannya juga merenung. Dia belum pernah melihat Yuri terlihat serapuh itu. Ada kalanya dia mirip seperti Chan Yeol. Dia berbuat sesuka hati karena hanya hal itu yang bisa membuatnya teralihkan dari kenyataan bahwa sebenarnya mereka kesepian. Yuri sudah cukup terlihat tangguh dan berani pergi ke sini sendirian dengan misi konyol, untuk mendapatkan hati Kris lagi, karena dengan dia membaut misi seperti itu dia mash punya kepercayaan diri untuk melanjutkan hidupnya. Ji Hye gak menyangka kehidupan orang-orang kayak juga bisa serumit itu.

Lalu ditengah-tengah lamunannya, Ji Hye merasakan tepukan lembut di kepalanya, dia menoleh dan melihat Chan Yeol sudah berdiri sampingnya.

“Yuri udah tenang?”

“Hmmm. Gue mau coba telfon Kris lagi, Yuri gak mau dengerin gue untuk pulang. Gue coba suruh Kris bujuk dia”

Ji Hye angguk-angguk ,menyetujui Ide Chan Yeol.

“Hye, gue boleh minta tolong gak? Tolong jagain Yuri, gak apa-apa kan?”

Ji Hye mengangguk dan tersenyum, “Gak papa”

Chan Yeol menempelkan kedua tangannya ke pipi Ji Hye, “Thanks, ya”

“Ya udah, gih”

Setelah tersenyum Chan Yeol kemudian pergi.  Ji Hye membuka pintu ruang karaokean itu sedikit. Dilihatnya lagi Yuri yang kembali ke posisi menyanyi seperti semula. Terdengar lagi lagu sendu yang Yuri nyanyikan.

‘Jika aku…bukan jalanmu. Ku berhenti mengharapkanmu. Jika aku memang tercipta untukmu…ku kan memilikimu. Jodoh pasti bertemu….”

Mendengar Yuri bernyanyi Ji Hye baru menyadari suaranya lumayan juga. Dengan langkah perlahan Ji Hye berjalan menghampiri Yuri, lalu dia duduk disebelah Yuri yang bersila. Otomatis Yuri menoleh pada Ji Hye. Ji Hye memberikan senyumnya yang menenangkan, seketika itu Yuri memeluknya dengan erat.

#             #             #

Di usaha ke sepuluh Chan Yeol baru bisa berhasil membuat Kris mengangkat telfonnya, mugnkin karena Kris lama kelamaan sebel ditelfonin terus.

“Heh, dimana lu?” tanya Chan Yeol agak berang

“Kenapa sih?” Kris balik bertanya dengan nada malas.

“Gue tanya lu dimana?”

“Buat apa? Bukannya lu lagi sama JiHye? Jagain aja Ji Hye”

“Ji Hye bukan urusan elu! Urusan elu tuh si Yuri”

“Yuri bukan urusan gue lagi”

“Gue mau ngomong soal yuri. Lu dimana PE-A?!”

Kris tak menjawab. Tapi kemudian Chan Yeol bisa mendengar suara sesuatu yang di lempar ke tembok. Suara bola. Kini Chan Yeol tahu dia dimana. Walau mereka berbeda sifat mereka punya kebiasaan yang sama, yaitu kalau lagi galau pasti main basket sendirian di GOR sekolah.

“Loe diem disitu. Jangan kemana-mana!” setelah mengatakan itu Chan Yeol menutup telfonnya lalu dia mengirim sms ke Ji Hye.

‘Hye, gue mau nyusulin Kris ke sekolah. Loe tunggu disitu ya sama Yuri’

Ji Hye membalas:

‘Iya. Tapi loe ngomongnya baek-baek ya, jangan pake berantem’

Membaca itu Chan Yeol nyengir, ternyata JI Hye sudah mengerti sifat Chan Yeol dengan lebih baik.

‘Iya bawel. Tapi gue gak janji ya. Si Kris kan dodol juga orangnya’

‘yah, terserah loe dah. Yuri udah nangis-nangis nieh, cepetan!’

‘Oke’

Chan Yeol langsung menghentikan Taxi lalu meluncur ke sekolah.

---

Chan Yeol memperhatikan Kris yang lagi melempar bola basket ke ring dengan kasar. Terdengar berulang ulang suara rincingan rantai ring ketika bola basket masuk. Tak bisa dipungkiri bahwa Kris memang lebih jago dari Chan Yeol dalam soal shoot bola. Walau dalam keadaan antara dilemma dan galau sekalipun.

“Oi!” Panggil Chan Yeol. Kris langsung menoleh dan wajahnya terlihat tidak senang.  Dilemparnya lagi bola basket itu ke ring dan masuk.

‘Darimana loe tahu gue disini?” tanya Kris sambil men-dribble bolanya dengan satu tangan.

