Double trouble

Hello Hi-School
Please Subscribe to read the full chapter

[Jinki’s POV]

Hari pertama festival musim panas. Ramai, banyak orang dari luar sekolah yang datang berkunjung untuk melihat berbagai stand yang dijajakan tiap kelas dari sekolah kami. Satu per satu lampion yang tergantung di sepanjang rute festival mulai menyala, dan lapangan yang biasanya hampa di gelapnya malam kini berubah menjadi jauh lebih hidup.

“I-ini… untuk sunbae.” ucap seorang hoobae yang seingatku bernama Jiyoung. Ia lalu menyodorkan sebuah botol minum kepadaku. Tomato juice.

“Ini untukku?”

“N-neh, aku membuatnya sendiri.”

“Terimakasih. Tapi lain kali tidak perlu repot-repot.” aku tersenyum, wajah gadis itu memerah.

“Tidak, aku tidak re—”

“Jinki hyung!” panggil seseorang yang membuat Jiyoung menghentikan kalimatnya. Aku menoleh ke belakang, tampak seonggok bocah nakal melambaikan tangannya. Tch, Minho. Dan ia berdiri bersama ibu kami—ibu Minho, tepatnya.
Jiyoung berlari segera setelahnya. Uh? Gadis aneh.

“Siapa gadis itu? Kekasihmu?” tanya umma ketika aku tiba di hadapannya. Aku menjelaskan bahwa ia hanya hoobae, tapi mereka terus menggodaku. Aku tidak pintar menjawab pertanyaan menjebak seperti siapa pacarmu dan siapa gadis yang ku sukai. Membingungkan.

“Tch, seluruh sekolah juga sudah tahu kalau kau dan Hyeri berpacaran, hyung.” celetuk Minho ngawur lalu menyuap patbingsu ke mulutnya sendiri.

“Benarkah? Itu bagus, Jinki-ya. Hyeri gadis yang baik.”

“Tapi umma, dia bukan pacarku, Minho hanya mengarang cerita.” aduku, Minho menjulurkan lidahnya, lalu berlari pergi setelah seseorang menelponnya. Bocah itu.

“Jinki.”

“Ne, umma.”

“Get a life.” uh? “Ibu tau kau anak yang pintar, prestasimu cemerlang dan kau aktif berorganisasi. Tapi ibu ingin kau menikmati masa mudamu, tanpa melupakan tanggung jawabmu, tentu saja.”

“Misalnya?”

“Kau sudah besar, harusnya ada gadis yang kau sukai.” dulu banyak, tapi mereka semua jatuh cinta pada Minho. Sial. “Umma lihat di pojok sana ada labirin hantu. Ajaklah gadis yang bersamamu tadi kesana.”

“Jiyoung?”

---

“Apa baik-baik saja? Aku belum pernah ke tempat seperti itu jadi—”

“Kau mau mencobanya?” aku memotong kalimatnya. Gadis itu mengerjap.

“Ya, tapi…”

“Kajja.” aku tersenyum.

Gadis ini Jiyoung? Bukan, tentu saja bukan. Jiyoung hanya hoobae dan pasti sangat awkward jika aku mengajaknya. Tapi bukankah tidak masalah jika aku mengajak temanku sendiri? Hyeri, tentu tidak akan ada masalah.

Sepanjang perjalanan kami menuju labirin hantu, anehnya hampir tak ada gadis yang menyapaku. Biasanya mereka menyapaku dengan ramah, tapi sekarang tidak. Mereka bahkan menatapku dengan tatapan berbeda. Ada yang salah denganku? Aku terus berpikir keras, hingga sesuatu menghentikan langkahku. Hyeri.

“Jinki, mereka terus memperhatikan kita.” ucapnya kaku seraya menarik tangannya pelan. Oh, sejak kapan aku menggandengnya?

“A-ah, mian.”

Tangan nakal!

---

“Ah! Jinki Jinki Jinki!”

Labirin hantu sangat seram! Sungguh, aku tidak bohong. Sejak kami berjalan melewati tirai, gelap menyambut. Hyeri tak henti berteriak, dan sebagai namja tentu aku harus menunjukkan sisi gentlemanku.
Sepanjang jalan aku membiarkan Hyeri mencengkram erat lenganku dan jujur, ini menyakitkan.

“BOO!!” the last ‘surprise’ tepat di depan pintu kel

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet