시간 : 17

PERFECT TIME

SUMMER 2014 : Her Dreams Come True


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

warning : Typos everywhere cause didnt check it, sorry T_T

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

Sooyoung mengaitkan tangannya ke tangan Seulgi dan Wendy. Mereka bertiga dan juga Irene tengah saling melingkar memanjatkan doa untuk kesuksesan penampilan pertama mereka di layar televisi. Tidak ada yang paling mendebarkan dari itu. Tidak ada yang paling mereka tunggu selain itu. Wendy masih menggumamkan banyak barisan doa untuk kelancaran mereka, Sooyoungpun demikian, mengamini setiap doa yang terucap.

“Amin.” Ujar mereka berempat bersamaan. Lalu keempatnya sama-sama tersenyum. Mereka saling menguatkan satu-sama lain. Menjadikan satu yang lain sebagai penyemangat. Terlepas dari masing-masing mereka memiliki pasangan yang terus menyemangati mereka.

“Youngie!!” seseorang memanggil Sooyoung. Dan Sooyoung menghapal suara itu jauh dilubuk hatinya. Senyum Sooyoung merekah lebar, dia tak tahu bahwa Junhong memutuskan untuk datang seperti ini. Seingat Sooyoung jadwal Junhong bulan itu sangat padat. Beberapa rangkaian tour dan sebagainya.

“Oppa!” serunya. Junhong tersenyum sambil membawakan 4 buket sedang es krim vanilla, coklat, strawberry dan greantea. Semuanya rasa favorit member Red Velvet. “Aku membawakan ini. Supaya kalian tidak panik.” Ujar Junhong. Sooyoung serta merta menyongsong kekasihnya. Lalu dengan semangat dia meraih salah satu buket es krim rasa vanilla kesukaannya.

“Gomawo uri namchin.” Serunya. Junhong tertawa, tangannya otomatis membelai puncak kepala Sooyoung. “Semangat untuk debut. Aku tak bisa mengantarkanmu ke tempat tapping, tapi aku akan terus mendoakanmu supaya kau sukses dan tak ada kesalahan. Oke?” ujar Junhong. Wajah Sooyoung tersenyum, dia tak pernah meminta lebih. Cukup telepon saja sudah cukup. Hanya saja, junhong selalu memberinya lebih.

“Kehadiranmu disini sudah lebih dari cukup, oppa. Thank you.”

……

 

FALL 2014  : Love Cocktails part 2

Junhong hendak mengetuk pintu apartemen hitam itu dengan ragu-ragu. Dia tahu dirinya dinantikan dan diinginkan. Tapi tetap saja, dia bingung harus bagaimana. Dia teramat menyayangi Sooyoung, mencintainya mungkin terkesan berlebihan, tapi itulah dia. Sengaja Junhong tidak masuk sekolah hanya untuk menghindari Sooyoung, karena dia tak tahu apa yang harus mulai dia katakan jika bertemu Sooyoung.

Junhong menyandarkan badannya yang tinggi didepan bel pintu Sooyoung. Matanya terpejam, mencari kekuatan. Dia tahu, menemui Sooyoung malam ini sudah lebih dari cukup. Dia tak perlu mempertimbangkannya lagi. Lalu ditekannya bel pintu. “Youngie, ini aku.” Dia berujar lirih. Pintu serta merta terbuka. Nampak Sooyoung sedang menangis dan menghambur memeluk erat Junhong.

“Aku menunggumu dari tadi, aku menatap monitor bel pintu. Aku tahu kau sudah disana sejak 30 menit yang lalu. Tapi melihatmu sendiri bingung membuatku menangis. Aku benar-benar merindukanmu. Aku minta maaf untuk segalanya, oppa. Aku mencin..” kalimat panjang Sooyoung tak jadi diselesaikan. Dengan berani Junhong sudah mengecup bibir merah Sooyoung.

Junhong melepaskan ciumannya saat Sooyoung masih saja kaget dengan apa yang mereka lakukan. Junhong tersenyum, “Kita sudah cukup umur kan?” ujarnya pelan. Wajah Sooyoung memerah. Ini ciuman pertama mereka. Biasanya mereka hanya mencium pipi saja. Tidak lebih.

“Youngie…” panggil Junhong. Sooyoung mengangkat kepalanya, menatap Junhong dengan tatapan masih tak percaya. Tapi kemudian dia tersenyum. “I love you, oppa. Maafkan aku.” Junhong menggeleng. “Aniya, maafkan aku yang merajuk begini.” Mereka berdua tersenyum. Menyelesaikan masalah mereka dengan cara mereka sendiri.