“Cih! Emang gua baru kenal lu kemaren?” Chan Yeol berjalan menghampiri Kris dan merebut bolanya. Kini Chan Yeol yang asik men-dribble . Kris Cuma diem mematung, lalu dia berkata.

“Kalau loe mau ngomongin Yuri. Sorry, gue gak mau denger. Gue udah gak peduli sama anak manja itu”

Chan Yeol yang tadinya mau mencoba melempar bola ke ring menghentikan gerakannya. Dia menoleh ke Kris dengan gusar, “Mwo?”

Kris melirik Chan Yeol dengan jutek lalu dia pergi ke pinggir lapangan. Chan Yeol tak tahan lagi. Dia mendesah dan melihat ke atap, “Anjiir…untung gue gak janji sama Ji Hye” setelah bergumam, dlemparkanlah bola basket itu ke arah belakang Kris dan mengenai punggungnya, saking kencengnya terdengar suara ‘DUK’ keras.

Kris berbalik marah. Dia melangkah cepat-cepat kearah Chan Yeol lalu ditariknya kerah bajunya, “Loe nyari ribut, HAH?”

“Iya. Emang kenapa?” tantang Chan Yeol. “Gue tanya, loe tau gak alasan Yuri sebenarnya tiba-tiba ke sini kenapa?”

“Gue udah bilang, gue gak peduli!” Kris mengencangkan rahangnya.

“Dimulut loe bilang gak peduli, tapi gue tahu loe masih peduli. Loe tuh bego apa tolol? Loe gak bisa liat Yuri bener-bener tulus pengen balikan sama loe?”

“Loe tahu apa, sialan!” Kris akhirnya menghantarkan tinju ke muka Chan Yeol. Luka di wajah Chan Yeol yang tadinya sudah mengering sekarang jadi berdarah lagi. Memar lagi.

Chan Yeol menjilat darah di ujung bibirnya. Dia tidak membalas Kris, karena Kris selalu emosi ketika isi haitnya yang dia tidak mau katakan terungkap. Kris adalah orang yang paling suka pura-pura santai. Giliran ketahuan, dia pasti emosi. Sama seperti sekarang.

“Loe tahu apa soal perasaan gue?” tanya Kris.

“Dulu dengan bangganya loe bilang kalau didunia ini Cuma loe yang paling bisa ngertiin perasaan Yuri. Lebih dari gue. Tapi apa sekarang? Dengerin dia aja loe gak mau. Ngasih kesempatan buat dia jelasin aja loe gak bisa. Itu yang loe sebut paling bisa mengerti perasaan?”

“Itu dulu. Sekarang gue gak peduli”

“Loe sadar gak sih, Yuri tuh masih kayak dulu. Dia masih suka nyembunyiin sesuatu. Dan selalu loe yang bisa nangkep itu semua. Loe pikir deh, senekat apapun Yuri dia gak mungkin iseng-iseng dateng ke sini kalau gak ada sesuatu yang bikin dia senekat itu”

“Sebenernya lu mau ngomong apa sih? belibet banget. Gue jadi males denger ocehan loe!” Kris berbalik lagi lalu berjalan menjauh.

“Ortunya Yuri cerai!”seru Chan Yeol.

Kris menghentikan langkahnya.

“Loe masih ingetkan gimana ekspresinya Yuri waktu dia pertama kali liat ortunya berantem? Di hari ultahnya waktu itu, dia nyanyi lagu tiga beruang sambil nangis-nangis. Dan kejadian itu terjadi lagi, dan lu tahu, kali ini dia nyoba mabok segala! Dia dateng kesini baut nyariin loe, yang tadinya dia kira bisa bikin dia tenang lagi, ngelupain masalahnya, tapi apa? Loe malah jauhin dia. Loe bisa bayangin gak gimana perasaannya. Disaat sedih pastinya pengen sama orang-orang yang bisa loe percaya, dan orang yang palling dia bisa percaya itu elo, Kris. Dia udah ngerasa terbuang sama ortunya, sekarang loe tambah bikin dia jadi gak semangat hidup lagi loe tahu gak?! DIA BAHKAN NYOBA BUNUH DIRI LOE TAHU GAK! DIAMERIKA SONO DIA COBA NELEN OBAT-OBATAN LO TAHU KAGAAAAK!” Chan Yeol berteriak ketika mengucapkan kalimat terakhir itu.

‘Oke, Kris. Gue emang lebay. Tapi  itu biar bikin loe sadar!’  Chan Yeol berkata dalam hati.

Chan Yeol makin merasa caranya berhasil karena dia udah bisa melihat Kris yang mematung dan kedua tangannya membentuk tinju. Lalu dia menambahkan agar bikin Kris tambah bersalah.

