[Jinki’s POV]

 

Hari mulai larut, tapi aku masih berdiri di balik tembok ruang kerja aboji—mendengarkan persidangan Minho. Kami tidak lagi kaget jika Minho pulang dengan memar di wajahnya, tapi ini pertama kalinya ia berduel dengan rekannya sendiri, Myungsoo.

 

Tak ada yang bisa ku lakukan, amarah aboji akan semakin memuncak jika aku membantu adikku. Tapi aku benar-benar tidak bisa hanya berpangku tangan. Umma segera menghentikanku ketika aku hendak melangkah masuk, mengisyaratkan bahwa umma akan mengurusnya lalu ia berjalan masuk dengan baskom es ditangannya.

 

Aku menghela nafas beratku, kembali bersandar pada tembok seraya memainkan ponsel Minho di tanganku. Iseng, jariku mulai menjelajah daftar obrolan di ponselnya. Aecha, Aecha, Aecha—sigh—Aecha, umma, umma, Aecha, Hyeri. Jariku terhenti pada Hyeri.

Hyeri?

 

Aku sangat penasaran! Untuk suatu hal aku sangat ingin tahu apa yang mereka bicarakan. Dan tepat sebelum aku membukanya, dering ponsel Minho mengagetkan. Sial. Aecha. Aku beralih menuju dapur, lalu segera mengangkatnya.

 

“Ini Jinki.” ucapku.

 

‘Jinki oppa? Minho dimana?’ suara gadis ini bergetar. Melerai duel Minho dan Myungsoo memang menguras banyak energi… energi batinnya.

 

“Dia masih di ruang kerja aboji.”

 

‘Ahjussi memarahinya??’

 

“Tentu saja.”

 

‘Sial!’

 

“Bagaimana denganmu? Kau baik-baik saja?”

 

‘Aku tidak penting, yang terpenting Minho dan Myungsoo tidak mendapat masalah.’ lalu Aecha menghela nafas beratnya.

 

“Bagaimana dengan Myungsoo?”

 

‘Entahlah. Ia tak mengangkat telponku.’ lagi, ia menghela nafasnya. ‘Kalau Minho sudah keluar suruh ia menghubungiku. Ne, oppa?’

 

“Siap!”

 

‘Sankyu~’ lalu beep panjang menggantikan suaranya.

 

Belum sempat LED ponsel ini padam, sebuah pop-up message muncul. Otomatis aku bisa membacanya, tentu saja.

 

-----

From: Hyeri

kau baik-baik saja? bagaimana dengan l