……

 

Sooyoung memeluk Junhong lebih erat dari yang dia biasa berikan. Hatinya ikut terluka bersama air mata Junhong yang leleh dipipinya. Sooyoung terus diam menunggu sampai Junhong membuka dirinya untuk mulai bercerita. Beberapa bulan yang lalu Sooyoung pernah berjanji, akan menjadi orang yang bisa diandalkan oleh junhong. Menjadi tempat untuk Junhong bersandar. Dibelainya dengan lembut punggung Junhong seperti yang biasa Junhong lakukan untuknya.

Belasan menit masih mereka habiskan bersama diruang tamu apartemen Sooyoung, untungnya Sooyoung sudah mengambil cuti selama 3 hari. Dia memerlukan waktu untuk menemani Junhong. Sooyoung tak mau mengulangi kesalahan yang sama dengan meninggalkan hari sepenting ini. Semenakutkan itu.

Sooyoung menarik dan menghelakan nafasnya pelan. Membiarkan ketenangan merayapi dia dan Junhong. Hanya itu yang merka lakukan. Belasan menit menjadi tak terasa berubah menjadi hitungan puluhan. Lalu menit bergerak mencapai jam.

Dua jam sudah Junhong menangis tanpa berhenti. Bagi orang lain mungkin akan menilai Junhong sangat manja. Tapi bagi Sooyoung, masa seperti inilah Junhong nampak apa adanya dan manusiawi. Tak mungkin ada manusia yang sanggup sendiri saat melewati masalah. Setidaknya mereka membutuhkan satu orang saja untuk menguatkan mereka. Untuk menjadi tempat bersandar. Dan Sooyoung merasa lega, Junhong memilihnya.

Junhong bergerak dari posisinya yang semula memeluk Sooyoung. Pelukannya pada Sooyoung terlepas. Dengan eksprsi khawatir Sooyoung menatap sepasang mata Junhong yang merah dan sembab sempurna. Senyum Junhong menghilang sudah. “Oppa, kau baik-baik saja?” tanya sooyoung. Junhong menggeleng. Kepalanya menunduk dan tangannya bertautan. Sooyoung meraih salah satu telapak tangan besar yang menjadi favoritenya itu. Mengecupnya dan tersenyum. “Semua akan baik-baik saja oppa. Bersabarlah.” Hibur Sooyoung.

Junhong menatap sayu kekasihnya kemudian kembali memeluk Sooyoung. Kali ini dia bukan hanya menangis, tapijuga sampai tertidur dipelukan Sooyoung. Sooyoung tersenyum dan kembali membelai puncak kepala Junhong. Senyumnya terulas melihat tingkah Junhong. Tapi hatinya masih ikut terluka bersama Junhong. Samar-samar Sooyoung dapat mendengar berita yang ditampilkan dilayar TV. Berita tentang B.A.P. “Kalian akan melewatinya dengan baik, oppa. Kalian akan melewatinya.” Bisik Sooyoung lirih, tanpa terasa air matanya meleleh begitu saja.

“Grup Band yang sedang naik daun, mengajukan gugatan pembatalan kontrak kepada Agensi mereka. Mereka adalah B.A.P”

……

 

“Kau masih tak bisa menguhubunginya, Sooyoung-ah?” tanya Wendy khawatir. Wajah Sooyoung muram. Berkali-kali Sooyoung mencoba menghubungi Junhong, namun sekalipun tidak bisa dihubungi. Begitupun dengan member B.A.P lainnya. Mereka seolah sama-sama menghindar untuk menjawab dimana keberadaan Junhong. Berdasarkan cerita Daehyun, Junhonglah yang terlihat terluka saat keputusan itu dibuat.

 

(flashback)

“Sooyoung, dengar. Masalah ini akan sangat rumit sekali. Kau tahu salah satu alasannya adalah karena kami berenam dipaksa terlalu keras untuk bekerja sementara gaji yang seharusnya kita dapat tidak sebanding. Bukan melulu karena uang, tapi juga alasan kesehatan. Mereka mengabaikan kesehatan kami. Aku dan Himchan-hyung adalah alasan nyata. Junhong merasa marah sekaligus dikhianati. Karena dia masih sangat muda untuk menghadapi ini, aku rasa dia sulit menerimanya.” Sooyoung menghela nafasnya saat mendengarkan kalimat demi kalimat yang dilontarkan oleh Daehyun via telepon.

“Tapi oppa, dimanakah Junhong berada?” tanya Sooyoung. Terdengar suara helaan nafas Daehyun, “Young-ah. Semua akan baik-baik saja. Junhong akan baik-baik saja. Dia berada ditempat yang aman.” Jawab Daehyun. Sooyoung mengernyitkan dahinya.

“Tapi maksudku oppa, kalau dia ada dirumah orang tuanya atau diapartemen kakaknya aku mengerti. Tapi dia tidak terlihat dimanapun. Aku khawatir.” Ujar Sooyoung dengan nada putus asa. “Dia akan baik-baik saja. Dia akan segera kembali.” Balas Daehyun. Sooyoung menyerah, ini hari ketiga dia tak bisa menemukan Junhong dimanapun. Pun komunikasi saja tidak. “Baiklah, aku mengerti. Oppa jaga kesehatan. Bye.”

(flashback end)

 

Sooyoung mencoba kembali menelepon Junhong, dicobanya menelepon kakaknya juga. Keduanya tak ada respon. “Kau dimana oppa?” Sooyoung berbisik. Waktu istirahatnya akan habis. Sooyoung dan Red Velvet harus kembali berlatih. Mereka akan melakukan kolaborasi akhir tahun nanti bersama beberapa gilr group dan boy group. “Sigh..” Sooyoung menghela nafasnya.

……

 

WINTER 2014 : Someone Who Take Your Seat

Sooyoung membulatkan kedua matanya saat mendapati sekaleng minuman buah kesukaannya dijulurkan kearahnya. Sooyoung menatap si pemberi yang tersenyum lebar penuh semangat. “Annyeong chingu!” Hi teman. Begitu sapanya. Sooyoung segera bangkit dari duduknya dan membungkukkan badannya sopan, tanda memberikan hormat.

“Selamat sore, sunbaenim.” Sapa Sooyoung. Dia tahu, Taehyung mungkin menganggapnya sebagai teman namun disekitar mereka kini ada member Winner, Got7, juga Lovelyz dan PD dari stasiun TV yang membuat mereka berkolaborasi. Mereka mungkin tak mau mengerti kalau Sooyoung dan Taehyung berteman baik. Mungkin saja mereka akan menimbulkan aneka scenario yang mungkin terjadi antara mereka berdua.

Taehyung tertawa, “Kau tak perlu bersikap formal begitu. Aku dan yang lain memang membagikan minuman untuk para rookies. Kami latihan diruangan sebelah. Ah iya, Jungkook tak bisa kesini. Kakinya agak terkilir.” Katanya memberikan info. Sooyoung yang tadinya berwajah tegang namun akhirnya tersenyum. “Terima kasih sunbae.” Ujarnya.

Taehyung menjentikkan tangannya dikening Sooyoung, “Sudah kubilang jangan bersikap formal padaku. Panggil aku seperti yang biasa kau lakukan.” Sooyoung terkikik kemudian menjulurkan lidahnya, “Hihihi, mian. Tapi sungguh, terima kasih minumannya.”

Taehyung mengangguk. Kemudian Taehyung memilih duduk kursi yang diduduki Sooyoung sebelumnya, lalu menarik Sooyoung, memaksanya duduk. Mau tak mau Sooyoung ikut terduduk. Mereka berdua saling diam selama beberapa saat. Saling menyelami pikiran masing-masing. Kau nampak murung sekali. Dan kecantikanmu tetap tak hilang. Taehyung bergumam dalam hati.

Junhong, tidak bisakah kau yang duduk disebelahku saat ini? Kali ini Sooyoung menggumamkan kalimat sedih pada hatinya. Sejak dulu Sooyoung selalu mengandalkan Junhong menjadi tempatnya bersandar. Pun ketika mereka masih menjadi hanya sebagai sepasang sahabat. Mereka dulu tak terpisahkan begini. Saling menopang satu sama lain.

“Joy…” Taehyung mencoba memanggil Sooyoung. Sooyoung menoleh dan tersenyum. Taehyung menelan ludahnya. Tak menyangka akan senyuman Sooyoung, “Kau baik-baik saja?” tanyanya. Sooyoung nampak ragu akan topic pembicaraan yang dibawa Taehyung, namun kemudian dia nampak mengerti. Kepala Sooyoung perlahan mengangguk. “Umm.. aku baik-baik saja. Kenapa oppa bertanya begitu?” tanya Sooyoung.

Taehyung tersenyum, melanjutkan meminum cola ditangannya. “Tidak. Hanya saja aku khawatir padamu. Pacarmu itu kan sedang dalam masalah. Aku khawatir kau kena imbasnya.” Ujar Taehyung tanpa berbasa-basi. Sooyoung menoleh kaget namun kembali tersenyum. “Aniya. Semua akan baik-baik saja. Dia… baik-baik saja. Seharusnya.”

