Rain in the Summer

Hello Hi-School
Please Subscribe to read the full chapter

[Hyeri’s POV]

 

“Aku menyukai Aecha. Dan jika menyukai Aecha adalah sebuah kesalahan, maafkan aku.”

 

Aku… tidak mengerti…

Aku tidak mengerti perasaan apa yang menghantamku ketika mendengar Minho mengucapkan kalimat itu. Aku pernah merasakan cemburu, tapi cemburu yang ku tahu rasanya tidak seperti ini, itu lebih menyakitkan dan lebih menyesakkan. Apa aku benar menyukai Minho? Atau aku hanya kagum dan larut dalam pesona sesaatnya? Jika aku menyukai Minho kenapa perasaanku terkesan biasa-biasa saja? Ya, aku mengaguminya, mungkin juga aku menyukainya—tapi entah sebagai apa. Aku… tidak yakin akan perasaanku sendiri.

 

Seharusnya aku menyadarinya sejak awal, sejak Jinki mengatakan padaku bahwa Minho hanya mengejar satu gadis selama ini, sejak Minho dan Aecha kerap tiba-tiba menghilang bersama, atau sejak aku tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka tentang best friends with benefits tempo hari.

 

Mungkin aku kurang peka dengan hal di sekitarku, aku hanya melihat hal yang ingin ku lihat dan itu salah. Dunia sangat luas, mulailah membuka mata, Kim Hyeri.

 

 

***

[Jinki’s POV]

 

Tak biasanya konsentrasiku pecah di hadapan makanan. Makanan seenak inipun kini aku tak berselera—pengutaraan perasaan Minho yang tiba-tiba di hadapan kami semua telah menghancurkan atmosfer di meja ini.

Ayah Aecha kini mengunci rapat mulutnya, beliau tak lagi bersuara dan ekspresinya tampak datar. Sama hal nya dengan bocah bodoh ini, Minho, ia tampak enggan menyuap makanannya sendiri. Rasakan! Seharusnya ia bisa mengontrol dirinya.

 

“Uhuk!” dan gadis yang terbatuk itu, Hyeri. Aku tahu gadis ini memikirkan hal lain. Dan ketika itu, perasaan menyebalkan itu kembali.

 

Aku takut jika ketakutanku selama ini benar adanya. Aku takut jika Hyeri juga menyukai Minho, sama seperti gadis-gadis yang dulu pernah ku sukai sebelumnya. Dan jika hal itu kembali terjadi, sepertinya ini pertanda dari Tuhan bahwa aku akan selamanya hidup sebagai perjaka.

 

Kami kembali ke rumah dalam hening yang mencekat. Hanya menunduk memberi salam pada ayah Aecha yang segera melaju pergi lalu kami berbalik menuju rumah kami masing-masing.

 

“Selamat malam.” hanya itu yang Hyeri ucapkan sebelum ia menghilang di balik pagar rumahnya.

 

Ya. Selamat malam. Semoga mimpimu indah.

 

 

***

 

Seminggu berlalu, dan semua kembali normal seperti biasanya. Aboji dan omoni telah pulang dari Incheon, begitu pula rumah Hyeri yang kembali menampakkan kehidupan. Aku tak melihat Hyeri sejak hari itu, lampu kamarnya bahkan tak pernah menyala, mungkin ia tak lagi tidur di kamarnya? Mungkin.

 

“Eo, Jinki-ya. Duduklah, hari ini umma memasak makanan kesukaanmu.” sambut omoni begitu melihatku menuruni tangga. Ruang makan tampak lengang, bahkan omoni hanya menyiapkan dua piring untuk kami.

 

“Aboji? Minho?” tanyaku lalu duduk di kursiku.

 

“Ayahmu sudah berangkat untuk melatih. Minho pergi jogging, seperti biasanya. Ada apa den

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet