4th September, 2014

Let's Have a Talk

4th September, 2014

 

 

Good luck! Baby good luck to you~!’ Suara Yoseob Oppa terdengar begitu bersemangat dari pengeras suara di sudut ruangan. Lagu salah satu group favoritku itu terdengar seperti rapalan mantra yang menyihirku untuk bergoyang sepersekian detik setelah verse pertama-nya terdengar. Ajaib. Beast memang ajaib.

 

“Bagaimana denganku? Apa aku ajaib juga?”

 

Eommaya!” Reflek seruanku mengudara begitu suara itu terdengar menginterupsi ‘tarian’-ku. Leo, sosok sempurna itu sudah duduk di pinggir jendela, mengagetkanku seperti biasa. “Kau harus belajar mengetuk jendela. Apa malaikat tak punya tata krama?” Dengusku kemudian seraya memutar bola mata. Kadang dia tak terlihat sama sekali seperti malaikat.

 

“Setidaknya aku sejenis dengan malaikat meskipun aku belum resmi menjadi malaikat.” Sepasang bahu tegap itu mengendik acuh. Tanpa ekspresi. Tapi tetap saja terlihat menyebalkan sekaligus mengagumkan, seperti biasa.

 

“Bisakah kau berhenti memujiku? Semuanya terdengar begitu jelas di telingaku, itu membuatku sedikit tak nyaman.”

 

Eommaya~ kau pikir aku nyaman pikiranku terus kau dengarkan seperti ini? Cepat temukan orang itu dan pergilah!” Kubawa mataku sepenuhnya membola menatapnya geram. Mencoba melawan tatapan dingin sepasang manik sempurna itu. Tapi, sial. Pesonanya malah membakar pipiku. Aaaa!!! Aku tak boleh memujinya lagi!

 

“Aku juga sedang mengusahakannya.” Kepalanya berpaling, seiringan dengan nafasnya yang menghembus berat. Kini sepasang manik yang sebelumnya memantulkan bayanganku itu tengah menatap nanar benda angkasa favoritnya, bulan.

 

‘Apa kau merasa bersalah?’ Tak kuucapkan kalimat itu, membiarkannya mendengar langsung dari pikiranku lebih menghemat tenaga, dan kurasa... Mungkin dia bisa lebih mengerti apa yang kurasakan melalui nada yang di dengarnya dari otakku.

 

“Ya, sedikit. Aku tak merepotkanmu, seharusnya.”

 

Kulipat tanganku di meja, kemudian menidurkan kepalaku di sana. Menikmati pemandangan yang terlihat seperti gambar utama di pameran lukisan ini, “Setidaknya kau menemaniku. Kau bisa menganggap itu sebagai bayaran yang setimpal.”

 

Beberapa kali kepala itu mengangguk perlahan. Rambut kuning keperakannya berkilauan di terpa sinar rembulan, seperti sayapnya yang bergemerisik karena hembusan angin. Sosoknya hanyalah seperti sosok khayalan yang hidup di dunia dongeng. Jika lagu Beast adalah rapalan mantra, maka sosok di depanku inilah makhluk legenda yang kutemui di pinggir danau dalam perjalananku mencari sang pangeran berkuda putih. Okay, Dongwoo tak bisa menunggang kuda. Jadi, mungkin pangeran bermobil Lamborghini lebih baik.

 

“Jadi namanya Dongwoo?” Leo memalingkan kepalanya sejurus kemudian, dengan seringai itu di bibirnya, membuatku semakin tak nyaman. Sial! Aku kecolongan!

 

“Kenapa kau suka sekali melihat bulan?” Mengalihkan pembicaraan, ini lebih baik.

 

“Jangan mengalihkan pembicaraan.” Tajam sepasang manik hitam itu mencoba membungkamku – lagi. Tapi, tidak. Kali ini aku tak akan terpengaruh.

 

Kuangkat salah satu alisku menatapnya. Bulan. Bulan. ‘Kenapa kau begitu menyukai bulan, Leo?’ Hanya hal itu yang harus kupikirkan sekarang. Terus menerus mendengungkannya di pikiranku sampai sosok sempurna itu – mendengus kesal, seperti yang terjadi sekarang! Gotcha! Hahaha...

 

“Baiklah, karena bulan begitu setia mengelilingi bumi. Meskipun dia tak bisa menghasilkan cahayanya sendiri. Tapi, dia berusaha memantulkan cahaya matahari ke bumi. Agar bumi bisa terang, agar bumi bisa bahagia. Cukup?”

 

Mau tak mau jawabannya membuatku tersenyum juga. Meskipun semuanya dikatakan tanpa ekspresi. Tapi, aku bisa merasakan ketulusan di suara lembutnya. Dia sanggup membakar pipiku, sanggup membangkitkan imajinasiku. Sanggupkah aku menjadi bulan untukmu, Shin Dongwoo?

 

“Jadi namanya Shin Dongwoo?”

 

Shut up, will you?”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
shin-pads
#1
Chapter 16: Cheer Up, Father, yang kayak dinyanyiin Song triplets ya?

Duuh makin complicated ini yaaa ㅠㅠ