Taehyung mengernyit mendengar jawaban Sooyoung. Apa mungkin mereka tak saling menghubungi? Batin Taehyung. “Dengar. Seberapapun berat masalah dia, mungkin memang akan berdampak dengan suasana hatimu. Tapi kau seorang idol. Kau tak boleh menampakkannya.” Ujar taehyung. Sooyoung tertawa kecil. “Aku mengerti oppa. Jangan khawatir.” Jawab Sooyoung. Justru kepada oppa aku makin tak ingin menampakkannya.

“Tapi terlihat jelas. Itu sangat mengganggumu.” Seakan bisa membaca isi pikiran Sooyoung, Taehyung berujar ringan diselingi dengan tegukan cola ditangannya. “Kau tahu, Sooyoung-ah. Aku disini. Kalau misal kau mencari tempat untuk bercerita. Aku bisa menggantikan dia. Untuk sementara.” Atau selamanya.

Sooyoung terkejut. Namun dia tetap tersenyum. “Arraso. Aku akan menghubungimu kalau memang aku membutuhkan energy positif yang rasanya tak pernah habis dari dirimu.” Puji Sooyoung tulus.

……

 

“Junhong, Sooyoung mencarimu.” Ujar Daehyun sambil melihat Junhong yang kondisinya berantakan keluar dari kamarnya. Junhong hanya menoleh sekilas. “Jangan sampai, Sooyoung merasa tidak kau perhatikan, Junhongah. Dia berhak mengetahui segalanya.” Ujar Daehyun sekali lagi. Junhong menoleh kemudian tersenyum, “Arraso hyung.” Jawabnya. Lalu dia mengeluarkan ponselnya yang sudah berhari-hari dimatikan, menghindari panggilan dari siapapum.

Bukannya dia takut atau apa, tidak sama sekali. Hanya saja Junhong merasa lelah menjelaskan pada semua temannya, keluarga besarnya, guru-guru dan semua kenalannya. Junhong lelah menceritakan hal yang sama berulang-ulang. Termasuk kepada Sooyoung, Junhong lelah mendapatkan terus simpati dari Sooyoung. Dia tidak menginginkan itu. Dan dia rasa, tiga hari sudah cukup untuk terpuruk dan tersembunyi.

Beep beep beep beep… ratusan pesan singkat, kakao, chat, bahkan notifikasi panggilan yang tak terjawab susul menyusul masuk kedalam ponsel pintar Junhong. Tapi Junhong tidak repot-repot mengeceknya satu-persatu. Dia justru menghapus semua notifikasi. Kecuali semua pesan dari sebuah nama. Setidaknya 15 pesan dikirimkan Sooyoung dalam satu hari. Dan ada puluhan panggilan tak terjawab per hari dari Sooyoung.

Junhong tersenyum. Ternyata Sooyoungnya tetap keras kepala. Dia akan terus berusaha menjadi tempat bersandar bagi Junhong, seberapa jauh Junhong menghindar maka Sooyoung akan berusaha mengejarnya. Dan itu semua menyentuh hati Junhong. Perasaan rasa bersalah melingkupi hati Junhong. Dia tak mengerti sendiri kenapa dia melupakan sebuah fakta, fakta jika Sooyoung terus menjaganya. Menyayanginya dan mempercayainya.

Maka dengan senyuman ceria, Junhong mengetikkan pesan singkat pada Sooyoung.

……

 

Sooyoung tertawa-tawa melihat tingkah laku Taehyung yang terus bertingkah lucu untuk menghiburnya. Sooyoung berterima kasih akan itu, setidaknya dia tidak terlalu memikirkan keberadaan Junhong yang menghilang seperti ditelan bumi. Seolah tak pernah ada masalah. Sejujurnya Sooyoung bertopeng. Hatinya masih terus saja memikirkan Junhong, namun dia menguatkan dirinya, Kenapa harus mencari dia yang tak ingin dicari? Lebih baik menunggu kepastian itu datang. Aku percaya Junhong pasti akan kembali.

“Joy-ah….” Panggil Taehyung membuyarkan lamunan Sooyoung. “Umm… kenapa oppa?” jawab Sooyoung secepat dia bisa. Taehyung tersenyum, tangannya otomatis membelai puncak kepala Sooyoung, mereka berdua kini berada di kantin kecil salah satu stasiun TV dimana mereka akan tampil dalam acara akhir tahun nanti, menghabiskan waktu istirahat. “Kau yakin tak mau makan, Joy?” tanya Taehyung.