“Masih mending dia berfikiran panjang dengan datang ke sini. Buat misi untuk dapetin hati loe lagi, dari pada mengakhiri hidupnya dengan cara konyol, tapi kalau loe terus cuekin dia gue gak tahu lagi dia bisa berbuat nekat apa. Loe harusnya dukung dia, bikin dia ceria lagi, keluarin deh gombalan loe yang dulu loe sering bilang ke dia dulu. Nantinya kalau loe gak sadar, dan dia akhirnya berbuat nekat, loe juga yang paling merasa bersalah disini, Kris!”

Chan Yeol melihat Kris menunduk dan mulai menempelkan satu tangan di kepalanya

‘Loe sadar kan sekarang, Kris?’ Chan Yeol angguk-angguk.

“Udah. Gue cape ngebacot terus. Sekarang loe mending pergi temuin Yuri di noraebang di daerah_____, loe ngomong baek-baek. Ngobrol. Dengerin dia”

Kris masih diam seribu kata. Tapi Chan Yeol yakin Kris mulai tersentuh dan mulai mendengarkan dia. Chan Yeol memijir-mijit rahangnya, karena ngmong terus, memar di wajahnya jdi sakit lagi. “Loe pikirin dalem-dalem. Loe temuin Yuri. TAPI  MIKIRNYA GAK PAKE LAMA. Gue pergi!”

Setelah pamit Chan Yeol melangkahkan kakinya keluar GOR. Tapi alih-alih pergi, dia mengambil posisi bersembunyi di balik tembok belakang.

Kris menggertakan giginya. Pikirannya membayangkan kejadian buruk yang  terjadi pada Yuri, kalau apa yang Chan Yeol soal Yuri mau bunuh diri itu bener. Dia belum bisa berpikiran jernih, dia masih marah pada Yuri yang kenapa tidak memberikan kesempatan untuk dia melampiaskan kekesalannya sebentar, tapi dia malah datang dengan cerita itu, membuat Kris menjadi bersalah. Dia masih ragu untuk menemui Yuri atau tidak, tapi seketika matanya menangkap sebuah kotak coklat di atas bangku penonton, yang berisi sepatu Yuri yang tadi dia lempar, hatinya mulai meleleh.

Sementara itu Chan Yeol lagi laporan pada Ji Hye, sambil ngumpet di balik tembok, nungguin Kris keluar.

‘Tahu nieh, Kris bego bener sih’ Kata Chan Yeol.

‘Kira-kira Sunabe bakalan dateng gak ya? Yurinya sih udah tenang, lagi tiduran dia sekarang’ kata Ji Hye

‘Kalo dia gak pergi juga, gue yang akan bunuh dia. Beneran , Hye’

‘Jangan barbar gitu dong. Tungguin dulu deh’ bujuk Ji Hye.

‘Iya sih, tapi-EH!’ Chan Yeol berseru kaget dan langsung memfokuskan matanya ke seseorang yang berlari keluar dari GOR.

Kris.

‘Kenapa?’ Ji Hye bertanya cemas.

Chan Yeol tersenyum senang  ‘Hye, Kris pergi. Berhasil nieh! BERHASIL!’

 

Bersambung Deh…..

[A/N] Update lagi guys. Mudah-mudahan gak belibet ceritanya. Masih soal Yuri x Kris. Menuju akhir tujuan…..

Gomawo ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
LeeKietz
Sorry guys. Belum bisa update secepatnya coz laptop dibajak lagi sampai waktu yang belum ditentukan.

Comments

You must be logged in to comment
pcypeacesign61 #1
authornya keren bgt kok ga lanjut lanjut si thorr suka bgt sama ff ini lanjut dong thorr pleasee
nanamiharu #2
Chapter 32: LAH KAKAK AKU LAMA GA BUKA SEKALI BUKA BACA INI KOK NYESEK :""""""
chanhye gimana nasipe kak :"(
chanyeol juga ilang2an dia kira dia jongin main teleport /?
lanjut plis kak aku menunggumu
liuliuyifan #3
Chapter 31: alaah canyol knp ga nemuin jihye aja sih
mian thor bru komen chapt ini gw baru baca kmren hehe gw suka ff lu thor sueeeeer
seideer #4
Chapter 31: Lahhh chanyeol jd menye2 gt....
seideer #5
Chapter 30: Makin complicated nehhhh
seideer #6
Chapter 29: Wuahh knp hub chanyeok namji
seideer #7
Chapter 28: Wkwkkwkwkwkw pls lahhh chanyeol nam ji yg baru pacaran lebaynya saling sms an...hahha
seideer #8
Chapter 27: Chanyeol norak ahhh...sok romantis ngomongnya wkkwkw
seideer #9
Chapter 26: Arghhhhh tidakkkk ...kris yurinya nanggung tuhhhh...
Ehhh tapi mrka ngomongnya uda 'aku kamu' yaaa...
:D
seideer #10
Chapter 25: Kisah kris yuri menarik juga