Sooyoung tersenyum, kepalanya menggeleng kecil. Waktu istirahatnya memang tiga jam. Tapi Sooyoung tak mau mengambil resiko berat badannya naik karena harus makan siang bersama Taehyung. Sooyoung sudah menghabiskan sepiring salad sayur dengan dada ayam tadi pagi. Itu sudah cukup mengisi energinya. “Tidak oppa. Aku masih kenyang. Aku ingin minum teh hijau hangat saja.” Jawabnya. Taehyung mengangguk kemudian bangkit dari duduknya menuju konter makanan dan minuman terdekat.

“Tunggu ya.” Ujar taehyung. Sooyoung terkikik dan mengangguk. Sepeninggal Taehyung. Sooyoung mengeluarkan ponselnya yang ternyata kehabisan daya, kepala Sooyoung menoleh mencari-cari dimana ada tempat yang memungkinkannya untuk mengisi baterai ponselnya. Namun Sooyoung tak menemukan satupun. Dia melirik sekilas ke ponselnya, Mungkin memang tak ada yang mencariku. Hatinya bergumam.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
chochos #1
Chapter 18: ditunggu updatenya can't waitt >,<
chochos #2
update dong pleaseeee
citratyass
#3
Chapter 15: Aww vjoy / taejoy!! my another otp!♡
sekali sekali mau liat joy cemburu ke junhong dong authornim, but junhong cemburu ke joynya diselesain dulu ya kkk~
Makin suka ceritanya,makin rajin juga nunggu updatenya lol
pimlyanc #4
Chapter 12: Halo authornim, aku reader baru disini. Seneng bisa baca ff Joylonya >v< Rasanya kayak ini real, dapet bgt feelnya! Jujur aku bukan Joylo shipper, apalagi semenjak ada wgm Jaejoy makin gakepikiran dengan hubungan Joy sama idol lain. Tapi pas baca ff ini tiba2 kebayang... Apa jangan2 kenyataan sebenernya sama kayak si ff ini?!?! Haha
Aku suka bgt sama ff ini, sempet geregetan juga pas situasi Joy dan Zelo saling nyembunyiin perasaan mereka. Tapi pas liat Special Day, ah udah rasanya luar biasa deh. Ending yg sangat bahagia huhu :"
Agak bingung juga sih dengan alurnya cuman maju-mundur, tapi aku nikmatim bgt ceritanya jadi bisa terbayangkan dengan jelas kok ehehehe
Banyak bgt ya konflik mereka... Sekarang ditambah Jungkook, aku ketawa terus liat kelakuan Zelo pas lagi cemburu dan manja. Keliatan jelas gimana Zelo sayang bgt sama Joy. Berharap Joy-Zelo itu real uhuy, shipper ah ah ah~
Ditunggu next chapter secepatnya ya authornim! Ah aku bener2 suka sama ff ini. Semangat buat nulisnya ya! Ditunggu moment2 Joylo lainnya thor, sama konfliknya jan berat2 soalnya suka sedih apalagi bawa2 agensi :" Fighting! ^-^
youngiefm
#5
Chapter 11: Uwaah, zelo tetep aja maksain buat nonton wgm sungjoy padahal dia pasti sakit
Sungjae rival zelo? O.o
Ga sabar kelanjutannya gimana xD apa ntar zelo dateng ke tempat sungjoy stuting????
Kelanjutannya ditunggu deh :3
melliniabrianti #6
Chapter 10: ANJIR ROMANTIS BANGET JIR:"""))))) TAPI KENAPA PAS JUNHONG NEMBAK JOY GA DITUNJUKKIN KAN PENASARAN HAHAHA TAPI TETEP BAGUS THOR DITUNGGU KARYA SELANJUTNYA
joylich
#7
Chapter 10: ah so sweet banget ; ;
lucu kalo junhong lagi sakit terus dirawat sama joy♡
semangat author,aku tunggu terus updateannya♡
youngiefm
#8
Chapter 10: junhong so sweet banget, tp yg bikin rada ngeselin dia akhirnya sakit juga *duarr '-'
untung yah, joy sayang banget sama dia, jadi masih dirawat sama joy
seneng deh kalo komenku bisa bikin authornya semangat, aku juga seneng authornya updatenya rutin, meskipun cuma sekali seminggu tapi itu sudah cukup,
tetep semangat nulisnya! :D
citratyass
#9
Chapter 10: Kyaa makin banyak moment sweet joylo♡
Semoga di chap lainnya bisa lihat joy/zelo jealous ke satu sama lain kkkk~



Maaf ya authornim , baru ninggalin jejak lagi nih tapi sebenernya tiap ada update baru aku langsung baca kok.
Love banget storynya!!